Cerita ini terinspirasi dari panel relief candi Nusantara. Cerita termasuk kedalam Jataka yaitu kumpulan fabel tertua di India dan termasuk sub kelas cerita Pancatantra atau dongeng binatang berbingkai yang berisi ajaran moralitas.
Interpretasi cerita ini berdasarkan sumber-sumber ilmiah yang dapat dibaca pada referensi (referensi terlampir pada akhir cerita). Cerita ini sedikit dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan pembaca ramah anak, tetapi tidak menghilangkan esensi moral didalamnya.
Buaya dan Monyet
Dikisahkan di hutan belantara yang luas terdapat sungai-sungai panjang yang mengaliri air suci untuk para hewan-hewan. Sungai tersebut diberi nama sungai Gangga, bagi para hewan sungai Gangga adalah sungai yang akan terus mengalir dan mebawa keberkahan bagi kehidupan mereka.
Maka dari itu banyak sekali hewan-hewan yang tinggal di pinggiran sungai Gangga. Termasuk sepasang buaya ini yang bernama Dilo dan Dinci. Mereka berdua adalah sepasang suami istri diantara banyak buaya disekitar sungai. Dilo adalah suami yang selalu menuruti keinginan istrinya, bahkan apapun akan dia lakukan untuk menyenangkan istrinya.
Baca juga: Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Kebaikan Lala si Burung Pelatuk kepada Singa
Dilo terkenal jujur dan mudah percaya, sifatnya ini membuat ia seringkali diperdaya oleh hewan-hewan lain. Disisi lain terdapat monyet yang bernama Mondo, ia terkenal karena cerdik dan memiliki banyak akal. Selain itu ia juga baik pada hewan lain juga dengan Dilo.
Seringkali ia berinteraksi dengan Dilo si buaya, karena Dilo adalah orang yang senang bercerita maka Mondo seringkali mendengarkannya. Akan tetapi terdapat suatu peristiwa yang membuat kepercayaan antara kedua hewan ini pupus.
Siasat Dilo dan Siasat Mondo
Suatu ketika Danci istrinya Dilo ingin mencoba merasakan makanan baru, dia merasa bosan dengan harus memakan ikan-ikan kecil di sungai Gangga. Akhirnya terbesit pikiran Danci bahwa bagaimana dengan rasa jantung dari seekor monyet.
Setelah itu Danci pun menceritakan hal tersebut kepada Dilo, awalnya Dilo ragu dan dia tidak tahu bagaimana cara mendapatkan itu. Danci dengan akal piciknya dia membuat Dilo berbohong kepada monyet untuk mendapatkan kepercayaan monyet. Dilo tidak bisa melakukan apapun karena itu adalah istrinya.
Keesokan harinya Dilo mendatangi Mondo, awalnya Dilo khawatir apa yang harus ia bicarakan dengan Mondo. Sambil menghampiri Mondo ia berpikiran untuk mengajaknya ke sebrang agar bisa memberikan Mondo kepada istrinya. “Wahai Mondo, emm..(ragu), aku melihat banyak buah yang ranum di seberang sungai Gangga dan terlihat enak sekali. Jika kau ingin aku akan mengantarkan engkau kesana” jelas Dilo ragu-ragu.
Melihat Dilo yang ragu-ragu sebenarnya membuat Mondo sedikit curiga. Tetapi ia menghilangkannya dan mencoba percaya dengan Dilo untuk memutuskan mengikuti Dilo ke sebrang mencari buah yang manis tersebut.
Baca juga: Legenda Cerita Rakyat Candi Nusantara, Durbudi Si Kura-Kura Terbang
Mondo duduk diatas badannya Dilo yang sedang berenang. Karena luasnya sungai Gangga membuat waktu yang ditempuh untuk menyebrang juga lama. Dalam perjalanan mereka berdua salain bersenda gurau, disisi lain juga Mondo mengiring obrolan yang membuat Dilo tidak sengaja menceritakan yang akan dia lakukan.
“Taukah kau Mondo, sebenarnya aku khawatir sekali bagaimana aku bisa mendapatkan jantung monyet untuk Istriku dan aku berpikir hanya kau yang bisa ku minta jantungnya, apakah kau bisa memberikan jantung mu kepada ku?” jelas Dilo dengan jujurnya ke Mondo.
Mendengar hal tersebut tentu Mondo sangat terkejut tapi ia bersikap tenang dan berkata “Taukah kau Dilo, sebenarnya aku adalah monyet yang istimewa diantara monyet lainnya” Dilo menyimak dengan seksama “Karena aku dilahirkan memiliki jantung yang tidak ada di tubuhku, tetapi jantung itu aku letakkan di rumah ku di daratan, jika kau menginginkan jantungku maka akan ku berikan padamu, tapi kita harus kembali ke daratan” jelas Mondo tanpa ragu.
Melihat penjelasan yang sungguh-sungguh dari Mondo membuat Dilo percaya dan akhirnya meng-iya-kan untuk segera kembali ke daratan. Sesampainya di daratan, tidak perlu menunggu lama Mondo langsung menggapai ranting-ranting pohon dan menjauh dari Dilo.
Setelah cukup jauh, Mondo mengatakan “Maaf Dilo, aku telah membohongi mu, sebenarnya aku sama dengan monyet lainnya yang jantung ku berapa di dalam tubuh. Tetapi aku tidak mau menjadi santapan istri mu, sebelum aku pergi aku berterima kasih karena engkau sudah jujur dan membawa ku kembali. Setidaknya aku bisa menghindari celaka”.
Mendengar hal tersebut membuat Dilo murung dan sedih karena merasa telah dibohongi dan hilang kepercayaan kepada Mondo. Begitupun sebaliknya Mondo juga lebih berhati-hati dan tidak mudah percaya perkataan dari sang predator tersebut.
Makna dan Pesan
Cerita ini mengajarkan betapa pentingnya sikap jujur, karena jujur kepada orang lain juga akan membuat keselamatan, akan tetapi kebohongan juga diperlukan saat waktu tertentu saja agar menjauhkan kita dari marabahaya yang lebih besar.
Pesan lainnya juga tersampaikan bahwa jangan mudah percaya atas kata-kata manis seseorang, karena bisa jadi terdapat kejahatan tersembunyi di dalamnya.
Referensi
Cahyono, N.H., Sugiyamin., Barriyah, I. Q., Susanto, M. R. (2023). Kajian Ikonology Relief Pancatantra Candi Sojiwan; Sebuah Dimensi Multikultur. Jurnal Seni Rupa Warna. Vol. 11 No 2. Hal 142 – 160.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News