Cerita ini terinspirasi dari panel relief candi Sojiwan di Indonesia. Cerita termasuk kedalam Jataka yaitu kumpulan fabel tertua di India dan termasuk sub kelas cerita Pancatantra atau dongeng binatang berbingkai yang berisi ajaran moralitas.
Pengembangan cerita dilakukan berdasarkan kajian ilmiah (referensei terlampir) dan sedikit penyesuaian terhadap pembaca ramah anak tanpa menghilangkan esensi moral yang terkandung di dalamnya.
Pertemuan Balas Budi
Alkisah pada suatu masa terdapat seorang pendeta yang bernama Pandi, ia sedang melakukan perjalanannya untuk mencari keberkahan kepada sang pencipta. Dalam perjalanannya ia ditugaskan oleh gurunya untuk mengenali dirinya melalui perilaku-perilaku hewan yang ada di alam.
Tutur gurunya bahwa alam akan memberikan pemahaman yang baik untuk mengamalkan keyakinan Karmaphala yaitu tentang berprilaku kepada manusia dan alam itu sendiri.
Sebagai bentuk pengabdiannya ia tinggal di hutan dalam kurun waktu yang lama, agar ia bisa belajar dari alam itu sendiri. Bagi Pandi, hewan dan tumbuhan dapat memberikan pengajaran perilaku atau perbuatan dari Karmaphala, maka dari itu ia menjalani hidupnya di alam.
Ternyata pelajaran pertama Pandi dapatkan dari seekor kepiting yang tak disangkanya akan memberikan pengaruh besar dihidupnya.
Suatu ketika Pandi sedang berjalan-jalan di gunung untuk segera bermeditasi. Rasa haus dalam perjalanannya membuat Pandi mencari aliran air untuk diminum. Tidak ia sangka fokusnya teralihkan melihat seekor kepiting yang kesulitan karena tubuhnya terbalik.
Entah bagaimana tubuh kepiting itu bisa terbalik, tapi kepiting itu terlihat kesusahan sambil berusaha untuk mengembalikan posisi tubuhnya semula, sayangnya tak kunjung bisa untuk berbalik.
Melihat hal tersebut Pandi berjalan pelan menghampiri kepiting. Pandi berniat membantu kepiting tersebut untuk kembali ke posisi tubuhnya semula. Namun bagi kepiting Pandi adalah ancaman maka dicapitnya tangan Pandi. Pandi terkejut dan merasa sakit, akan tetapi Pandi tetap perlahan membalikkan tubuh kepiting tersebut.
Setelah kembali ke posisinya akhirnya kepiting tersebut segera melepaskan capitannya sambil menatap Pandi. Dirasa takut, akhirnya kepiting langsung memasuki aliran air, tetapi ia tidak langsung pergi ia memperhatikan Pandi cukup lama.
Mulai melihat aktivitas Pandi yang membersihkan area tersebut dari sampah-sampah hingga melihat Pandi yang akhirnya memutuskan untuk bermeditasi di sana.
Rencana Jahat Gagak dan Ular
Keesokannya kepiting tidak berpindah dari posisinya kemarin dan tetap memperhatikan Pandi. Begitupun Pandi yang tidak berpindah dari meditasinya dan hanya sesekali untuk mencari makanan dan minum di aliran air tersebut.
Tanpa disasadari oleh Pandi, meditasi yang dilakukannya sedikit mempengaruhi lingkungan hutan tersebut, aura kebaikan Pandi terasa dan menghangatkan hewan-hewan lain. Hal ini membuat Pandi menjadi pusat perhatian para hewan. Berada di sekitar Pandi membuat beberapa hewan merasa aman karena aura kebaikannya.
Tetapi ibarat pribahasa "ada rotan tentu ada durinya." Begitupun terjadi hari ini, ketika Pandi fokus sambil memejamkan matanya kembali untuk bermeditasi. Gagak dan Ular adalah hewan yang menyimpan iri dengki dengan Pandi, mereka berdua merasa kenapa yang menjadi pusat perhatian hanya manusia yang entah dari mana asalnya dan bukan penduduk asli pula.
Mereka berdua merasa mereka sangat terkenal di penjuru hutan ini, tetapi malah manusia ini yang mendapat kepopuleran itu.
Rasa iri hati terus berkembang dan akhirnya membuat mereka berdua gelap hati untuk meracuni dan menyingkirkan Pandi dari sana. “Wahai ular lihatlah, nyaman sekali manusia itu hanya bermodalkan duduk saja ia mendapat ketenaran oleh para hewan, bagaimana kalu kita mengusirnya saja, kau bisa menggigit ia dan aku bisa mematuknya agar ia tidak pernah kesini lagi,” ucap gagak ke ular.
Mendengar hal tersebut sifat jahat semakin tumbuh dalam diri ular, “Cara yang bagus, aku juga muak melihat manusia itu menjadi terkenal di kalangan para hewan. Mengapa juga para hewan menyukai manusia itu. Baiklah, siang nanti ketika ia sedang mencari makan, aku akan menggigit kakinya hahaha...” tawa jahat ular.
Ternyata obrolan mereka terdengar oleh kepiting, kepiting berpikir bagaimana cara agar ia bisa menyelamatkan manusia itu karena sebelumnya ia sudah diselamatkan oleh manusia itu juga.
Akhirnya kepiting menemukan satu cara, di mana ia akan berpura-pura bersekongkol dengan ular dan gagak. “Wahai gagak dan ular, aku sepertinya mendengar rencana yang menarik dari kalian untuk manusia itu, apakah aku boleh ikut rencana kalian?” tutur kepiting berpura-pura. Mendengar itu membuat gagak dan ular merasa mereka mendapat sekutu lain dan mengizinkan kepiting untuk bergabung.
Saat yang ditunggu pun telah tiba, rencanya mereka akan langsung menyerang Pandi. Akan tetapi ketika ular dan gagak ingin bersiap menyergap Pandi, tiba-tiba dari belakang kepiting langsung mencekik leher gagak dan ular. Seketika gagak dan ular langsung terkaget dan berteriak karena capitan kepiting sangat kuat.
Kepiting mengatakan sesuatu ke gagak dan ular, “Tahukah kalian jika kalian berani mencelakai manusia itu kalian akan bertemu ajal di tangan ku, ia adalah manusia baik dan tidak melakukan kejahatan apapun kepada kalian, tetapi kalian bersikap demikian kepadanya, alangkah tidak malunya kalian.”
Panti terkejut mendengar suara tercekatnya gagak dan langsung teralihkan. Tiba-tiba kepiting berkata ke Pandi, “Wahai manusia, mereka berdua ingin mencelakai mu, aku adalah kepiting yang kau selamatkan kemarin, maka dari itu ini kulakukan sebagai balas budi mu kepada ku.”
Semakin terkejut Pandi karena mendengar kepiting berbicara, berusaha menenangkan diri akhirnya Pandi berkata kepada kepiting, “Wahai, terima kasih karena kau telah menolong ku. Tetapi alangkah baiknya kalau kau melepaskan mereka. Dengarlah ini kepiting, tidak selamanya kita bisa menyenangkan orang-orang dengan sifat kita tapi tetaplah lakukan kebaikan niscaya kebaikan akan menghampirimu pula.”
Mendengar hal tersebut akhirnya membuat kepiting berbicara ke gagak dan ular, “Kalian berdua jika ku temui menyakiti orang ataupun hewan lain maka aku tidak akan mengampuni kalian lagi.” Angguk gagak dan ular yang masih terperanjat dicapit kepiting.
Akhirnya kepiting melepaskan mereka berdua dan mereka langsung lari dan tidak kembali untuk menyakiti Pandi.
“Terima kasih karena kau sudah menolongku sebelumnya manusia” tutur kepiting. “Sama-sama, itu adalah kewajiban untuk saling membantu,” jawab Pandi ke kepiting. Akhirnya Pandi mendapatkan teman barunya di alam tersebut dan mendapatkan pelajaran pertamanya dari kepiting dan tingkah ular dan gagak.
Referensi
Cahyono, N.H., Sugiyamin., Barriyah, I. Q., Susanto, M. R. (2023). Kajian Ikonology Relief Pancatantra Candi Sojiwan; Sebuah Dimensi Multikultur. Jurnal Seni Rupa Warna. Vol. 11 No 2. Hal 142 – 160.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News