Senyawa Juanleoxy Fahrulanoside (C₁₂H₂₃NO₉) berhasil ditemukan oleh Fahrul Nurkolis, peneliti UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, bersama Juan Leonardo, ilmuwan lulusan Beijing University of Chinese Medicine. Nama senyawa itu diambil dari gabungan nama keduanya.
“Ada unsur gabungan nama kami—saya (Fahrul) dan Juan—untuk menandai perjalanan kolaborasi anak muda Indonesia yang berani menembus dunia riset global,” kata Fahrul, dikutip dari detikEdu.
Keduanya memperkenalkan temuannya di ajang International Congress of Nutrition (ICN) 2025 di Palais des Congrès, Paris, pada 24–29 Agustus 2025. Forum empat tahunan yang digelar International Union of Nutritional Sciences (IUNS) itu merupakan salah satu panggung paling prestisius di bidang gizi.
Kini, senyawa tersebut telah terdaftar di National Library of Medicine dan sedang diajukan untuk memperoleh hak paten internasional.
Perjalanan Adhiguna Kuncoro, Alumni ITB yang Mengembangkan AI Gemini
Senyawa Berasal dari Kekayaan Alam Nusantara
Perjalanan menemukan senyawa ini tidak singkat. Sejak 2022, Fahrul dan Juan mengintegrasikan literatur herbal Nusantara dengan teknologi modern, seperti in silico screening (pemodelan komputer untuk menyaring kandidat senyawa), validasi metabolomik (analisis profil metabolit), hingga uji awal in-vitro (uji sel di laboratorium).
“Lebih dari satu tahun, kami menginvestasikan penelitian, mulai dari karakterisasi senyawa hingga uji eksperimental pada hewan percobaan di laboratorium,” kata Fahrul, dikutip dari laman UIN Suka.
Menariknya, senyawa ini berasal dari kekayaan hayati Nusantara dan bekerja melalui mekanisme GLP-1 modulator. Mekanisme ini berperan penting dalam pengendalian diabetes, karena mampu menurunkan kadar gula darah pasca konsumsi makanan, meningkatkan rasa kenyang, serta mendukung kesehatan metabolisme secara keseluruhan.
Juliana, Orang Rimba Pertama yang Jadi Sarjana: Jual Tanah untuk Tebusan Batal Nikah
Hasil uji laboratorium menunjukkan adanya perubahan signifikan pada marker metabolik (penanda biologis tubuh). Temuan tersebut sudah dipublikasikan di Frontiers in Nutrition (Swiss), jurnal internasional bereputasi Q1 Scopus.
Meski masih dalam tahap penelitian dasar, peluang pengembangannya besar. Ke depan, senyawa ini bisa hadir dalam bentuk kapsul, tablet, atau minuman fungsional. Namun, prosesnya panjang, mulai dari uji praklinik, uji klinik, hingga izin edar.
"Semua tentu memerlukan perjalanan panjang: uji praklinik, uji klinik, sampai izin edar," ujar Fahrul.
Penelitian ini pun tidak luput dari kesulitan. Fasilitas riset terbatas, pendanaan minim, dan instrumen yang tidak selalu memadai merupakan tantangan terbesar.
"Tapi dengan kolaborasi internasional dan kreativitas memaksimalkan sumber daya lokal, tantangan itu bisa dilewati,” tambah Juan.
Fahrul Nurkolis, Pemegang Hak Paten Antikanker dan Antidiabetes dari Bahan Alam Indonesia
Jejak Panjang Fahrul Nurkholis
Fahrul Nurkolis bukan nama baru di dunia riset. Pada November 2024, ia mendapatkan hak paten atas senyawa antikanker dan antidiabetes dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Penelitian itu mengungkap potensi bioaktif dari Echinacea purpurea, anggur laut, dan bawang dayak.
Anggur laut terbukti menghambat proliferasi sel kanker, memicu kematian sel kanker (apoptosis), dan memutus jalur sinyal kanker.
Sementara itu, bawang dayak—dikenal juga sebagai bawang sabrang atau bawang lemba—berkhasiat menurunkan tekanan darah, kolesterol, diabetes, hingga risiko stroke.
Kini, selain meneliti, Fahrul juga menjabat sebagai Vice President of Medical Research Center of Indonesia. Fokusnya tetap sama: mengeksplorasi potensi kekayaan alam Indonesia untuk dunia.
“Indonesia memiliki segalanya, sumber daya alam yang kaya dan ilmuwan berbakat. Jika kita bisa mengatasi kendala dalam hilirisasi riset, Indonesia bisa menjadi pemimpin global dalam industri farmasi berbasis bahan alam,” ujarnya.
Unik! Musik dari dan untuk Tumbuhan Hasil Eksplorasi Seni Bottlesmoker
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News