Sosok Suswaningsih dan perannya di masyarakat tak pernah lekang oleh masa. Ia adalah Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang berhasil memberdayakan masyarakat untuk mengolah tanah tandus.
Bukan hanya sekadar formalitas program pemerintah semata, Suswaningsih dengan giat dan semangat berhasil menyulap tanah kapur di Gunungkidul, terutama Kecamatan Rongkop menjadi lahan yang produktif.
Rafa Kusuma Si Sosok Istimewa, Dalang Cilik Down Syndrome Asal Yogyakarta
Kondisi Alam Gunungkidul, Yogyakarta
Sebuah fakta didapat bahwa meskipun bernama Gunungkidul, salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta ini tidak dapat dibayangkan sebagai daerah pegunungan yang sejuk, asri, dan memiliki tanah yang subur.
Meskipun pegunungan dengan berbagai tumbuhan, Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta justru memiliki kondisi tanah yang kering dan tandus.
Sebab, kawasan Gunungkidul merupakan bagian dari perbukitan dan pegunungan kapur.
Kawasan dengan tanah kapur identik dengan fenomena alam yang kurang akan air di permukaan sebab sifat batuan kapur yang sangat mudah meloloskan air. Pegunungan kapur lebih dominan dengan banyaknya batu karang dan tebing.
Oleh karena itu, Gunungkidul dikenal sebagai daerah tandus dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau. Akibatnya, tanah kapur di Gunungkidul susah untuk dijadikan sebagai lahan untuk bercocok tanam.
Kasrin Endro Prayono, Maestro Pemahat Batu dari Magelang
Kegigihan Suswaningsih Memanfaatkan Lahan Gunungkidul
Berada di tangan Suswaningsih, lahan di Gunungkidul kini berhasil dimanfaatkan dan menjadi lebih produktif. Berbekal pengalamannya selama hidup di Rongkop, Gunungkidul dan pengetahuannya di bidang pertanian, Suswaningsih benar-benar berdedikasi untuk menghidupkan lahan yang mati suri.
"Saya asli Gunungkidul, dari (Kapanewon) Rongkop, Kalurahan Karangwuni. Dulu awalnya saya di peternakan, pengangkatan (PNS) sebagai penyuluh peternakan. Terus, sampai 1998 diangkat CPNS, kemudian pindah ke pertanian, jadi penyuluh pertanian," jelas Suswaningsih dikutip dari Kumparan, Selasa (20/8).
Langkahnya memanfaatkan potensi bukti karst di Gunungkidul untuk ditanami dimulai sejak 2012 lalu. Ia sangat bertekad bahwa bukit tersebut sangatlah potensial. Suswaningsih bahkan beberapa kali mengajak para petani mengadakan pertemuan untuk meyakinkan mereka, meskipun pada malam hari.
"Saya mengajak warga itu dari malam, di sela-sela malam," tuturnya.
Suswaningsih kemudian langsung terjun dengan menanami 5 hektare tanah dengan jagung yang juga dibantu oleh Bappeda. Usaha tersebut berhasil dan dari situlah para petani mulai tertarik dengan metode yang digunakan oleh Suswaningsih.
Mak Normah, Maestro Kepulauan Riau yang Gigih Mewariskan Kesenian Mak Yong
Metode Penanaman di Bukit Kapur
Suswaningsih menggabungkan berbagai metode untuk bisa memanfaatkan bukit kapur di Gunungkidul.
Ia menjelaskan, jika ditemukan lahan bertahan di atas batu, maka para petani terlebih dahulu menata bebatuan, membuat terasering, dan menyatukan tanah agar dapat ditanami.
"Apabila di atas-atas batu itu ada tanah dan bisa ditanami, di bawahnya dibuat terasering dengan menata batunya. Tanahnya dijadikan satu untuk ditanami," jelasnya.
Setelah penataan, lahan tersebut kemudian diberi pupuk organik yang juga dihasilkan dari masyarakat sendiri. Tanah yang sangat terbatas di atas bebatuan itu dapat ditanami dengan aneka tanaman, seperti jagung, kacang tanah, hingga padi.
Pertama di Indonesia, Dosen Perempuan ITS Sri Fatmawati Raih Dr Willmar Schwabe Award
Kemudian, Suswaningsih mengombinasikan strategi tersebut dengan sistem penanamanan tumpangsari. Sistem ini memanfaatkan lahan dengan ditanami lebih dari satu jenis tanaman.
"Karena musim hujannya kan satu kali. Jadi sekali hujan itu, apa yang bisa ditanam di lahan itu ditanam semua. Satu petak itu ada padinya, ada larikan jagungnya, di sela-sela itu ada ubi kayunya," terang Suswaningsih.
Bulan Agustus tahun 2024, lahan-lahan banyak ditanami ubi kayu karena tanaman itu merupakan tanaman terakhir yang dipanen. Kemudian, para petani kembali memulai lagi masa tanam pada bulan Oktober.
"Setelah panen ubi kayu, lahan diolah, menunggu hujan,” imbuhnya.
Maestro Sulawesi Tengah, Ina Tobani yang Langgengkan Pakaian Adat dari Kulit Kayu Pohon Beringin
Penghargaan Bagi Suswaningsih
Kiprah Suswaningsih di bidang pertanian di Gunungkidul tidak dapat diremehkan. Suswaningsih berhasil meraih penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) pada 2021 lalu.
Kalpataru merupakan penghargaan yang diberikan KLHK kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.
Kini, program Suswaningsih berhasil diterapkan di berbagai kelurahan di Gunungkidul, misalnya di Melikan sekitar 200 hektare dan ada sekitar 900 hektare untuk satu kapanewon.
"Di sini ada 8 kalurahan. Sekarang, sudah ada banyak petani yang di lereng-lereng perbukitan sudah menanami jagung, dan sebagainya. Semakin bertambah karena kesadaran petani," jelasnya.
Tidak hanya itu, Suswaningsih juga membina kelompok wanita tani (KWT) untuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai media dalam menanam sayuran.
Fatonah, Maestro dari Sukapura yang Belajar Batik Secara Diam-Diam
Referensi:
https://kumparan.com/kumparannews/suswaningsih-peraih-kalpataru-penyulap-lahan-tandus-di-gunungkidul-23MZw2EqKeW/4
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News