menelusuri jejak radioaktif cs 137 di sekitar kita - News | Good News From Indonesia 2025

Menelusuri Jejak Radioaktif Cs-137 di Sekitar Kita

Menelusuri Jejak Radioaktif Cs-137 di Sekitar Kita
images info

Menelusuri Jejak Radioaktif Cs-137 di Sekitar Kita


Zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) tidak hanya datang dari reaktor nuklir. Zat tersebut bisa muncul dari logam bekas, laboratorium, bahkan limbah industri.

Menurut Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Cs-137 merupakan salah satu isotop hasil fisi nuklir. Zat tersebut adalah hasil dari proses pemecahan inti atom uranium atau plutonium di reaktor nuklir maupun uji coba senjata nuklir.

Zat Cs-137 memancarkan radiasi gamma dan beta yang berenergi tinggi. Radiasi gamma dapat menembus jaringan tubuh dan material padat, sedangkan beta berpotensi menyebabkan luka pada kulit bila kontak langsung.

Akan tetapi, yang membuat Cs-137 lebih berbahaya dibanding isotop lain adalah sifat kimianya yang bisa meniru unsur kalium (K). Kemiripan itu membuat tubuh dapat menyerap Cs-137 dan menganggap zat tersebut adalah kalium biasa.

baca juga

Dari Mana Asal Cs-137?

Kasus kontaminasi zat Cs-137 pada udang di Cikande menjadi perhatian nasional. Seperti yang sudah disebutkan, zat Cs-137 tidak hanya ditemukan pada nuklir.

Menurut laporan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), temuan awal menunjukkan adanya material yang mengandung Cs-137 di salah satu lokasi pengumpulan logam bekas di kawasan industri Cikande.

Dari hasil pengukuran radiasi, sebagian logam di lokasi tersebut menunjukkan tingkat paparan yang lebih tinggi dibandingkan ambang normal. Zat inilah yang kemudian diduga menjadi sumber kontaminasi radioaktif yang belakangan mencuat ke publik.

Kasus kontaminasi Cs-137 rupanya tidak hanya terjadi di Indonesia. Beberapa negara juga mengalami hal yang sama ketika Cs-137 ikut meleleh bersama logam bekas di pabrik peleburan. Akibatnya, debu radioaktif menyebar dan bisa mencemari area luas di sekitar lokasi industri.

baca juga

Bagaimana Cs-137 Bisa Masuk ke Rantai Makanan?

Di kawasan industri padat aktivitas logam dan manufaktur, kemungkinan sumber radioaktif ikut terlebur dalam material bekas sangat tinggi. Jika debu hasil pembakaran itu terbawa angin dan mengendap di tanah atau air, jalur menuju bahan pangan pun terbuka.

Masyarakat sekitar tidak boleh panik, tetapi justru perlu memahami bagaimana proses tersebut bisa terjadi dan bagaimana mencegahnya.

"Jadi Cikande ditetapkan berstatus keadaan khusus sehingga semua produk yang keluar dari Cikande dipastikan bebas dari Cesium," kata MENTERI Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq

Secara ilmiah, Cs-137 dapat menempel pada partikel tanah atau sedimen, lalu terserap oleh akar tanaman atau organisme air. Tanah yang terkontaminasi dapat menyerap Cs-137, lalu unsur tersebut ikut berpindah ke tanaman melalui akar.

Ketika tanaman dimakan hewan ternak, radionuklida itu berpindah ke jaringan daging atau susu, dan akhirnya bisa masuk ke tubuh manusia melalui makanan sehari-hari.

baca juga

Dampak pada Tubuh: Dari Paparan ke Risiko Kanker

Jika seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung Cs-137, zat itu akan menyebar melalui darah dan menumpuk di jaringan otot. Waktu paruh biologisnya, yakni waktu yang dibutuhkan tubuh untuk mengeluarkan separuh kandungan isotop, mencapai sekitar 100 hari.

Artinya, bila seseorang terus-menerus terpapar, jumlah Cs dalam tubuh bisa meningkat hingga menimbulkan dampak serius.

Paparan Cs-137 dalam jumlah kecil tidak langsung menyebabkan gejala. Akan tetapi, paparan kronis bisa meningkatkan risiko kanker, terutama karena kerusakan DNA akibat radiasi gamma yang memancar dari dalam tubuh

baca juga

Langkah Pencegahan: Dari Industri hingga Dapur Rumah

Pencegahan kontaminasi radioaktif sebenarnya bukan hal rumit. Di industri, kuncinya adalah pengawasan limbah logam dan penggunaan alat ukur berbasis radioaktif.

Setiap alat harus terdaftar di BAPETEN dan memiliki pelacak sumber (source tracking system). Inilah yang menjadi pelajaran dari Cikande bahwa administrasi limbah dan logam bekas tidak hanya sekadar prosedur, tetapi juga menyangkut keselamatan publik.

Di tingkat masyarakat, edukasi menjadi kunci. Paparan Cs-137 tidak menular dari orang ke orang, dan tidak semua logam bekas atau tanah di sekitar lokasi langsung berbahaya.

Masyarakat yang tinggal di radius sekitar lokasi cukup melakukan langkah sederhana, yakni menjaga kebersihan, mencuci bahan makanan dengan air mengalir, dan tidak mengonsumsi produk mentah dari area yang belum dinyatakan aman. Untuk para pekerja industri, penggunaan alat pelindung diri (APD) dan pemeriksaan kesehatan rutin menjadi keharusan.

baca juga

Bagaimana Jika Terpapar Cs-137?

Paparan Cs-137 bisa terjadi bila zat tersebut masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, atau luka terbuka. Namun, tidak semua paparan berarti keracunan. Tingkat bahaya tergantung dosis dan lamanya paparan.

Meski demikian, pada kasus tertentu, pasien akan diberikan obat “Prussian Blue” — sejenis penjerap ion cesium yang mempercepat pengeluaran zat radioaktif dari tubuh melalui sistem pencernaan. Obat ini sudah digunakan secara global, termasuk di Jepang pasca-Fukushima

Kasus Cikande tidak seharusnya hanya dibaca sebagai bencana, tapi juga momentum kebangkitan kesadaran nuklir di Indonesia. Apalagi, Indonesia tengah getol merencanakan pembangungn pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.