Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti akan menerapkan sistem deep learing dalam pendidikan sekolah tingkat dasar dan menengah. Abdul Mu'ti menegaskan, rencana penerapan deep learing dalam sekolah ini bukan menjadi sebuah kurikulum baru pengganti Kurikulum Merdeka, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran.
"'Deep learning' itu bukan kurikulum. Itu pendekatan belajar," jelas Abdul Mu'ti.
Lebih lanjut, pendekatan ini disebut sebagai deep learning ful-ful (mindful, meaningful, joyful). Artinya, pendekatan ini diharapkan mampu menjadi pembelajaran mendalam sehingga para peserta didik dapat memberikan perhatian penuh dan lebih bermakna. Meski demikian, pembelajaran ini diharapkan tetap dibawakan secara lebih menyenangkan.
Masing-masing elemen (mindful, meaningful, joyful) dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan, tetapi juga pengalaman bermakna bagi para peserta didik.
Dalam mengonsep pendekatan ini, Abdul Mu'ti menyatakan bahwa deep learning ful-ful ini dirancang agar materi pelajaran dapat diberikan secara lebih mendalam namun ringan.
Kurikulum Merdeka, Revolusi atau Evolusi Pendidikan?
Melalui pendekatan ini, para pendidik diharapkan lebih aktif dan berpartisipasi dalam menumbuhkan suasana pembelajaran yang asik serta menyenangkan lewat eksperimen-eksperimen seru. Dengan rangsangan ini, siswa diproyeksikan memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi sehingga mereka tergerak untuk memahami materi yang lebih komprehensif secara mandiri.
Tujuan dari metode ini adalah memberi guru kebebasan dalam mengajar, sementara siswa dapat memahami materi dengan lebih baik. Dari sini, istilah “ful-ful” muncul untuk mencerminkan proses belajar yang mindful, meaningful, dan joyful.
Targetnya, pendekatan deep learning ful-ful bertujuan untuk membuat siswa lebih fokus dan terlibat dalam proses belajar. Deep learning dapat membantu dalam memonitor dan mengevaluasi proses pembelajaran, memberikan wawasan yang berguna untuk meningkatkan metode pengajaran.
Sri Wahyaningsih Tanggapi Fenomena Gonta-Ganti Kurikulum Pendidikan: Kalau Sering Bikin Repot
Sastra Indonesia Menjadi Kurikulum Pendidikan?
Selain membahas pendekatan deep learning ful-ful, Mendikdasmen Abdul Mu'ti juga turut menggelar diskusi dengan para sastrawan di Indonesia. Dalam diskusi tersebut, pembelajaran tentang sastra Indonesia diproyeksikan dapat masuk ke dalam kurikulum pendidikan dasar.
“Nanti memang kita akan kaji semua, materi-materi pelajaran akan kita lihat lagi,” tegas Abdul Mu'ti.
Sebelumnya, sebagaimana dilansir dari Badan Bahasa Kemendikbud, program Sastra Masuk Kurikulum (selanjutnya disebut SMK) telah dicanangkan pada saat peringatan Hari Buku Nasional (Harbuknas) 2024. SMK ini diterapkan bertujuan untuk memperkenalkan siswa kepada beragam karya sastra dari berbagai budaya dan periode waktu.
Menteri Pendidikan saat itu, Nadiem Makarim juga mengatakan bahwa salah satu tujuan utama Merdeka Belajar, yaitu meningkatkan minat baca dan literasi siswa melalui program SMK.
ITB Akan Rilis Kurikulum Terbaru, Unggulkan Aspek Humanity, Adaptability, dan Technology
Saat diluncurkan, SMK disertai 177 buku sastra yang telah dikurasi oleh 17 kurator untuk dijadikan buku bacaan siswa. Sejak tahun 2023, sejumlah sastrawan, akademisi, dan 40 guru dilibatkan untuk mendukung kriteria kurasi dalam bacaan sastra.
Panduan Rekomendasi Buku Sastra telah ditetapkan dalam Keputusan Mendikbudristek Nomor 025/H/P/2024 tentang Penetapan Rekomendasi Buku Sastra pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dalam Rangka Program Sastra Masuk Kurikulum di Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka.
Dari 177 buku sastra yang telah dikurasi tersebut dibagi menjadi 43 judul untuk SD/MI, 29 judul untuk SMP/MTs, serta 105 judul untuk SMA/MA.
Profil W. Sanavero, Lulusan Magister Sastra Dunia Pertama di Indonesia
Beberapa buku yang menjadi rekomendasi Kemendikbud ialah Bumi karya Tere Liye, Negeri Lima Menara karya A. Fuadi, Semua Ikan di Langit karya ZiggyZezsyazeoviennazabrizkie untuk SMP; Puya ke Puya karya Faisal Oddang, Robohnya Surau Kami karya AA Navis, Semua Untuk Hindia karya Iksaka Banu, dan masih banyak lagi.
Tidak hanya perihal sastra, Abdul Mu'ti juga mengungkapkan dirinya akan mengkaji ulang kebijakan-kebijakan sekolah yang saat ini telah diterapkan, mulai dari Kurikulum Merdeka Belajar, Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan jalur zonasi hingga peniadaan Ujian Nasional (UN).
Program P5 Kurikulum Merdeka Sebagai Perantara Melestarikan Budaya lokal
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
