legenda cerita rakyat candi nusantara durbudi si kura kura terbang - News | Good News From Indonesia 2024

Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Durbudi Si Kura-Kura Terbang

Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Durbudi Si Kura-Kura Terbang
images info

Cerita ini terinspirasi dari panel relief candi Nusantara. Cerita termasuk ke dalam Jataka, yaitu kumpulan fabel tertua di India dan termasuk sub kelas cerita Pancatantra atau dongeng binatang berbingkai yang berisi ajaran moralitas.

Interpretasi cerita ini berdasarkan sumber-sumber ilmiah yang dapat dibaca pada referensi (referensi terlampir pada akhir cerita). Cerita ini sedikit dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan pembaca ramah anak, tetapi tidak menghilangkan esensi moral didalamnya.

Kura-Kura dan Bangau Terbang

Dikisahkan pada zaman dahulu kala terdapat sebuah negeri yang indah dengan alamnya yang mempesona. Pesona alamnya membuat banyak orang-orang ingin mendiami wilayah tersebut. Mulai dari berbeda ras, suku, dan bahkan hewan-hewan berkumpul menjadi satu disana.

Akan tetapi terdapat suatu masa disaat negeri tersebut dilanda kekeringan berkepanjangan. Membuat banyak sekali mata air menjadi kering, bahkan hingga membuat telaga atau danau menjadi tandus. Masalah ini membuat banyak hewan kehilangan tempat tinggalnya.

Salah satu hewan yang cukup merasakan hal tersebut adalah kura-kura bernama Durbudi. Ia sudah lama mendiami telaga yang airnya dikatakan tidak akan habis, tetapi kekeringan ini membuat telaga tersebut sedikit demi sedikit menjadi surut.

Di dalam kesulitan tersebut, untungnya dia memiliki sahabat yang sangat baik yaitu dua bangau bersaudara yang bernama Cakrangga dan Cakranggi. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak mereka dilahirkan di telaga tersebut hingga mereka tumbuh dewasa sampai sekarang. Membuat mereka selalu pergi kemana-mana bersama tanpa meninggalkan seorang diantara mereka.

Baca juga: Panduan Belajar Moralitas dari Cerita Relief Candi Nusantara

Kekeringan yang terjadi akhirnya membuat ketiga sahabat tersebut merasa resah. Perihal ini membuat mereka merasa khawatir, karena ini akan membuat mereka kehilangan tempat tinggal. Akhirnya mereka saling berdiskusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Diskusi tersebut memaparkan banyak solusi tetapi tidak ada satupun solusi yang bisa menyelesaikan semuanya. Setelah diskusi panjang mereka, akhirnya saran dari Durbudi yang dipakai yaitu mereka harus pindah ke telaga yang lebih sejuk dan airnya berlimpah, tetapi mereka harus mencari telaga tersebut sebelum berpindah.

Cakrangga dan Cakranggi mengajukan bahwa mereka akan mencari telaga tersebut kepada Durbudi. Sedangkan Durbudi akan berdiam di telaga ini untuk sementara waktu sambil menunggu kedua saudara itu kembali.

Perjalanan yang jauh telah dilakukan oleh kedua saudara tersebut. Mereka akhirnya menemukan telaga yang sangat cocok untuk kehidupan mereka bertiga. Akan tetapi kedua saudara tersebut merasa telaga ini terlalu jauh untuk ditempuh sahabatnya Durbudi.

Cara demi cara mereka pikirkan dan terbesit satu cara yang efisien yaitu dengan membawa Durbudi terbang bersama mereka dengan alat yaitu ranting pohon. Tetapi Durbudi haruslah menggigit ranting pohon tersebut ketika mereka terbang. Dirasa cara ini yang paling bisa dilakukan, akhirnya kedua saudara tersebut segera pulang ke telaga mereka untuk memberitahukan pada Durbudi.

Menunggu dalam beberapa hari membuat Durbudi risau, khawatir, dan mulai rasa berprasangka buruk kepada sahabatnya, dia takut hanya dia yang ditinggalkan sendirian ditelaga ini. Tidak berselang lama saat matahari terbenam, datanglah kedua saudara tersebut. Durbudi yang kegirangan, dengan cepat menghampiri kedua sahabatnya.

Sesampainya, Cakrangga dan Cakranggi menceritakan penemuan mereka tersebut kepada Durbudi. Mulai dari letak telaga yang indah tetapi tempatnya yang sangat jauh hingga bagaimana cara agar Durbudi bisa ikut terbang bersama mereka. Rasa senang bagi Durbudi, karena akhirnya dia bisa terbang apalagi dengan sahabat-sahabat baiknya. Mereka bertiga merencanakan akan berangkat keesokan paginya karena hari sudah mulai malam.

Nasihat Menghindari Celaka

Keesokannya, sebelum mereka pergi, Cakrangga dan Cakranggi memberikan nasihat peringatan ke sahabatnya bahwa Durbudi harus terus menggigit ranting saat mereka dalam keadaan terbang. Jikalau dia melepaskannya maka akan celaka semuanya.

Durbudi memang mendengarkan nasihat dari kedua sahabatnya tersebut, akan tetapi karena tidak bersabar untuk segera terbang membuat Durbudi sedikit abai dengan peringatan tersebut.

Ketiga sahabat tersebut terbang di angkasa dengan Cakrangga dan Cakranggi mencengkram setiap ujung ranting pohon bersamaan dan Durbudi yang menggigit bagian tengah ranting. Durbudi sangat senang karena dia bisa terbang dan kedua sahabatnya pun senang melihatnya.

Ditengah perjalanan tersebut mereka melewati tapak sawah yang luas dan melihat anak-anak gembala dengan kerbaunya. Awalnya para anak gembala itu abai saja melihat Cakrangga dan Cakranggi. Akan tetapi mereka salah fokus dengan kura-kura yang dibawa oleh kedua bangau tersebut yiatu Durbudi.

Melihat hal aneh tersebut membuat anak-anak tadi ingin menjahili dan menjatuhkan mereka terutama Durbudi si kura-kura. Bersenjatakan ketapel dan batu mereka menembaki para sahabat sejati itu. Akan tetapi hal tersebut mudah dihindari oleh para ketiga sahabat tersebut, mereka memutuskan untuk terbang lebih tinggi lagi agar tidak terkena ketapel anak-anak tersebut.

Tidak kehilangan akal bulus, para anak-anak gembala yang nakal itu mempunyai cara lain. Mereka meneriaki tiga kawanan sahabat tersebut dan mengatakan “Lihatlah terdapat dua burung yang menerbangkan kotoran kerbau kering yang bau itu (menunjuk ke Durbudi) hahaha..,” sambil tertawa.

Cakrangga dan Cakranggi memang kesal tetapi mereka lebih sabar karena mereka dalam perjalanan. Tidak dengan Durbudi, sesaat dia merasa sangat marah dengan perkataan anak-anak tersebut yang mengatakannya mirip seperti kotoran kerbau.

Melihat dia tinggi di langit membuat Durbudi sedikit angkuh, karena tidak ada yang bisa dilakukan anak-anak itu karena dia terbang diatas mereka. Tidak berpikir panjang akhirnya Durbudi menoleh ke arah anak-anak tersebut dan mengatakan “Aku bukan kotoran, aku adalah raja kura-kura yang bisa terbang,” sambil marah mengucapkan.

Baca juga: Imajinasi Tinggi Pembentuk dan Pemaknaan Lambang Garuda Pancasila

Tetapi tanpa sadar mengucapkan kalimat itu membuat dia tidak lagi menggigit ranting pohon yang dibawa oleh kedua sahabatnya, sehingga membuat dia terjatuh. Padahal sebelumnya Durbudi diperingatkan untuk tidak membuka mulutnya selama terbang karena dia akan celaka. Nasib buruk bagi ketiga sahabat tersebut, Durbudi akhirnya mengingat pesan sahabatnya itu sambil jatuh dari ketinggian.

Melihat hal tersebut anak-anak gembala senangnya melihat Durbudi jatuh dan ingin segera menangkapnya. Begitu juga dengan kedua sahabatnya Durbudi, mereka cepat-cepat ingin menolongnya dan ingin menangkap Durbudi sebelum jatuh ke sawah.

Tetapi sayang sekali Durbudi akhirnya terjatuh dan masuk kedalam rawa-rawa di sawah yang tidak terlihat karena lumpur dan keruh. Begitu juga dengan anak-anak gembala tadi, mereka tampak kecewa karena tidak dapat menemukan kura-kura yang jatuh tadi.

Cakrangga dan Cakranggi ingin segera menolong sahabatnya tersebut, akan tetapi Durbudi tidak dapat ditemukan. Sedih dan menangis sekali mereka kehilangan sahabat baiknya. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berdiam di sawah itu menunggu Durbudi. Tetapi yang ditunggu tak kunjung datang.

Referensi

  • https://jsrw.ikj.ac.id/index.php/jurnal/article/view/172
  • https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/berkalaarkeologi/article/view/227 
  • https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Kalpa/article/view/1596 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.