putu sutawijaya mencari bakti garuda untuk ibu pertiwi - News | Good News From Indonesia 2024

Putu Sutawijaya Mencari Bakti Garuda untuk Ibu Pertiwi

Putu Sutawijaya Mencari Bakti Garuda untuk Ibu Pertiwi
images info

Putu Sutawijaya adalah seorang maestro dalam hal seni lukis dan seni rupa. Namanya sering kali disandingkan dengan nama-nama seniman terbaik Indonesia. Seniman asal Bali ini sempat menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan sekarang tinggal dan bekerja di Yogyakarta.

Setiap goresan dan representasi karya hasil Putu Sutawijaya ini sarat akan makna yang mendalam tentang diri sendiri dan lingkungan. Teknik-teknik dalam lukisannya juga terinspirasi dari lukisan-lukisan China yang menunjukkan nuansa kaligrafi dan energi Chi atau Qi.

Energi yang selalu Putu bawa dalam karyanya akhirnya membuahkan hasil. Pameran tunggal Putu pertama kali diselenggaran di Bentara Budaya Yogyakarta tahun 1998 dengan judul “Energy” membuat namanya terus melejit di kancah nasional maupun internasional.

Tidak kalah dengan keadaan, akhirnya Putu mengadakan kembali pameran tunggalnya setelah sebelumnya terhadang oleh COVID-19. Tahun 2023 menjadi awal kisah baru bagi Putu dalam merepresentasikan bakti anak ke orang tua dengan inspirasinya dari sosok Garuda Pancasila Indonesia.

Baca juga:Mempelajari Lagu Garuda Pancasila dalam Seni Musik

Pameran tunggal ini diselenggaran di Bentara Budaya Jakarta 2023 dengan mengambil judul “Lelampah”. Dalam pameran ini Putu menyajikan lukisan, seni rupa, dan fotografi yang dia abadikan sebagai bentuk pemaknaan dari Garuda.

Putu dan Garuda Bentuk Bakti ke Ibu

Garuda menjadi ikon yang membanggakan ketika terikat dengan Indonesia. Hal tersebut juga diperlihatkan oleh Putu dalam pameran tunggalnya “Lelampah” sebagai bentuk merepresentasikan peran perjalanan Garuda pada ibu pertiwi.

“Candi Kedaton menjadi unik lantaran terdapat beberapa relief yang menggambarkan Garudeya, banyak sekali penggambaran kehidupan sehari-hari yang harus kita lihat dalam kisah Garudeya” tutur Putu dalam wawancara kanal Youtube Bentara Budaya.

Pusat perhatian Putu teralihkan dari sekian banyak relief di Candi Kedaton, fokusnya menjadi satu pada relief yang menampilkan saat Garuda mencari air amerta atau air kehidupan untuk ditukarkannya dengan kebebasan atas perbudakan pada ibunya yaitu dewi Winata yang dilakukan oleh dewi Kadru.

“Pembelajaran tentang kemanusian sangat saya dapatkan dalam panel-panel relief tentang Garuda ini” Tutur Putu. Pembelajaran tentang kemanusian dibuka Putu lewat pameran Lelampah ini agar orang-orang dapat mengartikan tentang kisah manusiawi Garuda.

Putu juga menyinggung salah satu panel relief yang menurut dia dramatik sekali. Panel tersebut menampilkan Garuda yang sungkem (sujud) di kaki ibu nya dewi Winata. Menurut Putu, manusia itu sendiri adalah Garuda. Bukan hanya tubuh Garuda yang manusiawi tapi juga karakternya.

Cerita relief ini juga mengisahkan bahwa Garuda rela untuk menjadi kendaraan dari dewa Wisnu asalkan dia bisa mendapatkan air amerta untuk kebebasan ibunya. Dari kisah ini juga diketahui bahwa bakti ke orang tua ternyata ajaran yang sudah lama tetapi masih relevan sampai sekarang.

Karya Putu mengingatkan tentang nilai-nilai Garuda. Bagi Putu, Garuda adalah rambu-rambu untuk berkelakuan atas diri kita sendiri. Terlebih lagi tentang tidak boleh semena-mena atas negeri sendiri, karena ibarat negeri adalah rumah sendiri bagaimana kita menjaganya dan bagaimana kita memperlakukannya dengan baik agar kita nyaman didalamnya.

Ilustrasi Garudeya Sungkem kepada Ibunya | Sumber: Illustrasi Pribadi
info gambar

Selain diisi lukisan-lukisan tentang bakti Garuda pada ibunya. Pameran ini juga menampilkan bentuk rupa dari Garuda melalui seni rupa patung yang divisualisasikan dalam berbagai gerakan dengan pewarnaan coklat. Fotografi bentuk relief secara asli dari candi juga ditampilkan dalam pameran ini.

Nuansa pameran yang hitam putih dari warna lukisan, fotografi, seni rupa dan arsitektur ruangan membuat seakan akan dibawa kembali ke masa lalu untuk mengenal diri sendiri dari perilaku bakti Garudeya pada ibunya. Kisah Garudeya ini juga membawa kita untuk mengingat kembali tentang kekuatan dari keinginan untuk bebas.

Baca juga: Imajinasi Tinggi Pembentuk dan Pemaknaan Lambang Garuda Pancasila

Jika dilihat dari sudut pandang kenegaraan bisa menjadi simbol kebebasan dari penindasan, kemerdekaan, berdemokrasi atas tanah air dari belenggu sifat Sad Ripu (sifat buruk manusia) dalam ajaran Hindu.

Dikutip dalam laman Bentarabudaya.com karya Putu Sutawijaya pada pameran Lelampah ini menampilkan sapuan-sapuan visual atas sapaan naratif Garudeya. Tentang bagaimana kita menjalankan kehidupan berbangsa. Perjalanan kebangsaan besok hari tentunya dilandasi oleh narasi-narasi yang terbangun bersama dari hari kemarin dan hari ini.

Melihat Garuda juga sejatinya mengajarkan tentang toleransi yang terpatri dalam lambang Garuda Pancasila Indonesia dan slogan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”.

Referensi:

  • https://bentarabudaya.com/agenda/2158/lelampah
    https://www.bentarabudaya.com/warta-bentara/114/putu-sutawijaya-mencari-garuda
  • https://indoartnow.com/artists/putu-sutawijaya
  • https://www.bentarabudaya.com/warta-bentara/116/putu-mencari-makna-garuda
  • https://dictionary.basabali.org/Biography_of_I_Putu_Sutawijaya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.