“Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido adalah lembaga iqamah al-diin, ahli zikir dan ahli fikir, serta memiliki kompetensi dasar penguasaan ilmu-ilmu agama (al-uluum al-tanziliyyah) dan
ilmu-ilmu alam (al-ilmu al-kauniyyah),” begitu bunyi visi dari Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido
Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido (Dulido) terletak di Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Pesantren yang berdiri sejak 24 Juni 1996 di bawah naungan Yayasan Salsabila Lido ini, punya sisi unik.
Nama Lido sebenarnya bukan merujuk pada salah satu daerah di Bogor, tapi nama itu singkatan dari Limpahan Doa. Sebab, pendirian pesantren bisa terlaksana setelah KH Ahmad Dimyati bermunajat dan berdoa dengan sungguh-sungguh di Multazam agar diberikan kemudahan untuk pembangunan pesantren pada 1995.
Usai dari Makkah, tepatnya 1996, KH Ahmad Dimyati akhirnya meresmikan ponpes yang bertahun-tahun ia perjuangkan.
Sebagai informasi, Multazam adalah area di antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah yang memiliki panjang sekitar dua meter di Masjidil Haram, Makkah. Tempat ini diyakini sebagai lokasi yang mustajab untuk berdoa.
Meski tidak sebesar pesantren-pesantren lain, Dulido punya cara tersendiri untuk menanamkan ilmu kepada santrinya. Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido menggabungkan tahfizh Al-Qur’an, pendidikan formal, dan kepedulian lingkungan. Hal ini ditegaskan dalam visinya untuk mendidik para santri memiliki kompetensi di bidang ilmu-ilmu alam (al-ilmu al-kauniyyah).
Kepeduliannya itu membuat Darul ‘Uluum Lido meraih Penghargaan Ekopesantren 2024 dalam kategori Fiqh Lingkungan.
Kenapa pesantren di Lido bisa menyabet gelar itu?
Produksi Mandiri & Kewirausahaan Santri
Apa yang membuat Darul ‘Uluum Lido (Dulido) menerima Penghargaan Ekopesantren 2024 adalah komitmennya melakukan kemandirian pangan untuk memenuhi kebutuhan para santrinya.
Ponpes Darul ‘Uluum Lido menjalankan sektor pertanian dan peternakan mini dengan membudidayakan bebek, ayam, ikan nila, bahkan tanaman sayur seperti pakcoy. Sebagian besar kebutuhan pangan pesantren dipenuhi dari hasil internal budidaya.
Tak berhenti di situ. Santri juga dilatih untuk menjadi wirausahawan muda. Hasil panen—baik tanaman sayur, obat, maupun hewan ternak—kadang dijual ke orang tua santri atau pengunjung.
Model ini memperlihatkan bahwa pesantren bisa mandiri secara pangan dan ekonomi. Pola pengajaran seperti ini juga sekaligus menjadi edukasi bagi santri tidak hanya dalam konteks agama, tetapi juga penggabungan antara iman, kerja, dan lingkungan.
Memang, Daarul `Uluum Lido (Dulido) adalah ponpes modern sehingga pengajaran di lingkungan pesantren tidak dijalankan secara kaku. Salah satu misinya pun jelas, “membentuk generasi moderat dan toleran yang mampu hidup ditengah masyarakat sebagai perekat umat.”
Pesantren ini mengelola lembaga pendidikan mulai tingkat anak usia dini (RA) dan tingkat menengah bernama TMI (Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah). TMI membawahi SMP, MTs, MA, dan Takhosus Tahfizh Al-Qur’an. Daarul ‘Uluum mengintegrasikan kurikulum Kemendikbud, Kemenag dan Pesantren Modern dengan tetap mempertahankan tradisi salafus sholeh.
Daarul `Uluum Lido menerapkan bahasa Arab dan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya sehingga mendukung pengembangan berkomunikasi dan berbahasa. Kebijakan ini diterapkan untuk mendukung program international, seperti Dauroh I’dad Mu’allimin ke mesir dan Pertukaran Pelajar international ke berbagai negara.
Greenhouse Herbal: Lab Edukasi & Warisan Botani
Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) membangun greenhouse herbal di Daarul `Uluum Lido pada akhir Desember 2024. Pembangunan ini merupakan bagian dari dukungan terhadap program Ekopesantren yang dilaksanakan KEHATI bersama Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI UNAS).

Salah seorang santri Pondok Pesantren Daarul Ulum Lido melakukan perawatan tanaman © The Christian Science Monitor
Di greenhouse itu, lebih dari 15 jenis tanaman herbal Indonesia telah ditanam. Beberapa di antaranya: jahe merah, jahe gajah, kunyit, pohon bidara, pohon katuk, serai wangi, saga, tapak dara, sirih merah, kencur, lengkuas, lidah buaya, temulawak, temu ireng, seledri, dan kemangi.
Greenhouse ini diproyeksikan menjadi laboratorium hidup yang mendukung santri belajar taksonomi, ilmu pengobatan tradisional, serta cara budidaya tanaman herbal.
“Melalui pembuatan greenhouse ini, kami ingin memperkenalkan berbagai jenis tumbuhan herbal Indonesia yang bermanfaat bagi kesehatan,” kata Rika Anggraini dari KEHATI.
Fiqh Lingkungan: Ajaran Agama dan Lingkungan
Penerapan pengelolaan pesantren berbasis lingkungan membuat Daarul `Uluum Lido berhasil menyabet penghargaan Penghargaan Ekopesantren 2024 dalam kategori Fiqh Lingkungan.
Kategori Fiqh Lingkungan di Ekopesantren menilai bagaimana praktik keagamaan (fikih) dihadirkan secara nyata dalam kehidupan pesantren. Praktik tersebut dapat berupa kebijakan, perilaku sehari-hari, kurikulum, dan manajemen sumber daya.
Fiqh Lingkungan adalah cabang dari ilmu fikih yang membahas aturan dan etika Islam terkait pengelolaan lingkungan hidup. Pesantren Daarul 'Uluum Lido memahami betul, bahwa menjaga alam berarti juga menjalankan amanah agama.
Daarul 'Uluum Lido(Dulido) juga melakukan pengolahan sampah organik melalui maggot (larva lalat black soldier) sebagai cara mengubah limbah menjadi pakan dan kompos. Dengan demikian, pesantren menghubungkan antara ayat-ayat Islam tentang adl (keadilan), amanah, dan larangan merusak lingkungan, dengan tindakan konkret di lapangan.
Media The Christian Science Monitor bahkan menyebut Lido sebagai bagian dari “eco-boarding school”, di mana pendidikan agama dan kesadaran lingkungan dibaurkan sebagai satu paket.
“Daarul 'Uluum Lido adalah apa yang sekarang disebut sebagai sekolah berasrama ramah lingkungan, bagian dari program yang didirikan empat tahun lalu sebagai bagian dari gerakan ‘Islam Hijau’ yang mengajarkan umat Islam di seluruh dunia untuk memimpin dalam menjaga iklim Bumi,” katanya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News