apa itu teknik geothermal dry house yang antarkan kopi dari gunung kamojang tembus pasar ekspor - News | Good News From Indonesia 2025

Apa Itu Teknik Geothermal Dry House yang Antarkan Kopi dari Gunung Kamojang Tembus Pasar Ekspor?

Apa Itu Teknik Geothermal Dry House yang Antarkan Kopi dari Gunung Kamojang Tembus Pasar Ekspor?
images info

Biji kopi arabika Andungsari—khas Saribu Dolok, Sumatera Utara—dan USDA dipanen oleh para petani kopi di Kamojang, Jawa Barat. Yang membuat momen ini bersejarah bukan hanya soal panen raya, melainkan keberhasilan kopi Kamojang dari teknik geothermal dry house untuk pertama kalinya diekspor ke kancah dunia.

Ekspor perdana ini merupakan buah dari inovasi panjang PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) melalui teknologi geothermal dry house. Melalui mekanisme Geothermal Dry House, para petani di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung memanfaatkan limbah panas bumi dari steam trap untuk mengeringkan biji kopi.

Teknologi ini dinilai lebih efisien dan ramah lingkungan karena berhasil memaksimalkan penggunaan sumber panas alternatif, yakni memanfaatkan uap buangan yang sering dianggap sebagai limbah.

Teknik ini diklaim telah memperoleh hak paten sebagai teknologi pertama di dunia dalam pemanfaatan langsung energi geotermal atau panas bumi untuk pengolahan kopi.

“Semangat para petani kopi di Kamojang menjadi inspirasi bagi PGE untuk terus menghadirkan inovasi yang memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat. Kami percaya bahwa pengembangan energi hijau dari panas bumi seharusnya tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan energi nasional, tetapi juga dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar,” ungkap Julfi Hadi, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Pertamina Geothermal Energy Ulubelu: Negeri Tiga Energi dari Kaki Gunung Tanggamus

Energi Panas Bumi Tidak Hanya Sekadar Listrik

Kesuksesan petani kopi Kamojang dalam hal ini ini tak lepas dari keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, yang telah menjadi sejarah panjang sebagai ladang panas bumi tertua di Indonesia.

Pengembangannya dimulai sejak era kolonial Belanda tahun 1926 dan mulai dimanfaatkan secara komersial pada 1983 oleh Pertamina. Hingga kini, Kamojang menjadi salah satu tulang punggung pembangkit listrik berbasis geotermal dengan kapasitas lebih dari 235 MW.

Sebagaimana yang diungkapkan Dirut PGE, Julfi Hadi, panas bumi bukan hanya sekadar energi listrik. PGE melihat potensi lain dari geotermal, yakni direct use energi panas bumi. Direct use adalah pemanfaatan langsung panas bumi untuk berbagai keperluan tanpa melalui pembangkit listrik.

Di sinilah geothermal Dry House menjadi game changer. Teknologi ini mampu menurunkan kadar air kopi hingga standar ekspor (10–12%) dalam waktu sepertiga dari metode penjemuran biasa. Selain hemat waktu, biaya operasional pun menyusut drastis.

Deden Serap 80 Ton Biji Kopi hingga Rangkul Petani Kopi di Kamojang dengan Inovasi Kopi Panas Bumi

Menurut studi Technical and Business Evaluation of Geothermal Dryhouse for Coffee in Kamojang, West Java, Indonesia, penggunaan geothermal Dry House mampu memangkas durasi pengeringan kopi dari 2–3 minggu (metode konvensional) menjadi hanya 1–2 minggu.

Untuk itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) mengatakan bahwa pemerintah tengah menggodok pemanfaatan direct use agar dapat dimaksimalkan.

“Untuk pemanfaatan direct use seperti ini sedang kita godok di Peraturan Menteri,” kata Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi. “Kami mendorong penuh agar ini bisa terlaksana dengan tumbuhnya masyarakat kita yang makin tahu dan terlibat panas bumi.”

Kisah Deden, Pelopor Kopi Panas Bumi Pertama di Dunia dari Kamojang

dari Lereng Gunung Kamojang ke Pasar Dunia

Bersama 312 petani dari 18 kelompok tani, PGE mengelola 80 hektare kebun kopi melalui program Geothermal Coffee Process (GCP). Hasilnya sepanjang 2024, tak tanggung-tanggung: 4,9 ton green beans, 640 kg roasted beans, dan 17.500 bungkus ground coffee, menghasilkan omzet Rp 863,9 juta. Puncaknya adalah ekspor 15 ton kopi ke Asia dan Eropa.

Yang diekspor bukan kopi sembarangan. Dua varietas unggulan Indonesia, Andungsari dan USDA, menjadi andalan. Andungsari dikenal dengan karakter rasa floral dan keasaman cerah, berasal dari hasil pemuliaan arabika di Jawa Timur. Sedangkan varietas USDA—hasil kerja sama dengan U.S. Department of Agriculture—punya tubuh kopi yang tebal dan cita rasa klasik yang disukai pasar Eropa.

Lebih dari sekadar ekspor, kisah kopi Kamojang adalah narasi tentang transisi energi dan kemandirian desa.

PLTP Kamojang, Penghasil Hidrogen dari Panas Bumi Pertama di Asia Tenggara

Menurut studi International Renewable Energy Agency (IRENA), pemanfaatan panas bumi dalam sektor pertanian mampu meningkatkan ketahanan pangan, membuka lapangan kerja, melindungi dari volatilitas harga, dan mengurangi emisi berbahaya dari sektor ini. Hal ini sejalan dengan konsep ekonomi sirkular yang digaungkan PGE; mengintegrasikan energi bersih dengan aktivitas produktif masyarakat.

“Ini bukan sekadar proyek CSR. Ini adalah bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan yang menempatkan masyarakat sebagai mitra utama, bukan sekadar penerima manfaat,” tegas Rudi Ariffianto, VP CSR & SMEPP Management PT Pertamina.

Desa Sejahtera Astra Tugu Utara Ekspor Kopi ke Aljazair

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.