bagian tubuh ini jadi data biometrik hati hati ancaman privasi - News | Good News From Indonesia 2025

Bagian Tubuh Ini Jadi Data Biometrik, Hati-Hati Ancaman Privasi

Bagian Tubuh Ini Jadi Data Biometrik, Hati-Hati Ancaman Privasi
images info

Bagian Tubuh Ini Jadi Data Biometrik, Hati-Hati Ancaman Privasi


Kemana Kawan bisa lari saat identitas diri dapat dilacak melalui biometrik? Biometri adalah teknologi identifikasi dan verifikasi yang menggunakan ciri khas tubuh atau perilaku manusia sebagai pembeda unik. Biometri memanfaatkan hal yang melekat pada diri kita, seperti sidik jari, wajah, suara, atau pola retina untuk mengenali siapa kita.

Biometrik selama ini identik dengan sidik jari atau pengenalan wajah. Padahal, tubuh manusia juga memiliki banyak ciri khas lain yang menjadi identitas unik tiap manusia.

Identitas kita tidak lagi hanya ditentukan oleh kartu tanda penduduk. Setiap kali kita membuka ponsel dengan sidik jari, tersenyum ke arah kamera untuk face unlock, atau bahkan berbicara ke asisten suara; secara tidak sadar kita sedang menyerahkan bagian dari tubuh ke big data. Begitupun swafoto yang diunggah, rekaman suara dalam video, atau bahkan kebiasaan mengetik di ruang digital, yang juga bisa menjadi sumber data biometrik.

Ancaman teknologi melalui biometrik ini menjadi fokus kritik Massive Attack, band trip hop asal Inggris saat menggelar konser. Ia memanfaatkan teknologi live facial recognition untuk memindai wajah penonton mereka secara real time. Maksud Massive Attack adalah untuk menunjukkan, betapa mudahnya data biometrik seperti wajah kita dikumpulkan dan dianalisis, bahkan tanpa izin eksplisit.

Sebenarnya, apa saja bagian tubuh yang bisa menjadi data biometrik?

baca juga

Biometrik Iris

Mata adalah salah satu data pribadi paling krusial. Teknologi bisa mengenali identitas seseorang dari iris. Iris adalah bagian berwarna pada mata yang mengelilingi pupil. K

enapa iris jadi data biometri? Karena pola iris setiap orang terbentuk secara acak sejak dalam kandungan dan tetap stabil sepanjang hidup. Tidak ada dua orang di dunia yang memiliki pola iris yang sama, bahkan kembar identik sekalipun.

Karena keunikannya sangat tinggi dan sulit dipalsukan, iris menjadi basis data untuk mengenali seseorang. Pola iris memiliki ratusan titik referensi, seperti garis, bintik, dan tekstur yang jauh lebih detail dibanding sidik jari.

Untuk mengidentifikasi iris, biasanya menggunakan teknologi pemindai berupa kamera khusus, seperti inframerah. Citra hasil pemindaian diubah menjadi kode digital. Kode ini disimpan sebagai template, lalu dibandingkan setiap kali verifikasi dilakukan.

Identifikasi melalui iris memiliki tingkat false rejection sangat rendah. Artinya, tingkat kevalidan data lewat iris sangat tinggi. Iris recognition banyak digunakan secara komersial, seperti di bandara atau sistem keamanan ponsel tertentu.

baca juga

Retina

Selain iris, retina juga bisa jadi data biometrik. Retina adalah bagian yang terletak di bagian paling belakang mata, tepat di lapisan yang berfungsi menangkap cahaya. Retina punya pola pembuluh darah yang sangat unik. Bahkan lebih sulit dipalsukan dibanding iris.

Akan tetapi, praktik identifikasi melalui retina jarang dilakukan. Sebab, prosesnya tidak senyaman iris scan. Kita harus menempelkan mata ke alat pemindai dalam posisi stabil. Selain itu, alatnya pun mahal, dan kondisi kesehatan mata bisa memengaruhi hasilnya.

Retina scan lebih banyak dipakai di fasilitas yang benar-benar butuh keamanan tingkat tinggi, misalnya laboratorium militer.

baca juga

Sidik Jari

Sidik jari adalah teknologi paling luas diaplikasikan karena sensor murah dan algoritma mapan. Mengapa dipakai untuk biometrik? Karena sidik jari setiap orang benar-benar unik. Sidik jari tidak berubah sepanjang hidup selama tidak mengalami luka serius. Bahkan jika kulit tergores atau terpotong, pola sidik jari akan tumbuh kembali sama seperti sebelumnya.

Sidik jari kerap menjadi basis data para ahli forensik. Sebab, sidik jari bisa bertahan selama berminggu-minggu bahkan hingga bertahun-tahun di sebuah benda.

Meski demikian, sidik jari rentan terhadap residu ataupun luka sehingga mengakibatkan autentikasi kerapkali tidak berhasil.

baca juga

Pembuluh Darah

Biometrik ini menggunakan pola unik pembuluh darah di dalam tubuh, biasanya di telapak tangan, jari, atau punggung tangan. Pola pembuluh darah terbentuk secara genetik dan bentuknya sangat berbeda pada setiap orang.

Teknologi ini biasanya memindai telapak tangan atau jari karena area tersebut memiliki banyak pembuluh darah dengan pola kompleks.

Cara kerjanya sama, yakni memanfaatkan cahaya inframerah dekat (near-infrared light). Pembuluh menyerap cahaya IR, sehingga membentuk citra pola gelap-terang. Sistem ini memetakan pola itu sebagai template.

Darah yang mengandung hemoglobin menyerap cahaya ini, sehingga jalur pembuluh darah terlihat jelas seperti peta. Kamera khusus menangkap pola tersebut, lalu mengubahnya menjadi pola tertentu.

baca juga

Bentuk Telinga

Jika diperhatikan, telinga terdiri dari lekukan, lipatan, dan kontur yang rumit. Struktur telinga luar (helix, antihelix, lobulus) punya topografi unik sehingga foto telinga dari samping dapat diproses untuk menghasilkan fitur geometris dan tekstural yang menjadi data seseorang. Biasanya komputer menganalisis kontur telinga, misalnya ukuran daun telinga, bentuk tragus (tonjolan kecil di depan lubang telinga), hingga pola lipatan.

Yang menarik, ekspresi wajah tak banyak mengubah bentuk telinga. Identifikasi telinga disebut ideal saat wajah ditutup (masker). Bahkan, foto telinga bisa diambil dari jauh tanpa kontak langsung, dengan catatan telinga tidak tertutup rambut, topi, atau headset.

baca juga

Suara (Voice Biometrics)

Suara terbentuk dari kombinasi pita suara, rongga mulut, hidung, hingga cara berbicara. Itulah sebabnya suara kita berbeda meski kata-kata yang diucapkan sama. Dari segi ilmiah, suara manusia punya ciri fisiologis (struktur organ bicara) dan ciri perilaku (intonasi, aksen, tempo berbicara). Kombinasi dua hal ini membuat suara bisa dijadikan identitas unik.

Ada dua proses untuk melakukan voice atau speaker recognition, yakni speaker verification untuk memastikan suara sesuai dengan identitas yang diklaim dan speaker identification sebagai proses mengenali suara seseorang dari sekumpulan orang.

Bisakah Kita Lari dari Teknologi?

Teknologi memang menawarkan kemudahan untuk menjaga keamanan data kita. Akan tetapi, kebocoran data dan kecanggihan teknologi juga bisa menjadi ancaman bagi privasi.

Jadi, apakah Kawan bisa lari dari pelacakan identitas yang memanfaatkan teknologi?

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.