Penelitian rumput laut cokelat sebagai solusi pengendalian penyakit akuakultur yang dilakukan oleh dosen UGM, Prof. Dr.Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc.berhasil mendapat “Best Innovation Award” dalam The Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award 2024.
Alim Isnansetyo merupakan dosen Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan kepakaran di bidang akuakultur, khususnya imunologi ikan dan udang. Fokus keilmuannya ialah pengembangan vaksin, imunostimulan, dan metode ramah lingkungan lainnya untuk pengendalian penyakit ikan.
Penelitiannya dalam Hitachi, mengungkap pemanfaatan rumput laut cokelat sebagai alternatif pengendalian penyakit yang ramah lingkungan dibandingkan penggunaan antiobiotik.
Start Up Magalarva Olah Limbah Makanan Jadi Pakan Ternak Lewat Biokonversi Larva BSF
Penelitiannya berjudul “Proses Zero Waste Pemanfaatan Rumput Laut Coklat, Sargassum sp. untuk Pengendalian Penyakit Akuakultur Ramah Lingkungan dan Produksi Pupuk Hayati,” unggul dari 22 universitas dan 4 lembaga di 6 negara ASEAN (Kamboja, Indonesia, Laos, Myanmar, Filipina, dan Vietnam).
The Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award merupakan program penghargaan di bidang sains, teknologi, dan inovasi.
Diluncurkan pada tahun 2020, penghargaan ini diberikan kepada para periset yang mampu memecahkan masalah sosial serta mampu mendapatkan inovasi-inovasi yang dapat mewujudkan masyarakat berkelanjutan di kawasan ASEAN.
Keunggulan Jamur Tempe Temuan Dosen UGM: Bisa Jadi Alternatif Daging
Antiobiotik Menyebabkan Resistansi pada Ikan
Dalam penelitiannya, Alim Isnansetyo menemukan bahwa penggunaan antibiotik untuk pengendalian penyakit pada ikan dapat menyebabkan peningkatan bakteri. Akibatnya, bakteri-bakteri tersebut justru resistan terhadap antibiotik.
Resistansi tersebut juga turut berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, Alim mengembangkan rumput laut coklat, Sargassum sp. sebagai teknologi pengendalian penyakit ikan yang sederhana.
Sebenarnya, keberadaan rumput laut cokelat di Indonesia cukup melimpah. Sayangnya, pemanfaatan rumput laut cokelat belum maksimal. Oleh karena itu, Alim Isnansetyo menggali potensi tersebut.
Indonesia Punya Melon Hitam, Varietas Baru Temuan Mahasiswa S3 UB
Kebutuhan Petani Akuakultur terhadap Metode Pengendalian Sederhana
Inovasi Alim Isnansetyo menjadi salah satu jawaban dari kebutuhan para petani ikan. Menurutnya, saat ini petani ikan membutuhkan teknologi pengendalian penyakit ikan yang sederhana, efektif, dan ramah lingkungan, tetapi dengan harga yang terjangkau. Untuk itu, ia mencoba menawarkan solusi dari gap tersebut.
Alim Isnansetyo memanfaatkan Alginat—senyawa karbohidrat utama—dan fukoidan—karbohidrat sulfat yang bersifat bioaktif—sebagai imunostimulan pada budidaya ikan dan udang.
Penerapannya cukup mudah, yakni sebagai pelengkap pakan ikan. Tidak hanya itu, fukoidan juga dapat dimasukkan sebagai adjuvan pada vaksin Vibriosis.
Fahrul Nurkolis, Pemegang Hak Paten Antikanker dan Antidiabetes dari Bahan Alam Indonesia
Produk hasil penelitian ini telah diujicobakan ke kelompok tani atau pembudidaya ikan dan berbagai tingkat usaha, mulai perusahaan swasta skala kecil dan menengah, hingga lembaga sosial.
Aplikasi imunostimulan dan vaksin dinilai jadi cara yang ramah lingkungan untuk menanggulangi penyakit karena dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan penggunaan antibiotik.
Pilihan Olahan Daun Kelor untuk Kesehatan: Bisa Jadi Minuman Saat Sahur dan Buka Puasa
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News