Sri Wahyaningsih adalah pendiri sekolah alternatif bernama Sanggar Anak Alam (SALAM). Letak sekolah tersebut berada di Yogyakarta, tepatnya di Kampung Nitiprayan, Kasihan, Bantul dan sudah berdiri sejak 1988.
Berdirinya SALAM tercetus dari rasa prihatin dan perhatian Sri Wahyaningsih dan suaminya Toto Rahardjo yang tinggi akan sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan yang kerap berubah-ubah dan tidak maksimal itulah yang membuat SALAM hadir sebagai tempat belajar alternatif.
Sebagai pendidik, Sri melihat perkembangan dunia pendidikan Indonesia yang penuh dinamika. Menurutnya nilai-nilai Pancasila mesti diamalkan ke dalam kurikulum agar sistem pendidikan bisa berjalan lebih baik ke depannya.
Memanusiakan Manusia
Sistem pendidikan di Indonesia kerap bergonta-ganti kurikulum. Hanya saja, pergantian itu kerap menimbulkan polemik dan tidak menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Bagi Sri, adanya pergantian kurikulum tidak masalah jika tujuannya untuk memperbaiki. Namun, saat pergantian itu dilakukan, hendaknya pihak pemangku kebijakan melakukan evaluasi terlebih dahulu.
Kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan pendidikan. Sri pun melihat target itu belum terselesaikan dan merasa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus diamalkan.
“Padahal kita punya cantolan. Taruhlah Pancasila. Kan ada lima sila, apakah itu semua sudah bisa kita lakukan dengan baik? Mestinya kan kurikulum harusnya mengacu itu,” ucap Sri kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Tak lupa pula Sri mencoba mengingatkan bahwa pendidikan itu seharusnya memanusiakan manusia sebagaimana cita-cita pendiri bangsa. Oleh karena itu, pergantian kurikulum yang kerap terjadi diharapkannya tidak membuat beban bagi mereka-mereka yang merasakan pendidikan saat kurikulum tengah dijalankan.
“Cita-cita yang dicantolkan para pendiri bangsa itu apa? Katanya memanusiakan manusia. Kan mestinya kurikulum mengacu ke sana, bukan gonta-ganti. Kalau kita hanya mengejar negara lain itu bukan ukuran menurut saya. Jadi gonta-ganti kurikulum asal ada alasan mendasar dan ada evaluasi, menurut saya enggak apa-apa. Tapi kalau sering juga ya bikin repot,” ucap sosok yang akrab disapa Bu Wahya tersebut.
Adanya pergantian kurikulum sendiri tidak terlalu berpengaruh di SALAM. Sri selaku pendiri menegaskan di sekolahnya sudah memiliki kurikulum mandiri di mana para peserta didik dapat memilih kurikulum yang sesuai dalam belajar.
“Kami itu kan kurikulumnya sudah cutom banget, setiap anak boleh memilih kurikulum untuk dirinya sendiri. Ketika sekarang ini yang paling pas kurikulum Merdeka, kami udah ‘wah pas banget’, kami sudah enggak terlalu ribet,” ujarnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News