jumlah petani di indonesia menurun dosen ugm sarankan ini - News | Good News From Indonesia 2025

Jumlah Petani di Indonesia Menurun, Dosen UGM Sarankan Ini

Jumlah Petani di Indonesia Menurun, Dosen UGM Sarankan Ini
images info

Jumlah petani di Indonesia mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Bukan hanya petani, lahan pertanian pun ikut menyusut akibat kencangnya arus pembangunan.

Selain jumlah petani yang semakin turun, minat generasi muda untuk bertani juga rendah. Penurunan ini bahkan sudah terjadi sejak 2013, di mana saat itu petani di Indonesia tercatat sebanyak 31,70 juta orang. Dalam Data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani menurun hingga 7,42 persen menjadi 29,34 juta orang di tahun 2023.

Mayoritas petaninya juga diisi oleh generasi yang sudah tua. Berbanding terbalik dengan petani milenial (27-42 tahun) yang justru mengalami penurunan.

Laporan yang dituliskan oleh Pusat Analisis Keparlemenan Badan Keahlian Setjen DPR RI, untuk menyambut generasi Indonesia Emas 2045, perlu sekitar 20-30 persen petani milenial—yang pada tahun tersebut berusia di bawah 40 tahun.

Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Dwi Apri Nugroho, S.T.P., M.Agr., Ph.D., menjelaskan jika seluruh wilayah Indonesia memang tengah mengalami penurunan produktivitas pertanian, baik dari sisi lahan maupun jumlah petani. Ia menyebut perlunya regenerasi petani di Indonesia.

“Kita tahu, bahwa alih fungsi lahan sangat cepat, apalagi di wilayah Jawa. Begitu juga untuk petani, rata-rata usia petani di Indonesia adalah 50 tahun sehingga memang harus dilakukan regenerasi, kalau tidak bagaimana nanti 10-20 tahun yang akan datang,” jelasnya melalui ugm.ac.id.

Komoditas Cek Data: Jumlah Petani Indonesia Menurun?

PR Pemerintah untuk Tingkatkan Jumlah Petani Muda

Penurunan jumlah petani disebut Bayu juga disebabkan oleh bayang-bayangan bahwa petani adalah profesi yang kurang menarik, konvensional, dan tidak produktif untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Menurut Bayu, pemerintah perlu mulai merubah stereotip yang sudah melekat tersebut. Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti mengenalkan teknologi dan inovasi di bidang pertanian. Tak hanya itu, Bayu juga menjelaskan perlunya pengenalan teknologi dan inovasi ini sejak di bangku sekolah.

“Kita berikan pemahaman bahwa pertanian bisa modern dan bisa membuat sejahtera,” ujarnya.

Secara jangka panjang, Bayu menilai pentingnya pengenalan terkait pertanian, teknologi, dan inovasi sejak dini pada anak-anak—mulai jenjang TK sampai SMA. Mereka dirasa sangat perlu untuk dikenalkan pada bidang ini, termasuk cara untuk bertani dengan modern, salah satunya lewat penggunaan pesawat nirawak.

“Kita bisa mengenalkan penggunaan drone, sehingga akan memunculkan ketertarikan dari anak-anak muda ke dunia pertanian,” jelasnya.

Peran pemerintah pusat dan daerah diperlukan untuk menciptakan sistem distribusi pangan dan pertanian yang kuat serta berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan melalui ekosistem integrasi pertanian dari sisi hulu ke hilir dan from land to table.

“Artinya diperkuat ekosistem-ekosistem yang mengintegrasikan dari hulu ke hilir, yang menjamin ketersediaan dan juga kestabilan harga yang menguntungkan petani,” kata Bayu.

Regenerasi Petani, Tantangan di Balik Kenaikan Produksi Padi Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firda Aulia Rachmasari lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firda Aulia Rachmasari.

FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.