fatonah maestro dari sukapura yang belajar batik secara diam diam - News | Good News From Indonesia 2024

Fatonah, Maestro dari Sukapura yang Belajar Batik Secara Diam-Diam

Fatonah, Maestro dari Sukapura yang Belajar Batik Secara Diam-Diam
images info

Siapa yang tidak tahu batik Sukapura? Batik Sukapura merupakan salah satu sektor yang secara tidak langsung telah mengangkat nama Tasikmalaya melalui keindahannya.

Meskipun namanya tidak sebesar batik Pekalongan atau batik Cirebon, batik Sukapura memiliki keunikannya tersendiri yang menjadi ciri khas batik dari tanah Priangan ini.

Salah satu ciri khas batik dari Sukapura ialah warna dasar yang digunakan, yakni marun, biru dongker dan warna krem. Batik tulis Sukapura tidak pernah menyertakan warna dasar merah muda, kuning, maupun hijau.

Batik Sukapura hingga saat ini masih melestarikan teknik batik tulisnya. Maka, tidak heran jika keotentikan dan keindahannya selalu terjaga. Bahkan, Batik Sukapura yang dibuat dari masa ke masa tidak pernah berubah dan konsisten mempertahankan karakteristiknya.

Di Tasikmalaya, hadir sosok yang hingga saat ini masih menggunakan tenaganya untuk membatik. Padahal, usianya tidak lagi muda. Atas dedikasinya dalam menjaga dan merawat kekayaan Nusantara itu, kami menyebutnya sebagai “Sang Maestro Batik Sukapura”.

Lewat lomba Rekam Maestro yang digelar oleh GNFI bersama Kemdikbudristek, Edi Martoyo, Erni Agustin Rahayu, dan ⁠Balaka Sinematografi berhasil mendokumentasikan maestro Fatonah.

Motif Batik Kediri, Batik Gumul Oleh-Oleh Khas Simpang Lima Gumul

Fatonah, Maestro Batik Sukapura Tasikmalaya

Namanya adalah Fatonah. Orang-orang menyebutnya sebagai Hj. Fatonah. Ia adalah sosok yang mendedikasikan diri untuk terus merawat dan memproduksi batik tulis Sukapura.

Lahir di Sukapura, Tasikmalaya menjadikan Fatonah sebagai sosok yang sangat mencintai batik. Apalagi, orang tuanya juga merupakan pengrajin batik. Kecintaan Fatonah pada batik tumbuh bahkan saat dirinya masih kecil.

Hj Fatonah mulai belajar membatik sejak dirinya masih kecil. Akan tetapi, saat itu, proses belajar membatik ia lakukan secara otodidak dan sembunyi-sembunyi. Sebab, oleh orang tuanya yang juga sebagai pengrajin batik, Hj Fatonah belum diperbolehkan untuk memegang alat, terutama canting.

Bukan tanpa alasan, usia Hj Fatonah saat itu menjadi faktor utama ia dilarang belajar batik. Sebagai anak-anak yang dianggap ceroboh, Fatonah dikhawatirkan akan mematahkan canting, alat utama dan sakral untuk membuat batik tulis.

“Jadi saya mencuri-curi kesempatan, tidak bisa langsung minta diajarkan, karena dulu dilarang,” jelasnya.

Kenali Batik Garudeya Sebagai Ikon Batik Kota Malang

Akan tetapi, setelah ibu dari Fatonah mengetahui keinginan kuat anaknya, Fatonah akhirnya belajar membatik langsung dari ibunya.

Proses belajar membatik pun tidak mudah. Seperti yang sudah diketahui, membatik merupakan sebuah seni yang memiliki kesulitan dan kerumitan yang cukup tinggi. Oleh karenanya, untuk belajar membatik diperlukan tahap demi tahap.

Hj Fatonah mula-mula belajar menggambar pola-pola batik terinspirasi dari gambar yang ada di kalender. Fatonah mulai belajar membuat motif rereng atau lereng, motif yang sangat dikenal dari batik Priangan. Dari rereng kalender itulah ia kemudian baru menjiplak ke sebuah kain.

Dari langkah itu, Hj Fatonah mampu menciptakan aneka ragam pola Batik Sukapura yang terkenal hingga saat ini.

Motif Batik Kediri, Batik Gumul Oleh-Oleh Khas Simpang Lima Gumul

Bagaimana Nasib Batik Sukapura?

Hj. Fatonah merupakan satu dari beberapa pembatik di Sukapura yang masih melanggengkan produksi batik. Para pengrajin batik angkatan Hj Fatonah banyak yang sudah wafat dan tidak meninggalkan kecintaan terhadap batik kepada anak cucunya, sehingga pengrajin batik di Sukapura sudah cukup jarang.

Melihat semakin tenggelamnya para pengrajin batik, Hj Fatonah berharap anaknya dapat meneruskan perjalanannya menjadi pengrajin batik. Apalagi, saat ini ia sudah berusia 73 tahun.

“Mudah-mudahan kedepannya anak saya bisa seperti saya mempertahankan Batik Sukapura ini. Sangat disayangkan jika tidak ada yang meneruskan,” tuturnya.

Menjadi penerus pengrajin batik yang diwariskan dari orang tua menjadi kebanggaan tersendiri bagi Hj Fatonah.

“Saya bangga, hati saya senang bisa melanjutkan dari orang tua saya dan bisa melaksanakan.”

Museum Batik Sudah Dibuka, Jadi Sarana Baru untuk Pengetahuan Tentang Batik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.