panduan belajar moralitas dari cerita relief candi nusantara - News | Good News From Indonesia 2024

Panduan Belajar Moralitas dari Cerita Relief Candi Nusantara

Panduan Belajar Moralitas dari Cerita Relief Candi Nusantara
images info

Indonesia seringkali menjadi negara yang dijuluki negara paling dermawan. Pada tahun 2021 menurut World Giving Index (WGI), Indonesia menempati urutan pertama dengan skor 69%.

Tetapi bagaimana dengan indeks kejujuran? kejujuran menjadi hal yang utama untuk bekembangnya suatu negara. Indeks kejujuran masyarakat dan pemerintah juga menjadi poin menentukan moralitas suatu negara.

Menurut peneliti dalam studi Civic Honesty Around the Globe tahun 2019 menerangkan tentang kejujuran. Bahwa tanpa adanya kejujuran, banyak janji bisa dilanggar, kontrak tidak dapat dipenuhi, pajak yang tak dibayar, dan pemerintahan menjadi korup.

Baca juga:Agama Memaknai Garuda Pancasila sebagai Dasar Negara

Berdasarkan penelitian tesebut Indonesia menduduki peringkat ke 33 dari 40 negara yang disurvei tentang kejujuran yang dilakukan dengan poin “mengembalikan dompet yang hilang”. Hal ini menjadi pukulan telak bagi moralitas bangsa kita.

Mengetahui peringkat ini menjadikan Indonesia termasuk dalam negara yang tingkat kejujurannya rendah. Hal ini tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila yang diusung sebagai ideologi negara. Padahal dari Pancasila pun dapat diketahui asas-asas moral yang terkandung didalamnya.

Pembelajaran moral dan etika yang baik sebenarnya telah tertuang dalam sejarah-sejarah dan cerita-cerita rakyat saat sebelum Indonesia terbentuk. Pendidikan moral ini banyak digambarkan melalui relief-relief pada candi dan cerita-cerita lama yang banyak terbangun di Nusantara. Berikut ini cerita-cerita moral dari peninggalan candi di Indonesia.

Belajar Moralitas dari Relief Candi Nusantara

Relief Candi Borobudur

Relief Harimau dan Burung Pelatuk di Candi Borobudur | Sumber gambar: kebudayaan.kemdikbud.go.id/Balai Konservasi Borobudur
info gambar

Candi Borobudur yang kompleks ini memberikan warna dalam moralitas yang tergambarkan dalam relief-relief. Salah satu cerita yang sering diketahui adalah tentang Sang Budha Gautama melakukan renkarnasi menjadi burung pelatuk dengan seekor harimau.

Dikisahkan bahwa terdapat burung pelatuk yang membantu harimau mengeluarkan tulang dari mulutnya. Saat sudah sembuh harimau tersebut tidak lupa berterima kasih.

Selang setelah peristiwa itu pelatuk kesulitan mencari makanan dan bertemu dengan harimau yang ditolongnya. Tetapi harimau tidak ingin berbagi makanan dengan pelatuk.

Cerita pada relief ini memaknai tentang jangan terlalu menaruh harapan lebih dengan orang lain. Serta jangan merasa orang lain harus membalas budi atas kebaikan yang telah kita lakukan, karena jika kita melakukan kebaikan tanpa mengharapkan balasan dari orang lain. Maka kebaikan itu sendiri akan kepada kita juga dalam bentuk yang lain.

Relief Candi Mendut

Relief Burung Bangau dan Kura-kura di Candi Mendut | Sumber Gambar: Wikipedia Commons
info gambar

Candi Mendut ini dalam salah satu reliefnya menceritakan tentang persahabatan antara sepasang burung bangau dan kura-kura. Singkat cerita sepasang burung bangau ingin pindah ke telaga yang lebih tinggi dengan air yang tidak mengering.

Mengetahui hal tersebut kura-kura juga ingin ikut pindah, akhirnya dua bangau tersebut menyarankan kura-kura untuk menggigit ranting dan kemudian mereka akan membawanya untuk pergi ke telaga baru.

Ketika mereka terbang ternyata terdapat anak-anak yang mencoba memanah mereka dan mengejek kura-kura seperti kotoran kerbau kering yang terbang. Naik pitam si kura-kura akhirnya kura-kura melepaskan mulutnya secara tidak sengaja, hingga akhirnya jatuh.

Cerita ini bermakna bahwa kita harus memiliki tujuan dan pandangan yang jelas atas nilai-nilai luhur atau nasihat orang tua yang baik-baik dan masih relevan di kehidupan. Hal ini akan mengantarkan kita kejalan yang baik pula.

Pesan lainnya juga tentang sabar akan suatu proses yang kita lakukan, jikalau kita sabar dan menikmati proses tersebut niscaya kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Godaaan dan gangguan akan terus berdatangan maka dari itu kita harus meneguhkan dan tetap fokus pada pendiran.

Relief Candi Surawana

Relief Burung Belibis dan Kepiting dalam Candi Surawana | SUmber gambar: Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI
info gambar

Relief yang sangat mengandung makna lainnya datang dari relief tentang burung belibis dengan kepiting. Singkat cerita terdapat burung belibis yang mengelabui para ikan untuk pindah karena dikatakan bahwa telaga akan kering, tetapi hal ini disadari kepiting bahwa itu adalah muslihat belibis saja.

Peringatan dari kepiting tidak digubris oleh para ikan dan akhirnya ikan dipindahkan dan sayangnya dimangsa belibis. Kepiting saat dipindahkan berpegang di leher belibis, mengetahui para ikan sudah dimangsa akhirnya kepiting mencekik dan meminta dikembalikan ke telaga oleh belibis. Sesampainya ditelaga belibis akhirnya mati tercekik oleh tangan kepiting.

Cerita ini mengajarkan tentang bagaimana kita mengendalikan diri dan mewaspadai karakter licik dan jahat orang. Karakter orang yang sebelumnya kurang baik, tiba-tiba menjadi baik dan ternyata dibalik kebaikan tersebut membawa kita ke arah yang tidak baik.

Dalam kehidupan kenegaraan juga kita harus waspada terhadap tipu daya seseorang, karena banyak cara agar orang menguntungkan dirinya sendiri untuk kepentingannya.

Menurut Hari Lelono dari Balai Arkeologi D.I Yogyakarta dalam jurnalnya, cerita pada candi Surawana ini sangat bermakna tentang bagaimana kita berprilaku sabar dan berpikir sebelum bertidak untuk mengambil keputusan, hal ini akan dapat menyelamatkan kita dari keraguan.

Relief Candi Kedaton

Ilustrasi Garudeya sungkem kepada ibunya dewi Winata, Inspirasi Relief Candi Kedaton | Ilustrasi Pribadi
info gambar

Candi Kedaton memiliki banyak sekali relief yang menceritakan tentang Garuda pada panel 13 sampai 21 nya. Secara singkat relief ini menceritakan perjuangan Garuda untuk membebaskan ibunya (dewi Winata) dari perbudakan.

Sehingga Garuda harus menjadi tunggangan dewa Wisnu agar bisa mendapatkan air amrta untuk ditukarkan dengan ibunya pada dewi Kadru yang memperbudak ibunya.

Relief ini memaknai tentang perjuangan yang dilakukan Garuda untuk ibunya. Dia melakukan segala hal yang dia bisa untuk keselamatan ibunya. Hal ini juga mengingatkan tentang bagaimana bakti kita sebagai anak kepada ibu kita. Terlebih lagi atas jasa-jasa yang dilakukan ibu mulai dari merawat hingga melahirkan kita.

Baca juga:Putu Sutawijaya Mencari Bakti Garuda untuk Ibu Pertiwi

Maka dari itu cerita Garuda ini sarat akan makna kenegaraan yaitu bakti kita kepada ibu pertiwi (Indonesia). Terutama cara kita memperlakukan Indonesia dengan baik dan membanggakan nama Indonesia.

Menurut Putu Sutawijaya seniman yang dalam karyanya tentang bakti Garuda pada ibunya, bahwa Garuda adalah rambu-rambu untuk berkelakuan atas diri sendiri, tentang tidak boleh semena-mena atas negara sendiri, karena negara kita ibarat rumah sendiri haruslah dijaga dan dirawat.

Icon Garuda Pancasila sebagai dasar negara juga harus kita junjung tinggi, karena landasan ketuhanan, kemanusian, persatuan, jujur, dan adil sudah tertuang di dalam diri kita sebagai garuda dan terpatri di dada sebagai landasan Pancasila.

Referensi:

  • T.M Hari Lelono. (2016). Relief Candi Sebagai Media Efektif Untuk Menyampaikan Informasi Mral-Didaktif Pada Masa Jawa Kuna. Berkala Arkeologi. Vol 36 No.31. hal 99 – 116.
  • https://www.bentarabudaya.com/warta-bentara/114/putu-sutawijaya-mencari-garuda
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpkw11/relief-cerita-garudeya-di-candi-kedaton/
  • https://www.mongabay.co.id/2015/04/13/relief-burung-di-candi-apa-maknanya/ 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.