strategi petani indramayu ukur curah hujan dengan omplong kaleng bekas penampung air hujan - News | Good News From Indonesia 2025

Strategi Petani Indramayu Ukur Curah Hujan dengan Omplong ‘Kaleng Bekas Penampung Air Hujan’

Strategi Petani Indramayu Ukur Curah Hujan dengan Omplong ‘Kaleng Bekas Penampung Air Hujan’
images info

“Mengukur hujan setiap hari? Untuk apa?" tanya para petani di Indramayu, Jawa Barat, saat gagasan awal untuk menampung air hujan dicetuskan Profesor Yunita Triwardani Winarto.

Para petani sempat skeptis dengan ide dari Yunita sebelum akhirnya mereka paham bagaimana omplong bekerja. Banyak pertanyaan yang muncul di antara para petani, apa gunanya menampung air hujan di sebuah kaleng susu dan mengukurnya tiap hari?

Apa yang dilakukan Yunita Triwardani Winarto, Guru Besar Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia adalah mengajarkan teknik sederhana cara mengukur curah hujan kepada para petani di Indramayu, Jawa Barat.

Cerita Inspiratif Masnu’ah: Pejuang Hak Nelayan Perempuan dari Pesisir Demak

Bersama almarhum Profesor Kees Stigter, ahli agrometeorologi dari Afrika Selatan, Yunita memperkenalkan alat pengukur curah hujan sederhana bernama omplong. Omplong adalah sebuah kaleng susu yang dimodifikasi untuk menampung air hujan. Dari tampungan tersebut, para petani memiliki data curah hujan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.

Setiap pagi, petani seperti Yusup mencatat hasil pengukurannya dalam buku catatan khusus. Data curah hujan yang terkumpul kemudian dianalisis untuk memprediksi pola musim.

Jika El Niño (musim kering panjang) diprediksi datang, petani beralih menanam jagung atau kedelai. Jika La Niña (musim hujan panjang) terjadi, mereka mencari lahan yang tidak rawan banjir.

Mengenal Rahayu Oktaviani, Wanita Hebat Konservasionis Primata Owa Jawa

Ancaman Gagal Panen di Lumbung Padi Indramayu

Indramayu adalah salah satu lumbung padi terbesar di Indonesia. Akan tetapi, perubahan iklim telah memengaruhi pola tanam tradisional. Akibatnya, para petani kerap mengalami gagal panen.

Melihat masalah ini, Yunita tergerak untuk membantu petani mengembangkan strategi baru: agrometeorologi, ilmu yang mempelajari hubungan antara cuaca dan pertanian.

Bagi Yunita, ilmu pengetahuan tidak hanya harus dikembangkan di kampus, tetapi juga harus menyentuh kehidupan nyata, seperti yang ia lakukan bersama petani Indramayu.

Sosok Suswaningsih, PNS yang Berjuang Hidupkan Lahan Tandus di Gunungkidul

Yunita menegaskan bahwa petani harus bisa mengambil keputusan berdasarkan data, bukan hanya naluri.

Yusup yang konsisten mencatat data curah hujan pun memiliki landasan untuk mengambil keputusan di sektor pertanian. Genangan pada sawah yang sebenarnya menjadi ancaman justru memiliki potensi menyelamatkan padi dari serangan gulma.

"Kemarin [curah hujan] 33 mm, ada dampaknya di ketinggian air. Kalau kemarin macak-macak (tanah hanya becek), sekarang agak genang," jelas Yusup, petani yang mengelola lahan 1,5 hektar milik keluarganya.

Kata Yusup, genangan sebenarnya tidak baik untuk umur padi yang belum genap sebulan. Akan tetapi, ia membiarkan lahannya tergenang sementara waktu, karena pria ini sudah mencium kemunculan rumput pengganggu.

"Kalau airnya digenangin itu, menahan rumput untuk tumbuh," kata Yusup, dikutip dari BBC.

Sosok Waitatiri yang Bukunya Jadi Kurikulum Sekolah di Amerika Serikat

Dari data yang dikumpulkan selama bertahun-tahun, Yusup mengaku sudah 10 tahun terakhir tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida untuk lahannya.

Yusup hanya satu di antara petani lain yang sukses menerapkan ilmu agrometeorologi. Keberhasilan tersebut juga buah dari komitmen Yunita yang selalu mendampingi para petani. Yunita, telah mengabdi di Indramayu lebih dari satu dekade. Lebih jauh lagi, ia sudah sejak 1980-an meneliti sosial-budaya di sektor pertanian

"Kalau di Indramayu istilahnya Bu Yunita 'momong' terus, (petani) digiring supaya jadi rutin (mencatat)… Bedanya, kalau profesor lain datang, kemudian hilang. Kalau Bu Yunita kan rutin. Kayak ibunya para petani, padahal Ibu Yunita bukan petani," kata Yusup.

Sosok Sudarmi, Perempuan Gigih yang Pimpin Pengelolaan Hutan Jati di Gunungkidul

 

 

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.