“Ini di luar dugaan bisa bikin 100 sekolah dalam 5 bulan,” ungkap Presiden Prabowo Subianto, Jumat (22/8).
Ungkapan itu disampaikan dalam acara Pembekalan Guru dan Kepala Sekolah Rakyat di Jiexpo Kemayoran, Jakarta.
Sebagaimana yang kita tahu, pembangunan Sekolah Rakyat digeber Presiden Prabowo.
Baru digagas Februari lalu, sebanyak 100 Sekolah Rakyat kini telah hadir di berbagai wilayah Indonesia. Utamanya, di daerah pelosok dan tertinggal, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan, dan Papua.
Sekolah Rakyat, Jadi Asa Baru untuk Pendidikan yang Merata atau Malah Sebaliknya?
Proyek ini dijalankan secara kilat demi misi mewujudkan pemerataan pendidikan. Sekolah ini ditujukan bagi anak-anak keluarga miskin dan miskin ekstrem berdasarkan Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN). Nantinya, Sekolah Rakyat sendiri akan menanggung seluruh biaya pendidikan, mulai dari seragam, makan, asrama, hingga peralatan sekolah secara keseluruhan.
Para menteri Kabinet Merah Putih pun, akan terus bekerja keras untuk mewujudkan Sekolah Rakyat. Targetnya, 200 Sekolah Rakyat akan segera beroperasi pada 2026 mendatang.
“Tahun depan, insyaAllah 200 sekolah, dan seterusnya. Ini 100 sekolah sebentar lagi 163,” katanya.
Konsep "Sekolah Rakyat" Prabowo: Solusi Inovatif atau Proyek Instan? Ini Kata Pakar UNAIR
Berdayakan Guru, Bangun Generasi Muda
Juni 2025 lalu, pemerintah juga telah membuka rekrutmen guru sebagai pengajar Sekolah Rakyat. Tidak sekadar merektrut, pemerintah mengambil pengajar yang merupakan guru berkompeten dan berkualitas, jebolan Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan atau PPG Calon Guru.
Selain demi menghadirkan sosok pengajar berkualitas, Sekolah Rakyat pun dinilai sebagai salah satu langkah penyerapan tenaga guru yang telah dihasilkan oleh program PPG.
Sebab, Prabowo menegaskan pendidikan merupakan aspek penting dalam membangun generasi bangsa. Selain untuk mengelola kekayaan negeri, pendidikan juga jadi jalan untuk menghilangkan kemiskinan dari Indonesia.
Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, Sekolah Rakyat yang Menjadi Cikal Bakal Pendirian Muhammadiyah
“Kalau kita sudah kuasai kekayaan kita, kita perlu tenaga-tenaga, awak-awak, anak-anak muda yang bisa mengelola kekayaan itu. Kita sudah kuasai, kita enggak ngerti bagaimana menjalankan itu, karena itu pendidikan sangat-sangat penting,” tegasnya.
Ia pun menyatakan berdirinya 100 Sekolah Rakyat saat ini merupakan awal perjuangan demi membangun Indonesia yang lebih baik. Prabowo melihat harapan lahir dari para siswa yang masuk ke Sekolah Rakyat.
“Dari beberapa siswa yang masuk program ini, mereka dijemput dari keluarganya. Mereka cinta orang tuanya, orang tuanya kerja keras, orang tuanya belum menikmati kemerdekaan yang sebetulnya. Ini yang mendorong saya kita harus mewujudkan kemerdekaan untuk seluruh rakyat kita,” ucapnya.
Konsep Baru Pendidikan Indonesia, Rencana Deep Learning Ful-Ful Hingga Sastra Indonesia Jadi Kurikulum
Langkahnya semakin kuat ketika mendengar rekaman pengakuan dari salah siswi Sekolah Rakyat Menengah Pertama 19 Efata Kupang, NTT.
Sofia Rorista Angel, salah seorang siswa mengucapkan terima kasih kepada presiden atas inisiasi di bidang pendidikan ini. Katanya, kelak jika ia berhasil berhasil menggapai cita-cita, orang pertama yang diingat adalah Prabowo. Sebab, program Sekolah Rakyat mendekatkan Sofia kepada mimpinya.
“Terima kasih Bapak Presiden, sudah perhatikan kami anak-anak terpinggir dari Timur. Saya tahu Bapak sibuk urus negara tapi masih sempat urus kami untuk sekolah. Bagi saya, Bapak seperti orang tua yang sudah angkat saya dari tempat gelap dan taruh saya di tempat yang terang,” ujar Sofia.
Percepatan Perbaikan Mutu Pendidikan, Kemendikdasmen Gandeng Mitra untuk Pengimplementasian Program Prioritas
Bangun Sekolah Rakyat, Perbaiki Sekolah Negeri
Misi Prabowo tidak hanya sekadar membangun Sekolah Rakyat. Ia juga berkomitmen untuk memperbaiki sekolah yang sudah ada, dalam hal ini sekolah negeri.
“Tidak hanya itu, cita-cita saya semua sekolah Indonesia akan kita perbaiki,” lanjutnya.
Hal ini juga pernah diungkapkan oleh Guru Besar Departemen Sosiologi FISIP Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Tuti Budirahayu. Ia mengatakan bahwa, dibandingkan membangun sekolah baru dengan konsep yang belum matang, lebih baik jika pemerintah berfokus pada perbaikan terhadap sekolah yang ada. Dalam hal ini meliputi kualitas pendidik, kurikulum, hingga fasilitas.
Koding dan Kecerdasan Artifisial Masuk Kurikulum SD-SMA: Kunci Transformasi Pendidikan Indonesia
"Alih-alih membangun sekolah baru, lebih baik memperkuat sekolah yang sudah ada dengan meningkatkan kualitas guru, kurikulum, dan fasilitas pendukung," ungkapnya.
Sebab, menurut World Bank (2022), investasi dalam peningkatan kapasitas guru dan kurikulum berbasis keterampilan lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan jangka panjang dibanding sekadar membangun gedung sekolah baru.
Pemerintah akhirnya mengambil jalan tengah. Selain membangun sekolah baru, pemerintah juga akan memperbaiki sekolah-sekolah yang telah lama ada.
Sri Wahyaningsih: Pendidik Harus Bisa Ngemong dan Paham Karakter Anak
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News