"Wah ya bukan nanjangi lagi, pernah juga tandur ulang," kata Rosadi (41).
Rosadi adalah ketua kelompok tani Pinah Indah di Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu. Ia menceritakan bagaimana hama tikus selama bertahun-tahun telah menjadi momok terbesar dalam aktivitas pertanian di Indramayu.
Beberapa kali, kerusakan tanaman yang disebabkan oleh tikus membuat petani harus nanjangi atau menyulam tanaman. Dalam pertanian, menyulam tanaman berarti menanam kembali benih atau bibit pada bagian lahan yang kosong. Penanaman kembali itu disebabkan oleh tanaman sebelumnya mati atau pertumbuhannya tidak optimal.
Strategi Petani Indramayu Ukur Curah Hujan dengan Omplong ‘Kaleng Bekas Penampung Air Hujan’
Kondisi di Indramayu bisa lebih parah. Para petani bahkan bisa saja nandur atau menanam ulang. Tidak hanya di sana, jumlah panen pun kerap kali merosot tajam.
Biasanya produksi padi bisa mencapai 1 ton untuk lahan seluas 100 bata. Bata merupakan satuan yang kerap digunakan dalam bidang pertanian. 1 bata berarti 14 meter persegi.
Artinya, lahan seluas 1.400 meter persegi biasanya menghasilkan 10 kuintal atau 1 ton padi. Akan tetapi, akibat serangan hama tikus, produksi turut merosot menjadi 9 atau bahkan 8 kuintal.
Prabowo Gunakan Burung Hantu untuk Berantas Hama, Efektifkah?
Beragam Upaya Penanganan Tikus Telah Dilakukan
Rosadi menyebut, dalam ingatannya, maraknya hama tikus di Indramayu dimulai sejak 2021.
"Ya ada sekitar 4 tahun mah. Semenjak tanggul diperbaiki," kata Rosadi, dikutip dari Detik Jabar.
Selama 4 tahun itu pula, para petani melakukan berbagai upaya untuk menangani serangan tikus. Mereka telah memasang obat, racun tetes tikus, hingga membuat rumah burung hantu di tengah persawahan.
Burung hantu, pernah menjadi salah satu solusi yang ditawarkan Presiden Prabowo untuk menangani hama tikus di Majalengka, Jawa Barat. Saat itu, Prabowo berencana mengerahkan 1.000 burung hantu ke lahan pertanian di Majalengka.
"Di daerah sini saya dapat laporan hama tikus yang sangat pelik masalahnya. Dan yang paling bagus sekarang katanya adalah burung hantu," ujar Prabowo, sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (7/4/2025).
Mengenal Serak Jawa, Burung Hantu yang Jadi Andalan Prabowo Berantas Hama Tikus
Akan tetapi, usaha yang telah dilakukan para petani Indramayu tersebut dinilai kurang efektif. Populasi tikus masih tinggi. Apalagi, mereka memiliki kesepakatan untuk tidak menggunakan setrum sebagai pengandali tikus.
"Khususnya di wilayah ini nggak boleh pakai setrum. Walaupun efektif tapi risikonya tinggi," ungkap Rosadi.
Kini, mereka tengah mencoba ramuan Bioyoso untuk membasmi tikus-tikus di sawah. Mereka menggandeng penyuluh hingga Serikat Petani Indonesia untuk membuat racun alami.
Burung Hantu untuk Basmi Hama di Sawah Ternyata Kurang Efektif, Pakar IPB Berikan Solusinya
Apa Itu Racun Bioyoso?
Bioyoso adalah ramuan tradisional untuk mengendalikan hama tikus. Nama ini diambil dari penciptanya, Yoso Martono Suyadi, atau yang lebih dikenal dengan Mbah Yoso, seorang pria asal Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Ramuan ini mulai dikenal di kalangan petani sekitar tahun 2023 ketika Mbah Yoso membagikan resepnya kepada warga desa dan kelompok tani.
Mbah Yoso membuat racun ini dengan menggunakan campuran kulit pohon kamboja (Plumeria spp.), umbi gadung (Dioscorea hispida), bekatul, ikan segar, ragi tape, dan beras. Semua bahan ditumbuk halus, dibentuk bulatan kecil, lalu dijemur hingga kering.
Setelah itu, bulatan umpan ditempatkan di jalur yang sering dilalui tikus, seperti pematang atau pintu masuk lubang.
Burung Hantu: Solusi Ramah Lingkungan untuk Atasi Hama Tikus di Lahan Pertanian
Klaim manfaat Bioyoso cukup unik. Tikus yang memakan umpan akan kehilangan gigi, menjadi mandul, lalu mati dalam waktu sekitar dua minggu.
Efek ompong atau kehilangan gigi pada tikus ini diduga karena iritasi dan kerusakan jaringan mulut akibat getah kamboja, sedangkan kemandulan mungkin terkait dengan kandungan racun alami pada umbi gadung.
Gadung diketahui mengandung dioscorine dan senyawa sianogenik yang dapat mengganggu sistem saraf dan metabolisme.
Studi toksikologi membuktikan kedua bahan ini memang memiliki efek biologis kuat pada hewan percobaan.
Tradisi Berburu Tikus di Kecamatan Gegesik, Warisan Para Leluhur yang Dijaga
Cara kerja Bioyoso bisa dijelaskan secara sederhana: bekatul, ikan, dan ragi berfungsi sebagai pemikat aroma yang disukai tikus. Begitu dimakan, racun alami dari gadung dan kamboja masuk ke tubuh tikus.
Racun ini menyerang sistem pencernaan dan saraf, membuat tikus lemah, sulit makan, dan pada akhirnya mati. Fermentasi dari ragi juga berperan meningkatkan bau umpan sekaligus membantu pelepasan senyawa aktif dari bahan beracun.
Penggunaan Bioyoso tidak hanya terbatas di Weru. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Ngawi pernah mencatat pemanfaatan ramuan ini sebagai alternatif pengendalian tikus yang dianggap lebih ramah lingkungan dibanding racun kimia. Beberapa desa di Bantul, seperti Triharjo, juga melaporkan telah menerapkannya di lahan sawah warga.
Ini Alasan Mengapa Tikus Sering Jadi Hewan Percobaan dalam Penelitian
Meski begitu, para ahli mengingatkan pentingnya uji ilmiah sebelum Bioyoso digunakan secara luas. Racun alami tetap berpotensi berbahaya bagi hewan non-target seperti ayam, burung, atau kucing, bahkan manusia jika tidak ditangani dengan benar.
FAO dalam panduan Integrated Pest Management (IPM) menekankan bahwa setiap metode pengendalian tikus, termasuk umpan racun alami, harus diintegrasikan dengan langkah lain seperti sanitasi, pengaturan lahan, dan pemantauan populasi untuk hasil yang berkelanjutan.
Mahasiswa Unpad Meraih Penghargaan di Korea Berkat Inovasi Pembalut Menjadi Kompos
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News