kenalan dengan 5 petani milenial yang inovatif dan omzetnya puluhan juta - News | Good News From Indonesia 2025

Kenalan dengan 5 Petani Milenial yang Inovatif dan Omzetnya Puluhan Juta

Kenalan dengan 5 Petani Milenial yang Inovatif dan Omzetnya Puluhan Juta
images info

Krisis regenerasi menjadi salah satu isu utama dalam pertanian Indonesia, selain konflik agraria. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), telah terjadi tren penurunan yang signifikan pada jumlah usaha pertanian perorangan.

Pada tahun 2013 jumlah petani Indonesia tercatat mencapai 31,70 juta orang. Sementara saat ini, jumlah keseluruhan petani tercatat di angka 29,34 juta atau terdapat penurunan sebesar 7,45%.

Dosen Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho, S.T.P., M. Agr., Ph.D., mengungkapkan, penyebab krisis regenerasi petani ini adalah citra yang selama ini melekat pada petani. Petani dinilai sebagai profesi yang kurang menarik, konvensional, dan kurang produktif untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Jumlah Petani di Indonesia Menurun, Dosen UGM Sarankan Ini

Padahal, ilmu pertanian semakin berkembang pesat. Petani dapat memanfaatkan teknologi untuk membantu pekerjaannya. Dengan pemanfaatan teknologi, petani dapat mengatur strategi mulai dari penanaman, perawatan, panen, hingga pemasaran.

Pemanfaatan teknologi di bidang pertanian telah banyak diterapkan. Sebagian besar dari mereka adalah kaum milenial.

Artikel ini akan mengupas tuntas tokoh-tokoh petani milenial dan langkah-langkah inspiratif mereka dalam merajut masa depan yang lebih cerah bagi iklim pertanian Indonesia.

Apa Itu Ramuan Bioyoso yang Jadi Jalan Kesekian Petani Indramayu Kendalikan Hama Tikus?

1. Rayndra Syahdan Mahmudin – Cipta Visi Farm

Perjalanan Rayndra menjadi petani milenial dimulai ketika ia menjalani pendidikan sekolah menengah atas.

Ia bersekolah di SMKN 1 Ngablak Jurusan Pertanian. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di S1 di Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta - Magelang, Jurusan Peternakan.

Pilihannya untuk menekuni dunia pertanian dan peternakan sebenarnya sempat mendapat pertentangan dari keluarganya.

Keluarga pemuda kelahiran 29 November 1995 ini menganggap dunia pertanian atau peternakan kurang menguntungkan. Namun, ia tetap bersikeras dan berjuang untuk membuktikan bahwa dengan menekuni pertanian dan peternakan pun, ia bisa sukses.

Pada 2016, Rayndra terpilih sebagai penerima bantuan program Pertumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian dari Kementrian Pertanian sebesar Rp30 juta.

Petani Kopi Masa Kini Pakai IoT: Tanaman Robusta Lebih Stabil

Bantuan tersebut ia gunakan sebagai modal untuk bisnis peternakan kambing dan domba. Dari situ, Rayndra berhasil mengembangan peternakan kambing miliknya. Hewan tersebut berkembang biak hingga mencapai ribuan ekor dengan kandang yang tersebar di beberapa kecamatan di Magelang.

Keberhasilan Rayndra dikuatkan oleh sistem modern yang diterapkan di peternakannya. Di peternakan yang ia namai Cipta Visi Farm, para peternak menerapkan sistem beternak tanpa ngarit. Ia memberi pakan ternak berupa pakan kering memanfaatkan limbah ketela, pohon jagung, kulit kacang hijau, dan lainnya. Pakan protein didapatkan dari konsentrat.

Menariknya, Cipta Visi Farm diintegritaskan dengan potensi lokal lainnya, seperti perkebunan. Contoh integrasinya adalah pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk pohon kelapa sehingga kini desanya dikenal sebagai perkebunan kelapa organik.

Uap Panas Bisa Ubah Limbah Jadi Pupuk: Solusi Baru Petani Kamojang Hadapi Biaya Tinggi

2. Sofyan Adi Cahyono – Sayur Organik Merbabu (SOM)

Sofyan Adi Cahyono adalah petani milenial penggagas Sayur Organik Merbabu (SOM) di lereng Gunung Merbabu, Dusun Sidomukti, Desa Kopeng, Getasan, Kabupaten Semarang.

Berbeda dengan Ryandra yang memasuki dunia pertanian atas keinginan sendiri, Sofyan justru awalnya enggan menjadi petani. Ketertarikannya pada pertanian baru muncul pada 2014 ketika ia mulai berkuliah di Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Kadung menyelam ke duna pertanian, Sofyan kemudian menggagas Sayur Organik Merbabu (SOM) yang berkontribusi dalam memajukan pertanian berkelanjutan.

Ia berupaya memastikan konsumen dapat mengakses hasil pertanian berkualitas tinggi secara langsung dengan harga terjangkau. SOM menerapkan sistem pemasaran online dengan layanan pengantaran langsung ke konsumen tanpa perantara.

Pemanfaatan platform online yang dilakukan oleh Sofyan selain memperluas pasar juga meningkatan nilai ekonomi. Menutip UKM Indoneisa, sebelum menggunakan platform online, penghasilan bulanan Sofyan dari penjualan hasil pertanian hanya Rp300.000. Setelah menerapkan sistem online, penghasilannya meningkat menjadi ratusan juta rupiah per bulannya.

Meskipun banyak menerapkan sistem modern, SOM dalam perjalanannya tidak menghilangkan kearifan lokal. Sofyan saat ini konsisten menerapkan “Strategi Organik 3.0”, yaitu memadukan pertanian modern dengan mengacu pada budaya kearifan lokal dan ramah lingkungan.

Strategi Petani Indramayu Ukur Curah Hujan dengan Omplong ‘Kaleng Bekas Penampung Air Hujan’

3. Jatu Barmawati – Agriculture Youth Organization (AYO)

Lahir di pinggiran Lampung sebagai anak petani menjadi langkah awal Jatu Barmawati menjadi petani milenial yang menginspirasi banyak orang. Ia tertantang dengan anggapan miring orang-orang mengenai profesi petani yang identik dengan pekerjaan yang kuno, kotor, kumuh, dan berpenghasilan kecil. Dari situ, sejak lulus kuliah ia bertekad mengubah mindset tersebut.

Kegigihannya berbuah manis dengan keberhasilannya menjadi eksportir hasil pertanian berupa buah manggis sampai ke wilayah Eropa.

Bagi Jatu Barmawati, pertanian merupakan sektor yang sustainability sexy: semakin ditekuni akan semakin menimbulkan rasa penasaran dan menggairahkan. Ia percaya komoditas hasil pertanian di Indonesia memiliki kualitas baik dan tidak kalah dengan negara lain.

Kecintaannya pada dunia pertanian memantiknya untuk mendirikan Agriculture Youth Organization (AYO). Melalui AYO, Jatu bersama komunitasnya berupaya membina generasi muda agar mencintai dunia pertanian.

Menurut Jatu, AYO mengusung tiga nilai utama, yaitu education, agro-sociopreneur, dan kolaborasi, termasuk merangkul kelompok disabilitas untuk bisa menjadi bagian dari pahlawan pangan.

Banting Setir dari Buruh Bongkar Muat Pelabuhan, Marson Sukses Jadi Petani Pepaya

4. Iip Irpan – P4S Tazmahal Farm Okiagaru

Iip Irpan merupakan petani milenial asal Tasikmalaya yang sukses mengembangakan idenya untuk menangani produk pascapanen.

Iip Irpan mulai terjun ke dunia pertanian sejak 2009 dengan membudidayakan padi organik sistem SRI. Pada 2011, ia merambah ke tani holtikultura, dan mulai 2016 sampai sekarang Iip mengembangkan pertanian terpadu yang memadukan sektor hortikultura, peternakan, dan perikanan.

Iip yang mengetuai P4S Tazmahal Farm Okiagaru per 2021 telah mampu menyuplai 500 warung UKM, 9 mini market, dan 25 perumahan di wilayah Kabupaten Tasikmalaya.

Dalam prosesnya mendampingi para petani, petani milenial Iip Irpan mencoba mengembangkan satu petani satu produk dengan sistem satu pintu pemasaran komoditas berbasis ekspor.

Standar Pertanian Jadi Kunci! Begini Cara Petani Padi dan Jagung Bisa Naik Kelas

5. Muhammad Husni Tamrin – P4S Ushuluddin

Alumni Pondok Pesantren Ushuluddin Muhammad Husni Tamrin sukses menjadi petani milenial dengan omzet puluhan juta per bulan.

Melalui Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Ushuluddin di Kabupaten tanah Laut, Kalimantan Selatan, petani muda yang akrab disapa Husni ini aktif bergerak membina petani. Pembinaan tersebut menargetkan berbagai kalangan, baik dari lingkup santri, wali santri, dan juga masyarakat umum, agar mampu menjalankan pertanian berkelanjutan dan mencapai kesejahteraan dari pertanian.

Husni sukses mengelola komoditas tanaman pangan berupa padi sawah seluas 20 hektare, perkebunan karet seluas 80 hektare, kelapa sawit seluas 30 hektare dan usaha pembiakan sapi potong sebanyak 250 ekor yang dipelihara dengan sistem open grazing di lahan seluas 480 hektare.

Husni menjelaskan, di P4S Ushuluddin, sapi digembala menggunakan paddock dari kabel listrik dengan tujuan agar sapi tetap berada dalam pengawasan meskipun dipelihara dengan sistem semiintensif. Praktik sistem semiintensif yaitu dengan membawa ternak untuk dilepas di padang rumput pada pagi hari dan pada sore hari dimasukkan ke dalam kandang.

Dari usaha pertanian dan peternakannya, Husni mampu mencapai omzet hingga 90 juta rupiah per bulannya.

Indonesia Punya Melon Hitam, Varietas Baru Temuan Mahasiswa S3 UB

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.