Bagi Pondok Pesantren Rahmatan Lil Alamin, nyantri bukan hanya ngaji, tetapi juga belajar wirausaha dan teknik pengelolaan sampah. Ponpes itu memiliki kurikulum yang mengajarkan para santrinya mengelola sampah agar menjadi produk yang bernilai tinggi.
Jika menyambangi Pondok Pesantren Rahmatan Lil Alamin, Kawan mungkin akan melihat pemandangan yang tak biasa di lingkungan pesantren. Para santri sedang membuat berbagai kerajinan tangan.
“Jika ada yang berkunjung ke sini, maka pemandangan ini sangat kental. Ada yang berkreasi membuat bambu-bambu Jawa yang diolah menjadi tempat tisu, lampion, atau hasil kreasi lainnya. Ada juga yang membuat rak buku, lampion gantung, dan sebagainya,” kata pengasuh Pesantren Rahmatan lil ‘Alamin Gus Ridlwan Baidowi, dikutip dari NU Jatim.
Akhirnya, pada 2024 lalu, Pondok Pesantren Rahmatan Lil Alamin meraih penghargaan Ekopesantren Award 2024 kategori Program Umum Ekopesantren.
Sejarah Pondok Pesantren Rahmatan Lil Alamin
Pondok Pesantren Rahmatan Lil Alamin merupakan salah satu ponpes yang menerapkan prinsip kewirausahaan dan ramah lingkungan. Mereka mendidik para santri untuk mengelola bahkan mendaur ulang sampah.
Ponpes ini berada di Dusun Gebangsiwil, Desa Bukur, Patianrowo, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Didirikan pada awal 2000-an oleh KH. Ridwan Baidlowi, Pondok Pesantren Rahmatan Lil Alamin dikonsep menjadi pesantren yang melek akan tantangan zaman.
Memang, awalnya, kegiatan pesantren hanya berupa pengajian tradisional di rumah sederhana. Santri-santri belajar kitab kuning dengan metode sorogan (santri membaca di hadapan kiai secara personal) dan bandongan (kiai membaca kitab, santri menyimak bersama). Model pengajian ini adalah tradisi lama pesantren Jawa.
Kemudian, pada tahun 2010-an, pesantren mulai menambah unit pendidikan formal dengan membuka Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA), Tujuannya, agar santri bisa mendapatkan ijazah formal sekaligus ilmu agama.
Langkah ini pun sejalan dengan regulasi Kementerian Agama yang mendorong pesantren membangun sinergi antara kurikulum nasional dan kurikulum pesantren.
Tak berhenti di situ, pesantren kemudian membuka SMP Sains Al-Qur’an Rahmatan Lil Alamin. Sekolah ini menjadi ciri khas tersendiri, karena menggabungkan pendekatan sains modern dengan penguatan hafalan dan pemahaman Al-Qur’an.
Pesantren Wirausaha
Ridwan Baidlowi atau yang kerap disapa Gus Ridwan bercerita bagaimana ia mencetuskan konsep pesantren wirausaha. Sejak tahun 2013, saat masih menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, dirinya sudah akrab dengan dunia seni.
Lingkungan Yogyakarta yang dikenal kaya dengan budaya dan kreativitas memberi pengaruh besar pada cara berpikir dan geraknya. Selain itu, hobi membaca dan kebiasaannya bereksplorasi semakin menumbuhkan minatnya dalam mengolah seni.
Dari situlah lahir benih ketertarikan yang kelak berkembang menjadi usaha nyata. Sepulang dari Yogyakarta pada tahun 2019, Gus Ridlwan memutuskan untuk mendirikan rumah produksi kerajinan santri. Ia juga membangun Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP).
“Sepulang dari Yogyakarta pada tahun 2019, akhirnya saya mendirikan rumah produksi usaha kerajinan santri yang diberi nama ‘Santri Craft’ dan slogan karya santri untuk negeri,” terangnya.
Sejak saat itu, pesantren mulai memberdayakan santri melalui unit usaha dan pelatihan keterampilan. Pengurus pesantren membentuk berbagai program keterampilan, seperti desain grafis, administrasi perkantoran, agrobisnis, hortikultura, sampai teknik pengelasan
Di pesantren ini lah, santri tidak hanya belajar agama, tapi juga praktik langsung. Mereka dilatih membuat produk kerajinan kaligrafi, miniatur, hingga kerajinan dari tempurung kelapa.
“Cukup banyak usaha santri yang dikembangkan di pesantren. Di antaranya desain grafis, multimedia, dan administrasi perkantoran. Kemudian ada juga agrobisnis holtikultura, serta teknis pengelasan dan galvalume mebel,” jelas Gus Ridlwan.
Beberapa produk pesantren bahkan berhasil diekspor ke luar negeri. Negara-negara tujuan ekspor itu, antara lain Jerman, India, Finlandia, Republik Cheko, dan Arab Saudi. Hal ini menjadikan pesantren dikenal sebagai salah satu pionir pesantren wirausaha di Nganjuk.

Hasil kerajinan tangan santri ponpes Rahmatan lil ‘Alamin © NU Jatim
Hasil wirausaha itu pun digunakan untuk beasiswa santri. Artinya, Ponpes Rahmatan Lil Alamin memberikan fasilitas gratis bagi santri yang kurang mampu.
“Alhamdulillah sampai sekarang pesantren mampu membiayai 600 santri gratis. Karena motivasi kami adalah bergerak, dibalik bergerak ada berkah. Santri harus mandiri, hidup-hidupilah pondok, jangan hidup dari pondok,” katanya.
Penghargaan Ponpes Rahmatan Lil Alamin
Pada tahun 2023, Ponpes Rahmatan Lil Alamin menerima penghargaan Eco Pesantren terbaik tingkat Jawa Timur. Penghargaan ini diberikan atas keberhasilan pesantren mengelola lingkungan, melakukan penghijauan, dan mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam kegiatan santri.
Selain itu, pada 2024, Pondok Pesantren Rahmatan Lil Alamin juga mendapatkan penghargaan Ekopesantren Award 2024 dengan kategori Program Umum Ekopesantren. Penghargaan ini diberikan oleh Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI UNAS).
Pengakuan tersebut memperkuat posisi pesantren sebagai institusi yang tidak hanya fokus pada agama, tetapi juga mengedepankan kemandirian ekonomi dan kepedulian lingkungan.
“Melalui penghargaan ini, semoga Pondok Pesantren Rahmatan Lil Alamin dapat terus berkembang dalam mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren,” pungkasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News