Raya, anak berusia tiga tahun asal Sukabumi dibawa dalam kondisi tidak sadarkan diri. Balita itu dibawa ke rumah sakit oleh relawan dengan gejala batuk, demam, dan penurunan kesadaran.
Saat pemeriksaan awal, belum terlihat tanda-tanda infeksi cacing. Dokter sempat mengira dugaan penyebab kondisinya, terkait tuberkulosis, mengingat orang tua Raya juga sedang menjalani pengobatan TBC.
Saat observasi di IGD RSUD R Syamsudin SH, cacing mulai keluar dari hidung Raya. Dari situlah infeksi cacing gelang (Ascaris) pada tubuh Raya terdeteksi. Tak hanya berada di saluran pencernaan, infeksi cacing telah menyebar ke organ vital seperti paru-paru bahkan otak.
5 Spesies Baru Cacing Nematoda Ditemukan Peneliti UB, Satu Dinamakan Caenorhabditis brawijaya
Raya kemudian dirawat intensif di PICU, namun kondisinya tak kunjung membaik. Raya akhirnya menghembuskan napas terakhir di rumah sakit, pada 22 Juli 2025 pukul 14.24 WIB.
Apa yang terjadi pada Raya, dapat menjadi pelajaran bagi seluruh pihak, baik pemerintah, masyarakat, hingga orang tua, bahwa infeksi cacing pada anak memang kerap dianggap normal. Akan tetapi, cacingan tidak bisa dianggap remeh karena bisa berakibat fatal.
Sebenarnya, apa itu cacingan dan mengapa infeksi cacing bisa menyebabkan kematian?
Spesies Baru Kadal Buta Ditemukan di Buton, Bentuknya Mirip Cacing
Apa Itu Cacingan?
Infeksi cacing atau worm infection adalah kondisi ketika tubuh, terutama usus, terinfeksi cacing parasit. Parasit ini hidup dengan menyerap nutrisi dari tubuh inangnya, sehingga manusia yang terinfeksi cacing kerapkali kehilangan nutrisi.
Dalam istilah medis, kondisi ini disebut juga soil-transmitted helminths (STH), karena sebagian besar penularannya terjadi melalui tanah yang terkontaminasi tinja (WHO, 2023).
Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar orang di dunia terinfeksi cacing yang ditularkan melalui tanah. Dari jumlah tersebut, anak usia sekolah merupakan kelompok yang paling rentan.
Kerap Dianggap Menjijikkan, Cacing Ternyata Simpan Potensi Ekonomi Selangit!
Masih dari sumber yang sama, lebih dari 260 juta anak usia prasekolah, 654 juta anak usia sekolah, 108 juta remaja putri, dan 138,8 juta ibu hamil dan menyusui, tinggal di daerah dengan penularan parasit cacing dan membutuhkan pengobatan serta intervensi pencegahan.
Nah, Afrika sub-Sahara, Tiongkok, Amerika Selatan, dan Asia merupakan kawasan dengan kasus infeksi cacing tertinggi. Indonesia menjadi salah satu negara dengan prevalensi tinggi infeksi cacing, terutama di wilayah pedesaan dan daerah dengan sanitasi buruk.
Kondisi ini berkaitan erat dengan kebiasaan bermain tanah tanpa alas kaki dan kurangnya akses sanitasi layak.
Melihat Peluang Budi Daya Cacing dari Sosok Lilis: Hadirkan Cacing Kering dan Bubuk Cacing
Waspada, Anak-Anak Rawan Terkena Cacingan
Anak-anak adalah kelompok yang rentan terkena infeksi cacing. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan sistem imun yang belum begitu kuat. Mereka sering bermain tanah tanpa alas kaki, kebiasaan lupa cuci tangan sebelum makan, diperparah dengan tinggal di daerah dengan sanitasi dan akses air bersih terbatas.
Ya, tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dapat menyebabkan seseorang terinfeksi cacing.
Cacing usus berkembang biak dengan cara bertelur di dalam tubuh inang. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200 ribu telur per hari. Telur ini keluar bersama feses dan mencemari tanah. Inilah yang membuat infeksi mudah menyebar di komunitas dengan sanitasi buruk.
Asal Usul Munculnya Tradisi Menangkap Cacing Laut di Masyarakat Lembata
Jenis Cacing yang Menginfeksi Manusia
Ada beberapa jenis cacing yang kerap menginfeksi manusia. Cacing-cacing ini menyebabkan gejala yang berbeda.
Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)
Cacing gelang berbentuk panjang seperti mie. Telur cacing gelang biasanya menempel pada makanan atau tangan yang terkontaminasi tanah. Setelah tertelan, telur menetas di usus.
Cacing jenis ini bisa menyebabkan sakit perut, gangguan pencernaan, hingga obstruksi usus.
Cacing gelang bisa tumbuh hingga puluhan ekor dalam satu tubuh. Pada anak kecil dengan usus yang relatif sempit, kumpulan cacing ini dapat menyumbat saluran pencernaan.
Akibatnya, makanan tidak bisa lewat, menyebabkan muntah, sakit perut hebat, dan risiko usus pecah. Jika usus pecah, isi usus dapat bocor ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis (infeksi berat pada rongga perut) yang bisa berujung kematian bila tidak ditangani cepat.
Kue Bhoi Berinovasi: Manfaatkan Daun Kelor, Atasi Stunting dan Cacingan
Cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus)
Cacing tambang dapat masuk ke tubuh manusia tanpa lewat mulut. Cacing tambang dapat menginfeksi melalui kulit, biasanya telapak kaki yang tidak terlindungi. Setelah masuk, larva masuk ke aliran darah, ke paru-paru, lalu ke usus.
Cacing tambang dapat menyebabkan anemia karena menghisap darah di usus. Infeksi berat bisa menyebabkankehilangan darah kronis sehingga anak menjadi pucat, lemah, hingga daya tahan tubuh turun
Cacing cambuk (Trichuris trichiura)
Cacing cambuk hidup di usus besar. Telur masuk ke tubuh melalui makanan atau air yang tercemar tanah. Setelah menetas, cacing berkembang di usus besar.
Terinfeksi cacing cambuk dapat menimbulkan diare kronis, perdarahan rektum, dan anemia.
Cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Manusia adalah satu-satunya inang cacing kremi. Cacing jenis ini kerap menyerang anak. Cacing ini hidup di usus besar dan area sekitar anus. Oleh karena itu, gejala khas terinfeksi cacing kremi adalah gatal hebat di area anus, terutama malam hari.
Ternyata, Stunting Dapat Dilihat dari Kondisi Kesehatan Gigi pada Anak
Cara Mencegah Infeksi Cacing pada Anak
“Cuci tangan sebelum makan” menjadi panduan sederhana untuk mencegah anak terinfeksi cacing. Meski terlihat sepele, kebiasaan ini adalah benteng pertama melawan infeksi cacing. Banyak anak yang terinfeksi hanya karena memegang makanan dengan tangan yang kotor setelah bermain tanah.
Berikut beberapa tips atau cara mencegah infeksi cacing.
- Kebersihan Tangan
Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, setelah buang air, dan setelah bermain di luar rumah sangat penting. Telur cacing bisa menempel di tanah, mainan, bahkan hewan peliharaan. Tanpa kebiasaan ini, telur mudah masuk ke mulut dan berkembang dalam tubuh.
- Menjaga Kuku Anak
Kuku panjang menjadi tempat bagi telur cacing untuk bersembunyi. Itulah mengapa orang tua disarankan rutin memotong kuku anak.
Peneliti Ungkap Faktor Ini Jadi Fondasi Penting untuk Mencegah Stunting
- Gunakan Alas Kaki
Sesekali bermain tanpa alas kaki di halaman atau sawah diperbolehkan. Akan tetapi, sebaiknya biasakan anak agar selalu mengenakan alas kaki sebab larva cacing tambang bisa menembus kulit telapak kaki. Dengan sandal atau sepatu, jalur infeksi ini bisa ditutup.
- Konsumsi Makanan yang Bersih dan Matang
Telur cacing bisa menempel di sayur atau buah yang tidak dicuci bersih. Memasak makanan hingga matang dapat mematikan larva cacing. Minum air yang terjamin kebersihannya juga penting.
- Sanitasi dan Lingkungan Sehat
Infeksi cacing erat kaitannya dengan lingkungan. Toilet yang tidak layak pakai, kebiasaan buang air besar sembarangan, dan air tercemar membuat telur cacing mudah menyebar. Itulah mengapa program sanitasi masyarakat—seperti penyediaan jamban sehat—menjadi fokus pemerintah.
- Obat Cacing Rutin
WHO merekomendasikan pemberian obat cacing massal setiap 6–12 bulan di daerah endemik. Obat cacing seperti albendazol atau mebendazol aman digunakan dan efektif membunuh cacing dewasa di dalam usus. Di Indonesia, program pemberian obat cacing sering dilakukan di sekolah atau posyandu.
Sanghyang Titisjati Pralina: Naskah Sunda Kuno tentang Pencegahan Stunting dan Perawatan Ibu Hamil
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News