Legenda Ular N'daung merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Bengkulu. Tahukah Kawan bagaimana kisah yang terdapat dalam legenda yang satu ini?
Simak cerita yang terdapat dalam legenda Ular N'daung pada bagian berikut ini.
Legenda Ular N'daung
Dilansir dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, alkisah pada zaman dahulu di daerah Bengkulu hidup seorang ibu beserta ketiga orang anak gadisnya. Sang ibu menjadi orang tua tunggal dan bekerja keras untuk menghidupi ketiga anaknya tersebut.
Namun sifat ketiga anaknya ternyata bertolak belakang satu sama lain. Anak pertama dan kedua lebih suka berdandan mempercantik diri, tetapi malas untuk membantu serta melakukan pekerjaan lainnya.
Untungnya si bungsu memiliki sifat yang jauh berbeda dengan kedua kakaknya. si bungsu sangat baik dan rajin serta mau membantu ibunya bekerja.
Suatu hari, sang ibu tiba-tiba jatuh sakit dan tidak bisa pergi bekerja. Akhirnya si bungsu memutuskan untuk menggantikan ibunya tersebut.
Legenda Aji Bonar dari Riau, Kisah Anak Raja Terbuang yang Berhasil Menjadi Pemimpin Kerajaan
Sebelum berangkat bekerja, si bungsu menitipkan sang ibu kepada kedua kakaknya. Dirinya berpesan agar kedua kakaknya tersebut bisa menjaga ibunya yang sedang sakit.
Akan tetapi, kedua kakaknya justru menelantarkan ibunya begitu saja. Bahkan, mereka justru berbuat kasar kepada sang ibu.
Melihat hal ini, si bungsu merasa sedih dengan kondisi yang tengah dia alami. Terlebih sang ibu sudah menderita sakit dalam kurun waktu yang lama.
Akhirnya si bungsu datang menemui seorang tabib untuk bertanya obat apa yang bisa menyembuhkan penyakit ibunya. Sang tabib pun berkata bahwa satu-satunya obat dari penyakit ibunya adalah bara api yang ada di puncak gunung.
Bara api ini dijaga oleh Ular N'daung di puncak gunung. Ular besar ini dikenal buas dan suka memangsa manusia.
Setelah mendengar ucapan sang tabib, si bungsu memutuskan untuk mencari bara api tersebut. Meskipun dipenuhi rasa takut, si bungsu tetap berangkat ke puncak gunung karena lebih mengkhawatirkan penyakit ibunya.
Sesampainya di puncak gunung, si bungsu sudah melihat bara api yang dimaksud sang tabib. Namun ketika dirinya mendekat ke bara api, sosok Ular N'daung tiba-tiba muncul di hadapannya.
Si bungsu pun ketakutan melihat kemunculan Ular N'daung. Namun dia memberanikan diri untuk menceritakan kondisi yang tengah dialaminya.
Kemudian dia meminta izin kepada Ular N'daung untuk meminta bara api tersebut. Mendengar cerita si bungsu, Ular N'daung pun mengizinkannya dengan sebuah syarat.
Si bungsu diminta untuk tinggal di puncak gunung tersebut dan menikah dengan dirinya. Si bungsu pun menyanggupi persyaratan tersebut, tetapi dia meminta izin untuk pulang terlebih dahulu agar bisa memberikan obat kepada sang ibu.
Si bungsu pun berhasil pulang dengan selamat sekaligus membawa obat untuk sang ibu. Dirinya kemudian memberikan bara api tersebut untuk mengobati penyakit ibunya.
Tidak lama kemudian, sang ibu kembali pulih dari penyakit yang dia alami. Si bungsu pun meminta izin untuk kembali ke puncak gunung agar bisa memenuhi janjinya kepada Ular N'daung.
Si bungsu pun sampai di puncak gunung pada malam hari. Namun dirinya terkejut karena melihat seorang pria tampan yang ada di puncak gunung tersebut.
Ternyata pria tersebut merupakan seorang pangeran bernama Abdul Rahmah Alamsyah. Dirinya ternyata terkena sihir dari pamannya yang ingin menguasai kerajaan dan diubah menjadi Ular N'daung.
Pangeran ini menyebutkan bahwa dirinya bisa kembali ke wujud manusia pada malam hari saja. Dirinya juga bertekad untuk bisa merebut kembali kerajaan dari pamannya yang serakah.
Legenda Si Molek dari Riau, Ketika Penyesalan Selalu Datang di Akhir Cerita
Kepergian si bungsu ke puncak gunung ternyata menarik perhatian kedua kakaknya. Akhirnya mereka membuntuti si bungsu ke puncak gunung tersebut.
Sesampainya di puncak gunung, mereka terkejut melihat si bungsu tengah duduk dan bercerita dengan seorang pria tampan. Kedua kakaknya ini kemudian merasa iri melihat kondisi tersebut.
Akhirnya mereka menetap di puncak gunung hingga siang hari. Kemudian mereka mengetahui bahwa pria tersebut ternyata jelmaan dari Ular N'daung.
Melihat hal ini, kedua kakaknya menyusun rencana untuk mengumpulkan sisa kulit ular tersebut dan membakarnya. Mereka berniat dengan melakukan hal tersebut sang pangeran akan marah kepada si bungsu.
Namun hal yang terjadi justru sebaliknya. Ternyata kutukan sang pangeran langsung lepas ketika kulit ular tersebut dibakar.
Pangeran justru senang dan berterima kasih karena dirinya bisa terlepas dari sihir yang dikirimkan oleh pamannya. Akhirnya dia membawa si bungsu dan merebut kerajaan dari tangan sang paman.
Si bungsu pun pada akhirnya menjadi permaisuri dari kerajaan tersebut. Si bungsu membawa sang ibu dan kedua kakaknya untuk bisa hidup bersama di istana kerajaan.
Tidak ada rasa dendam di dalam hati si bungsu atas perlakuan kedua kakaknya di masa lalu. Akhirnya mereka bisa hidup bahagia hingga akhir hayat.
Sumber:
- Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News