Presiden Prabowo berencana mengerahkan 1.000 burung hantu ke lahan pertanian. Pengerahan pasukan 1.000 burung hantu ini diproyeksikan mampu menangani serangan hama tikus di lahan pertanian padi.
Rencana itu diungkapkan saat Prabowo berbincang dengan gubernur dan para petani di Majalengka, Jawa Barat.
"Di daerah sini saya dapat laporan hama tikus yang sangat pelik masalahnya. Dan yang paling bagus sekarang katanya adalah burung hantu," ujar Prabowo, sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (7/4/2025).
Kembali Mengingat Apai Janggut: Penjaga Hutan Adat dari Kalimantan Barat yang Dapat Penghargaan Dunia
Ide pengendalian hama tikus melalui burung hantu tersebut mendapat beragam tanggapan. Sebagian dari ahli mengungkap, rencana Prabowo merupakan langkah yang cukup tepat.
Pengerahan Burung Hantu Mengembalikan Rantai Makanan
Yanthi menjelaskan, Prabowo mengambil tindakan penanganan hama secara alami dengan pendekatan biologi, yakni kembali mengaktifkan jaring-jaring makanan dengan memanfaatkan burung hantu sebagai predator. Dalam upaya tersebut, tidak hanya burung hantu, tetapi predator lain juga berpotensi turut menjalankan fungsinya sebagai pemangsa hama, sehingga menciptakan ekosistem yang seimbang.
“Secara alami banyak juga jenis-jenis pemangsa atau predator seperti burung hantu, atau juga elang, ular. Pemakan serangga itu biasanya secara alami pun melakukan fungsinya di alam, di dalam satu rantai makanan.” tutur Ria Saryanthi, Conservation Partnership Adviser Burung Indonesia.
Celepuk Jawa, Burung Hantu Mungil Endemik Pulau Jawa
Pemanfaatan burung hantu sebagai bagian dari pengendali hama tikus di lahan pertanian telah menjadi bagian dari pengetahuan petani tradisional. Bahkan, burung hantu dikenal sebagai pahlawan petani karena perannya yang membantu dalam membasmi tikus.
Jadi, tambah Yanthi, banyaknya populasi tikus di lahan pertanian sebenarnya mengindikasikan adanya ketidakseimbangan ekosistem.
“Burung hantu atau satwa lain yang memangsa mereka sudah tidak ada lagi tempat itu.”
Burung Hantu: Solusi Ramah Lingkungan untuk Atasi Hama Tikus di Lahan Pertanian
Burung Hantu Bukan Solusi Tunggal
Walaupun burung hantu telah menjadi pengetahuan pertanian tradisional dalam pengendalian hama, hewan ini tidak lantas menjadi solusi tunggal atas berbagai permasalahan hama. Yanthi menegaskan, pemerintah perlu mengkaji beberapa hal sebelum menentukan kebijakan dalam membantu masalah hama pertanian masyarakat.
“Pemangsanya bukan hanya burung hantu, ada ular atau juga jenis pemangsa yang lain. Nah mereka ini sebenarnya berbagi gitu areanya,” kata Yanthi.
Untuk itu, dalam kasus ini, tutur Yanti, pengerahan burung hantu menjadi opsi yang cukup sesuai. Meski demikian, perlu dilakukan pemetaan wilayah agar dapat menentukan kuantitas burung hantu yang akan dilepasliarkan di lahan pertanian.
“Jadi jangan sampai terlalu banyak juga predatornya. Jadi kalau satu lahan sawah gitu misalnya, lepas 100 burung hantu atau 100 ular justru tidak akan efektif karena mereka juga punya teritori dan wilayah. Mereka bisa berbagi. Ular dan burung hantu punya batas maksimumnya. Jadi walaupun memang burung hantu mungkin efektif tapi kita juga perlu melihat, dalam satu lahan persawahan, apakah kita hanya perlu dua burung hantu atau misalnya lima ekor,” tandasnya.
Riset Pemanfaatan Rumput Laut Cokelat sebagai Pengendalian Penyakit Akuakultur Dapat Penghargaan Hitachi
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News