Cerita anak adalah bentuk pengekspresian seorang penulis yang mendedikasikan proses kreatifitasnya untuk mendidik dan mengembangkan imajinasi anak. Tidak banyak para penulis cerita anak yang mengambil cerita dalam sasatra lama terlebih lagi relief candi-candi.
Banyak sastra lama yang terkandung di dalam relief candi diantaranya Ramayana, Jataka, Arjunawiwaha, Pancatantra, Tantri Kamandaka dan lainnya. Selain menceritakan tentang kemanusiaan banyak juga panel-panel relief di candi yang banyak menceritakan dongeng hewan (fabel) yang terkandung di kitab Jataka (telah ada 400 SM) dari India.
Hingga berkembang saat tahun 200 SM sebuah kitab yang dikenal Pancatantra yang sebagai kumpulan fabel hewan-hewan yang menggunakan metafora hewan untuk mengungkapkan kebajikan dan sifat buruk manusia. Cerita ini berkembang hingga terbentuk dalam Tantri Kamandaka saat runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu dan permulaan kerajaan Islam di Jawa.
Cerita Pancatantra sayangnya belum banyak yang mengangkat untuk dijadikan cerita anak. Maka dari itu perlu pengenalan beberapa cerita bisa menjadi inspirasi dalam mengembangkan cerita anak. Berikut 10 daftar cerita Pancatantra yang ramah anak dari sinopsis hingga cerita lengkapnya untuk Kawan.
Bangau dan Kura-Kura Terbang
Kisah pertama datang dari relief Candi Mendut dan Candi Surawana menceritakan tentang kesusahan kura-kura dengan kedua sahabatnya karena danau yang mengering. Hingga akhirnya mereka berinsiatif untuk pindah mencari danau yang baru. Akan tetapi nahasnya perjalanan ini mencapai akhir dari sang kura-kura yang ditelan bumi karena tidak mendengarkan nasehat dari kedua sahabatnya.
Untuk mengetahui konflik antar sahabat itu Kawan bisa membaca cerita yang dibuat oleh Kawan kita disini Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Durbudi Si Kura-Kura Terbang
Kebaikan dan Karma dari Burung Pelatuk Kepada Singa
Kisah kedua diangkat dari relief Candi Borobudur yang menceritakan tentang kebaikan seekor burung pelatuk yang membantu singa yang sedang dalam masalah karena sifat rakusnya. Akan tetapi perbuatan bik itu tidak dibalas dengan kebaikan. Hingga karma menanti pada sang singa.
Kisah ini dibalut dengan nuansa rendah hati, konflik antar kedua sifat ini memberikan secercah harapan untuk Kawan belajar tentang ketuhanan. Cerita ini bisa dinikmati dari judul Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Kebaikan Lala si Burung Pelatuk kepada Singa
Siasat Buaya dan Siasat Monyet
Kisah ketiga datang dari relief Candi Sojiwan dan Candi Mendut. Mengisahkan tentang seekor buaya yang diminta istrinya untuk membawakan jantung monyet untuk dimakannya. Buaya memiliki sahabat seekor monyet dan mengelabui sahabatnya. Akan tetapi karena kepolosan buaya membuat monyet lolos dari marabahaya.
Konflik demi konflik akhirnya membuat persahabatan antara keduanya menjadi renggang, lantas bagaimana cara monyet untuk menyelamatkan diri? Cerita ini bisa Kawan baca dalam laman yang berjudul Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Siasat Buaya dan Siasat Monyet yang Baik Hati
Akal Jahat Belibis dan Nasihat Kepiting
Kisah ini datang dari relief Candi Surawana yang mengisahkan tentang belibis dan kepiting. Menceritakan seekor belibis yang mencoba mengelabui penduduk sungai untuk mendapatkan mangsanya, tapi hal itu disadari oleh sang kepiting baik yang akhirnya memberikan pelajaran yang pantas kepada belibis.
Kisah ini mengangkat tentang kepemimpinan yang adil dan bagaimana agama dijadikan topeng untuk berbuat jahat yang nyatanya kejahatan adalah milik pribadi diri itu sendiri. Tertarik dengan ceritanya kamu bisa mengaksesnya di judul berikut Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Akal Jahat Belibis dan Nasihat Kepiting
Kebaikan Pendeta dan Kepiting
Kisah selanjutnya dari relief Candi Sojiwan yang mengisahkan tentang kebaikan seorang pendeta kepada kepiting. Mengingat budinya membuat kepiting membalas kebaikannya dengan menghalau hal jahat dari sang pendeta. Hingga membuat persahabatan diantara keduanya.
Kisah ini memberikan ruang antara hewan dan manusia untuk saling mengerti dan saling memiliki. Tentu saja bisa terjadi antara hewan Kawan GNFI, maka dari itu cerita lengkapnya dapat dibaca di judul berikut Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Pendeta dan Kepiting Kebaikan Dibalas Kebaikan
Keangkuhan Gajah pada Burung Beo
Cerita ini berangkat dari relief di Candi Sojiwan yang mengisahkan tentang seekor gajah yang memiliki nafsu yang tak terlampiaskan hingga akhirnya membuatnya marah hingga mengamuk menghancurkan pohon-pohon hingga akhirnya membuat pecah telur-telur di sarang burung beo. Hingga membuat perlawanan dari hewan lain pada raksasa hutan itu.
Kisah ini memberikan pemahaman tentang pentingnya mengendalikan diri agar tidak membuat orang lain resah atau bahkan menyakiti banyak orang dan cerita ini bisa nikmati di GNFI dengan jududlLegenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Keangkuhan Gajah Membawa Petaka. Dalam cerita yang ditulis ini sedikit mengubah ceritanya dikarenakan untuk menyesuaikan pembaca ramah anak, tapi tidak mengubah esensi moral didalamnya.
Kisah Angsa Berkepala Dua
Cerita ini berasal dari relief Candi Sojiwan dan Candi Mendut. Dikisahkan tentang seekor angsa yang memiliki dua kepala. Kepala pertama yang rakus hingga pelit kepada kepala keduanya yang membuat kepala keduanya memberikan racun kepada kepala satunya yang akhirnya membuat mereka berdua meninggal.
Kerakusan memang menjadi poin yang sering diulas dalam cerita Pancatantra tentunya dalam kisah ini yang mengajarkan rasa iri hati yang akhirnya dapat membunuh diri sendiri. Cerita ini dapat Kawan baca di laman GNFI yang berjudul Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Kisah Angsa Kepala Dua Abai Peringatan. Cerita ini sedikit dimodifikasi untuk pembaca ramah anak tanpa mengubah esensi moral di dalamnya.
Wanita Kaya, Penjahat, dan Serigala Betina
Berbeda dari cerita lainnya, kali ini menceritakan tentang seorang manusia kaya yang percaya kepada orang yang baru ditemuinya dan ternyata orang itu adalah penjahat yang ingin mencuri hartanya.
Pembelajaran yang terkandung dalam cerita ini banyak menyangkut tentang mengenal pribadi seseorang secara menyeluruh dan jangan mudah percaya akan banyak hal. Untuk mengetahui lebih lanjut kenapa serigala menjadi kuci menyadarkan wanita itu Kawan bisa menuju ke judul Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Wanita Kaya dan Pria Bermuka Dua di laman GNFI.
Perlombaan Garuda dan Kura-Kura
Garuda sudah tidak asing di telinga orang Indonesia karena merupakan penggambaran sosok Garuda Pancasila. Dikisahkan garuda sangat menyukai makan kura-kura. Akan tetapi, karena populasinya terus berkurang akhirnya terdapat seekor kura-kura yang mengajak garuda untuk berlomba yang tercepat mencapai garis akhir. Hal yang tidak disangka bahwa kura-kura memenangkan perlombaan itu.
Menariknya dalam kisah ini mengambarkan peran garuda yang sombong karena bisa terbang cepat, tapi akal cerdik kura-kura tidak kalah cepat hingga membuatnya berhasil mengalahkan garuda. Cerita ini tertuang dalam cerita yang berjudul Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Perlombaan Garuda Kecil dan Kura-Kura, Kesombongan dan Pembuktiandi laman GNFI. Cerita ini terinspirasi dari relief tersebut sehingga disesuaikan untuk pembaca ramah anak.
Bubuksah dan Gagang Aking
Mengisahkan tentang dua saudara yang menjadi pendeta hingga berkelana dan bertapa untuk meningkatkan spiritualistas mereka dalam menhadapi kehidupan. Ternyata spiritualistas mereka akan diuji dengan melihat laku mereka untuk menyerahkan diri kepada sang pencipta. Pengorbanan dua saudara ini akhirnya memutuskan mereka untuk memasuki surga yang berbeda.
Dalam cerita ini mengangkat tentang berserah diri kepada sang pencipta dan tetap belajar dengan alam sekitar, karena sejatinya pengalaman yang baik adalah pengalaman yang dirasakan saat itu juga. Untuk bisa menikmati cerita ini kawan bisa ke laman GNFI dengan judul Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Bubuksah dan Gagang Aking, Pengorbanan Kepada Pencipta.
Berikut tadi 10 cerita Pancatantra atau Tantri Kamandaka yang dapat menjadi inspirasi cerita anak untuk memahami nilai moral.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News