Ingatkah Kawan, CEO OpenAI, Sam Altman mengungkapkan bahwa tidak perlu mengatakan, “tolong” dan “terima kasih” kepada AI? Beban konsumsi listrik berlebih menjadi alasan utama kenapa larangan itu dibuat.
Kemajuan pesat kecerdasan buatan (AI) tidak hanya mengubah cara kita bekerja, tapi juga meningkatkan kebutuhan listrik global secara signifikan.
Di balik aplikasi ChatGPT atau generative AI kekinian, terdapat pusat data raksasa yang membutuhkan energi besar untuk menjalankan dan mendinginkan servernya.
Bahkan, penggunaan ChatGPT membutuhkan energi lima kali lebih banyak dibanding pencarian web biasa.
"Seiring dengan perpindahan kita dari teks ke video ke gambar, model AI ini semakin membesar, dan begitu pula dampak energinya," kata Vijay Gadepally, peneliti utama di MIT Lincoln Laboratory.
AI dan Masa Depan Guru, Mengganti atau Mendampingi?
Beratnya Konsumsi Listrik oleh AI
Laporan IEA memprakirakan bahwa konsumsi listrik global oleh data center bisa meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar 945 TWh pada tahun 2030. Angka tersebut mendekati konsumsi listrik seluruh Jepang saat ini.
Sekitar 20% dari energi tersebut dipakai untuk operasi AI, dan bisa meningkat menjadi hampir separuh permintaan listrik pusat data di dunia
AI diprediksi akan turut menyumbang emisi di dunia. Di Amerika Serikat, data center sudah menyerap lebih dari 4% dari total listrik nasional, dan proyeksinya bisa mencapai 9% pada 2030.
AI dalam Dunia Pendidikan, Peluang dan Etika
Token AI, sebuah unit teks yang digunakan model AI generatif untuk memproses masukan dan menghasilkan keluaran, menyerap banyak energi. Memproses satu juta token—yang merupakan waktu komputasi senilai satu dolar—menghasilkan jumlah karbon yang mirip dengan pkendaraan bertenaga gas yang dikendarai sejauh lima hingga 20 mil.
Penggunaan energi saat membuat gambar dengan AI generatif setara dengan pengisian daya penuh ponsel pintar.
"Ini akan tumbuh menjadi jumlah penggunaan energi yang cukup besar dan kontributor emisi yang terus bertambah di seluruh dunia," imbuh Vijay Gadepally.
Akuntansi di Era Digital, Manfaat dan Tantangan Penggunaan AI
Mengapa AI Membutuhkan Banyak Listrik?
Kebutuhan AI akan listrik yang lebih besar disebabkan oleh kemampuan AI menghasilkan keluaran perintah yang lebih kompleks dibandingkan situs pencarian web biasa.
AI dengan pusat datanya akan mengolah kata kunci dengan halaman yang sudah diindeks, menyusun berdasarkan relevansi, kemudian disajikan secara cepat.
Proses ini membutuhkan daya 5–10 kali lebih besar dibanding pencarian web biasa.
Membaca Buku Cetak Tanpa Merusak Bumi, Sebuah Pengenalan pada Sertifikasi FSC
Training model besar seperti GPT‑3 menghabiskan ribuan MWh. Satu pelatihan diperkirakan menyerap sekitar 1.287 MWh, setara kebutuhan listrik tahunan 120 rumah di AS. S
Sebagai informasi, sebelum AI dapat digunakan, model perlu dilatih terlebih dulu dengan miliaran contoh data. Pelatihan model AI ini menggunakan listrik besar terus-menerus.
Selain listrik, penggunaan air untuk mendinginkan server pun signifikan: tiap 1 kWh listrik bisa menyedot hingga 2 liter air.
Potensi Kolosal PLTA Mamberamo: Sumber Energi Masa Depan Papua
Penggunaan Energi Terbarukan Sebagai Solusi
Penggunaan energi terbarukan dan ramah lingkungan menjadi tuntutan besar bagi data center.
Menurut Tom Kingham, Kepala Desain Eropa & Jepang di CyrusOne—pengembang dan operator pusat data global terkemuka—pusat data harus terus menjawab tuntutan beban kerja AI, termasuk kebutuhan penggunaan daya berkepadatan sangat tinggi, teknologi pendinginan canggih, dan desain yang dapat diskalakan.
“Dengan inovasi yang mengurangi kebutuhan ruang fisik dan jejak karbon, yang mencerminkan tren yang lebih luas menuju operasi pusat data yang lebih ramah lingkungan,” ungkapnya.
Misalnya, sejak tahun 2010 Google telah menandatangani lebih dari 170 perjanjian untuk pembelian energi bersih, dengan total lebih dari 22 GW energi hijau (tenaga surya dan angin).
Google disebut sebagai "pembeli korporat energi terbarukan terbesar di dunia." Konsumsi energi global mereka dari sumber bersih sejak 2017 mencapai 100%, termasuk data center dan kantor-kantor. Mereka menggunakan kombinasi energi angin, surya, dan geotermal untuk mencapai Carbon-Free Energy (CFE) pada 2030.
Pertamina Geothermal Energy Ulubelu: Negeri Tiga Energi dari Kaki Gunung Tanggamus
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News