petani kopi masa kini pakai iot tanaman robusta lebih stabil - News | Good News From Indonesia 2025

Petani Kopi Masa Kini Pakai IoT: Tanaman Robusta Lebih Stabil

Petani Kopi Masa Kini Pakai IoT: Tanaman Robusta Lebih Stabil
images info

Robusta masih menempati varian kopi yang digemari mayoritas masyarakat Indonesia. Salah satu alasannya, rasa kuat dan pahit yang ditawarkan. Tapi tahukah Kawan, selain memiliki karakter rasa yang unik, robusta atau Coffea canephora juga tahan penyakit, bisa hidup di dataran rendah, dan produksinya tinggi?

Data Badan Pusat Statistik (BPS) misalnya, menunjukkan jumlah produksi kopi pada 2023 mencapai 758,7 ribu ton. 78,78% dari jumlah tersebut merupakan kopi robusta, sedangkan arabica hanya menyumbang 18,80%. Hal ini menunjukkan produksi robusta di Indonesia mendominasi dibandingkan jenis lainnya.

Akan tetapi, tanaman robusta sangat tergantung pada suhu dan kelembapan. Idealnya, tanaman ini tumbuh dan berbuah dengan baik pada suhu berkisar 20–28°C dan kelembapan antara 70–90%.

Bisakah Santan Jadi Pengganti Susu dalam Segelas Kopi?

Jika terlalu kering atau terlalu panas, pertumbuhannya akan terganggu. Daun mudah rontok, bunga gagal mekar. Jika kondisi ini dibiarkan dalam jangka panjang, kualitas biji bisa menurun drastis.

“Tanaman kopi sangat sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan, terutama pada tahap awal pertumbuhannya. Perubahan ekstrem, seperti suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, atau kadar air tanah yang tidak seimbang, dapat menyebabkan tanaman kopi stres, memperlambat pertumbuhannya, atau bahkan menyebabkan kerusakan permanen pada tanaman,” ungkap Rosdiana dalam penelitian berjudul “IoT untuk Inovasi Pertanian: Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta di Lingkungan Terkendali dengan Sistem Pengendalian Kualitas Udara Cerdas (IAQCS).”

Kondisi tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para petani saat cuaca di Indonesia mengalami perubahan yang sangat signifikan. Pergeseran musim hingga perubahan cuaca yang ekstrem berpotensi menurunkan kuantitas hingga kualitas biji kopi robusta.

Apa Itu Teknik Geothermal Dry House yang Antarkan Kopi dari Gunung Kamojang Tembus Pasar Ekspor?

Penerapan IoT di Lahan Pertanian Kopi Robusta

Kawan, perawatan tanaman kopi tidak sesederhana yang dibayangkan. Petani harus telaten memangkas cabang yang tidak produktif, menjaga keseimbangan cahaya, dan memastikan pH tanah tetap netral, yakni sekitar 5,5 hingga 6,5.

Di musim kemarau, tanaman butuh irigasi yang pas. Sementara itu, terlalu banyak air justru menyebabkan akar membusuk.

Oleh karena itu, tantangan perubahan iklim yang cukup ekstrem membuat IoT berpotensi digunakan dalam pertanian. Aktivitas pertanian kini tidak lagi menggunakan sistem konvensional, melainkan digitalisasi yang memungkinkan sistem mengumpulkan data-data dan memberikan perlakukan yang sesuai kebutuhan.

Prediksi Pepeng untuk Indonesia 2045, Warung Kopi Akan Punya Kebun Sendiri

IoT telah diterapkan pada objek fisik sehari-hari, seperti peralatan rumah tangga, kendaraan, atau bahkan mesin. Cara kerjanya, objek-objek tersebut dilengkapi dengan sensor, perangkat lunak, dan konektivitas jaringan sehingga mereka dapat mengumpulkan dan bertukar data dengan perangkat lain dan sistem melalui internet.

Singkatnya, IoT adalah sistem perangkat kecil yang saling terhubung melalui internet untuk mengumpulkan dan menganalisis data secara otomatis. Contoh penerapan IoT dalam kehidupan sehari-hari adalah lampu yang otomatis hidup saat mendeteksi adanya gerakan dan mati dengan sendirinya jika tidak ada gerakan.

Dalam pertanian, perangkat IoT bisa berupa sensor suhu, kelembapan, atau pH tanah yang dipasang langsung di kebun. Data dikirim ke server sehingga sistem dapat menganalisis kondisi apakah perlu menyiram, menurunkan suhu, atau memberi peringatan ke petani. IoT memberikan informasi yang akurat kepada petani mengenai kondisi pertanian yang berbasis pada data.

Deden Serap 80 Ton Biji Kopi hingga Rangkul Petani Kopi di Kamojang dengan Inovasi Kopi Panas Bumi

IoT Meningkatkan Hasil Pertanian Kopi Robusta

Rosdiana dalam Jurnal Internasional Teknologi, Pangan, dan Pertanian melakukan serangkaian penelitian berupa integrasi teknologi IoT pada pembibitan kopi di rumah kaca mini menggunakan otomatisasi sistem kendali kualitas udara cerdas atau Intelligent Air Quality Control System atau Indoor Air Quality Control System (IAQCS). Sistem tersebut befungsi untuk mengendalikan suhu, kelembapan, radiasi cahaya, dan ventilasi.

Penelitian yang dilakukan Rosdiana dan timnya menarik, sebab biasanya sistem tersebut dalam tanaman hortikultura. Sedangkan, percobaan pada tanaman kopi jarang dilakukan.

Hasil dari percobaan menunjukkan, IoT mampu menganalisis suhu dan kelembapan lingkungan sehingga memberikan dampak yang signifikan terhadap kestabilan dan konsistensi kondisi area tanaman kopi sesuai kebutuhan.

Strategi Maksimalkan Budi Daya Nila Srikandi Lewat Sistem RAS Berbasis IoT
  1. Suhu Lebih Stabil

IoT mampu mempertahankan suhu lingkungan menjadi lebih stabil, sekitar 26,59°C. Sementara itu, suhu lingkungan tanpa dukungan IoT cenderung fluktuatif dengan suhu rata-rata 28,43°C.

Hal ini penting untuk pertumbuhan tanaman yang optimal sebab suhu maksimal tanaman kopi robusta adalah 28°C dan suhu konvensional tanpa IoT melebihi batas tersebut.

  1. Kelembapan Lebih Stabil

Selain suhu, kelembapan juga menunjukkan hasil yang berbeda antara keduanya: rata-rata kelembapan dengan IoT 86,46%, sedangkan konvensional 82,69%

  1. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman

Ini bukan sekadar angka. Bibit kopi yang dipantau dengan IoT tumbuh lebih tinggi dan punya lebih banyak daun sejak minggu ke-3. Pada minggu ke-9, tinggi rata-rata tanaman mencapai 24 cm, sedangkan yang ditanam tanpa sistem ini hanya 14 cm. Jumlah daun juga jauh lebih banyak.

Paundra Noorbaskoro: Membudidayakan Udang dengan Teknologi IoT yang Lebih Menguntungkan

Tinggi dan jumlah daun pada tanaman ini tentu saja akan berdampak pada kuantitas dan kualitas buah yang dihasilkan. Sebab, tanaman yang tinggi menunjukkan kondisi akar lebih berkembang sehingga penyerapan nutrisi optimal; sedangkan daun sebagai fotosintesis mendukung pembentukan bunga dan buah.

Teknologi IoT mungkin memiliki potensi yang besar bagi para petani. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana para akademisi dan ahli menyosialisasikan penerapan, kelebihan, dan kekurangan dari sistem IoT.

Teknologi cerdas ini akan sangat berguna bagi para petani saat perubahan iklim semakin ekstrem.

Mengenal Startup Pertanian Berbasis IoT dan Drone di Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.