“Ilmu agama tidak cukup, harus ada bekal kewirausahaan. Sehingga begitu selesai nyantri dan kembali ke masyarakat, sudah siap dengan usaha yang ditekuninya,” kata Gus Hasan seperti dikutip dari Mongabay Indonesia.
Muhammad Achmad Hasan Mas’ud, atau akrab disapa Gus Hasanadalah Pendiri sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Rubat Mbalong Darul Hikmah Ell-Firdaus, Cilacap. Di bawah asuhannya, ponpes ini menjadi tempat belajar yang memadukan ilmu agama, lingkungan, dan kewirausahaan.
Menurutnya, santri harus belajar life skill. Mereka diajarkan bagaimana cara mengelola sampah, berkebun, dan berwirausaha. Selain mewujudkan kemandirian pangan di pesantren, dengan berkebun, santri-santri tersebut jadi lebih tahu keterampilan teknis yang berguna dalam kehidupan sebari-hari.
“Di Ponpes Ell Firdaus, kami mendirikan beragam unit usaha. Bahkan, sejumlah unit usaha sangat mempedulikan lingkungan, dengan mengelola sampah baik organik maupun anorganik serta pertanian ramah lingkungan. Kami sengaja membangun unit-unit usaha, salah satunya untuk kemandirian Ponpes. Apalagi, saat ini ada 250-an santri yang terdaftar di Ponpes Ell Firdaus,” jelasnya.
Ambil contoh Fatoni Anifa. Tujuh tahun lalu, ia adalah siswa SMK Yos Sudarso jurusan pertanian. Sistem yang diterapkan di Pondok Pesantren Rubat Darul Hikmah Ell-Firdaus, menurutnya, justru memberikan wadah untuk mempraktikkan teori yang didapat di sekolah.
"Saya sekolahnya di SMK Yos Sudarso jurusan pertanian, saya praktikkan di sini," kata Fatoni Anifa, santri yang bertugas merawat tanaman holtikultura, sebagaimana dikutip dari Tribunnews.
Sampah Jadi Amal dan Inovasi
Pondok Pesantren Rubat Darul Hikmah Ell-Firdaus Cilacap mendapat penghargaan Ekopesantren Award 2024. Ponpes itu menang di kategori Program Pengelolaan Limbah dan Sampah. Memang, sejak lama, pesantren ini telah menerapkan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Sebagai solusi pengelolaan sampah plastik. Pondok Pesantren Rubat Darul Hikmah Ell-Firdaus kerap membuat ecobricks, yakni botol berisi sampah plastik padat. Nah, setelah sampah-sampah plastik dimasukkan ke dalam botol dan menjadi ecobriks, botol tersebut biasanya digunakan untuk membuat bangku, pagar, bahkan dinding.
“Sampah plastik dimasukkan ke dalam botol bekas air mineral. Setelah jadi ecobricks, bisa dimanfaatkan untuk membuat tempat duduk dan tembok,” jelas Khusni, sekretaris pesantren.
Disamping mengelola sampah anorganik, mereka juga memanfaatkan sampah-sampah organik. Santri memanfaatkannya untuk budidaya larva lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF). Lalat jenis ini memakan sisa makanan dan sayuran. Larvanya bisa dipanen menjadi pakan ikan atau ayam.
Kemandirian Lewat Pertanian dan Peternakan
Selain pengelolaan sampah, pesantren ini juga memiliki unit usaha berbasis pertanian. Oleh karena itu, Pondok Pesantren Rubat Darul Hikmah Ell-Firdaus dikenal sebagai Pondok Pesantren Mandiri Ekonomi Berbasis Agrobisnis.
Di kebun belakang, santri menanam cabai, singkong, dan berbagai tanaman pangan. Tidak cukup di sana, Pondok Pesantren Rubat Darul Hikmah Ell-Firdaus Cilacap juga beternak. Mereka membudidayakan lele dan hewan ternak yang juga ditempatkan di bagian belakang pondok.
Dari hewan ternak itu, mereka juga membuat pupuk dari kotoran hewan ternak.
Para santri membuat pupuk dari kotoran hewan ternak, baik limbah cair maupun padat. Saat tahun 2019, pupuk padat dijual dengan harga Rp1.000 per kg. Sementara itu, limbah cair dihargai Rp10.000 setiap liternya.
Tiap bulan, ponpes ini biasanya mendapat sekitar Rp1 juta dari hasil penjualan pupuk. Meskipun tidak begitu banyak, hasil tersebut cukup untuk digunakan untuk operasional pondok dan kebutuhan santri.
“Lumayan sih, meski belum terlalu banyak. Setiap bulannya, ada hasil Rp1 juta,” imbuhnya.
Unit usaha ini dijalankan dengan pendekatan gotong royong antara santri dan masyarakat sekitar. Mustolih, koordinator bidang pertanian pesantren, menjelaskan bahwa program ini sudah dimulai sejak 2014.
“Pembibitan telah dilaksanakan sejak 2014. Pada awalnya, kami sengaja membibitkan cabai dan kemudian dibagi-bagikan secara gratis kepada masyarakat. Sekarang dilengkapi dengan penambahan usaha pembuatan pupuk, baik padat maupun cair,” ujar Mustolih.
Yang menarik, seluruh aktivitas ini dijalankan langsung oleh para santri. Mereka terbagi dalam kelompok-kelompok kerja sesuai minat dan kemampuan. Santri yang masih bersekolah biasanya membantu setelah pulang belajar di siang hari. Sedangkan mereka yang sudah lulus, mengurus usaha dari pagi hingga sore. Malam hari, semua kembali ke masjid untuk mengaji dan memperdalam ilmu agama.
Tepung Moscaf, Ubah Singkong Jadi Tepung
Usaha kemandirian di Pondok Pesantren Rubat Darul Hikmah Ell-Firdaus tidak berhenti pada kegiatan pertanian dan peternakan. Mereka juga mengembangkan tepung mocaf atau modified cassava flour. Ini adalah tepung singkong yang dimodifikasi agar bisa digunakan layaknya tepung terigu.
“Sejak tahun 2018, kami mengembangkan tepung mocaf berbahan baku singkong,” kata Gus Hasan.
Tepung mocaf dikembangkan karena pasarnya terbuka. Selain itu, usaha ini dikembangkan sekaligus memfasilitasi petani singkong yang ada di sekitar Cilacap.
Produksi mocaf membutuhkan sekitar satu ton singkong setiap bulannya. Artinya, para petani lokal kini memiliki pasar tetap untuk hasil panennya. Ini juga sekaligus menjadi bukti bahwa pesantren tak hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga motor penggerak ekonomi desa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News