Aksi demonstrasi yang dilaksanakan serentak di beberapa kota di Indonesia, terjadi juga di Surabaya. Penyampaian aspirasi di Kota Pahlawan ini bahkan membuat Gedung Negara Grahadi terbakar pada Sabtu (30/8/2025).
Dilihat dari video yang beredar kobaran api terlihat membubung tinggi melahap gedung bersejarah itu. Bagian atap bangunan itu terlihat hangus terbakar.
Gedung Negara Grahadi ini memang telah berusia 2 abad lebih. Dibangun pada tahun 1795, Gedung ini menjadi tempat tinggal pejabat pemerintahan Belanda selama masa kolonial.
Ketua Surabaya Heritage Society Freddy H Istanto mengungkapkan mengapa bangunan Grahadi masih sangat kokoh hingga ini. Dia mengatakan bangunan ini menjadi salah satu ciri khas pembangunan di masa Belanda.
"Belanda itu ahli di bidang konstruksi bangunan. Struktur dan konstruksi mereka sangat bagus. Bahkan pakar untuk konstruksi bangunannya bisa menahan air laut. Karena Belanda berada di bawah permukaan laut," kata Freddy yang dimuat Detik.
Dia mengatakan pekerjaan bangunan di Negara-negara Eropa dikerjakan oleh ahli yang mahir mengerjakan konstruksi berat. Hal itu juga yang dikerjakan di Grahadi.
"Sejak zaman klasik, negara-negara Eropa ahli di bidang konstruksi berat seperti batu, batu-bata, batu alam. Negara kita ahli di konstruksi ringan seperti kayu, bambu," jelasnya.
Gaya arsitektur
Gedung Grahadi secara arsitektur mengusung konsep Tuinhuis yaitu konsep rumah taman dengan kebun bunga dan pohon-pohon rindang. Sosok di balik rancangan gedung ini adalah Arsitek Ir. W. Lemci.
Gaya arsitekturnya merupakan kombinasi dari rumah taman Eropa dengan sentuhan Oud Hollandstijl atau model Belanda kuno. Mengingat kala itu, tujuan utama pembangunannya memang sebagai tempat tinggal serta peristirahatan para pejabat tinggi kolonial.
Gedung Grahadi pada awalnya menghadap ke arah Kalimas, karena sungai ini menjadi sarana transportasi yang utama di masa itu, ketika jalan-jalan raya masih belum berkembang sebagaimana mestinya.
Terdapat balkon besar di gedung utama untuk menikmati pemandangan Kalimas. Kala itu, lingkungan di sekitar Gedung Grahadi sebagian besar masih berupa tanah kosong dengan banyak pepohonan yang rimbun.
Bangunan ini tidak berdiri sendiri, tetapi sudah ada bangunan-bangunan lain sebagai pelengkap yang lain sebagai penunjang operasional kompleks rumah ini. Bangunan pada bagian sayap barat dan timur sebagai penunjang sudah ada pada masa itu.
Ketika Hindia Belanda dikuasai oleh Prancis, Gedung Grahadi mengalami renovasi besar-besaran. Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Herman Willem Daendels, melakukan perubahan signifikan pada tata letak bangunan.
Ia memerintahkan agar bangunan yang awalnya menghadap ke Kali Mas, menjadi ke arah selatan. Menurutnya, ini lebih sesuai dengan prinsip tata kota yang semakin modern.
Daendels juga melanjutkan renovasi besar pada tahun 1810, dengan mengganti gaya arsitektur menjadi Empire atau Dutch Colonial Villa. Hasilnya lebih kokoh dan megah. Gayanya pun banyak pemerintah terapkan pada bangunan-bangunan khas kolonial, terutama yang berdiri di akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19.
Tempat tinggal pejabat negara
Gedung Grahadi yang terletak di pusat Kota menjadikan bangunan ini bagian tak terpisahkan dari lanskap kota Surabaya. Nama “Grahadi” diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti “rumah indah” atau “hunian dengan derajat tinggi”.
Hal itu mencerminkan kemegahan serta fungsinya sebagai tempat tinggal orang-orang penting. Bangunan Grahadi yang berdiri di atas lahan seluas 16.284 meter persegi ini memang jadi tempat tinggal para pejabat Hindia Belanda.
Penghuni awal Grahadi adalah Dirk van Hogendoorp, seorang penguasa Jawa bagian timur (Gezahebber van Hat Oost Hoek). Pada tahun 1799, Gedung Grahadi ganti ditempati oleh Fredrik Jacob Rothenbuhler sampai tahun 1809.
Hingga tahun 1942, Grahadi ditempati oleh pejabat pemerintahan dari Belanda. Pejabat Belanda terakhir yang menempati Grahadi yakni Mr. CH. Hartevelt pada 1942 silam.
Gedung Grahadi tetap menjadi rumah dinas Gubernur Jawa Timur pada masa Hindia Belanda berlanjut sampai masa penjajahan Jepang antara tahun 1942-1945, hingga diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945-sekarang.
Saat ini, Gedung Grahadi yang berada di Jalan Gubernur Suryo tetap rumah dinas Gubernur Jawa Timur dan juga sebagai tempat penyelenggaraan acara acara penting di tingkat Provinsi Jawa Timur.
Sumber:
- Malam Membara Usai Api Menyala di Gedung Grahadi Surabaya
- Ini Sejarah Gedung Grahadi Surabaya, Dibangun 1795
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News