permainan tradisional gratis di kutai kartanegara miliki banyak fungsi rahmat effendi jadi inisiator - News | Good News From Indonesia 2025

Permainan Tradisional Gratis di Kutai Kartanegara Miliki Banyak Fungsi, Rahmat Effendi jadi Inisiator

Permainan Tradisional Gratis di Kutai Kartanegara Miliki Banyak Fungsi, Rahmat Effendi jadi Inisiator
images info

Di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, permainan tradisional mendapat perlakukan khusus. Acara yang mengusung permainan tradisional masih kerap digelar. Keberadaannya pun masih begitu diminati.

Hal ini dapat dilihat dari upaya masyarakat maupun pemerintah yang bersama-sama melanggengkan eksistensi permainan tradisional. Biasanya, pemerintah melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) menggelar turnamen permainan tradisional tahunan sebagai wujud pelestarian.

Selain Dispora, Dinas Arsip dan Perpustakaan (Diarpus) juga terlibat dalam pelestarian ini dengan memfasilitasi area perpustakaan sebagai tempat pelaksanaan permainan tradisional.

Abdul Aziez Rahman, selaku inisiator mengungkapkan bahwa tujuannya mencetuskan ide tersebut adalah agar Taman Pintar menjadi ruang nostalgia masyarakat, utamanya terhadap permainan tradisional. Taman Pintar yang letaknya persis di samping perpustakaan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Inilah Sukendar, Sang Maestro Pengrajin Calung Banyumas

Rahmat Effendi (Pepen), Warga Pelestari Permainan Tradisional di Kukar

Tidak hanya pemerintah, warga sipil Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) juga memberi energi yang sama dalam mempertahankan keberadaan permainan tradisional. Adalah Rahmat Effendi, warga sipil yang memfasilitasi ragam permainan tradisional secara swadaya untuk masyarakat.

Inisiatif ini murni atas dasar keinginan Pepen – panggilan sehari-hari Rahmat Effendi – untuk melestarikan khazanah kebudayaan Indonesia. Ia menggunakan kayu, bambu, dan barang bekas untuk kemudian dijadikan sebagai kerajinan tangan permainan dan seni tradisional.

Setiap warga yang ingin bermain, bebas datang ke lapaknya, tanpa terkecuali.

Menariknya, Pepen bahkan tidak menarik sepeser uang pun dari masyarakat yang bermain di lapaknya. Menurutnya, senyum anak-anak yang bermain di lapaknya, jauh lebih berharga dibandingkan apa pun.

“Permainan di zaman ini biasa ditarifkan, saya digratiskan. Saya lebih nikmat anak-anak tersenyum, keluarga mereka rekat, itulah pengobatnya,” tutur Pepen, dalam video yang diabadikan oleh DwiWindiawati dalam lomba Rekam Maestro yang digelar oleh Good News From Indonesia berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek RI.

Kasrin Endro Prayono, Maestro Pemahat Batu dari Magelang

Dari Penghuni Emperan Masjid hingga Penggerak Ekonomi

Ada kisah menarik di balik Pepen yang menyediakan ragam permainan tradisional. Komitmennya memberikan akses permainan secara gratis kepada masyarakat ini tidak terlepas dari sosok yang bernama Yuyun.

“Saat saya tinggal di emperan Masjid Jami Sultan Hasanuddin, itu ada Pak Yuyun. Saya diajak ke rumahnya dan tinggal di rumah beliau,” terang Pepen.

Dari pertemuan itu, Pepen ingat betul, Pak Yuyun lah yang selama ini memberikan pandangan tentang kaitannya permainan tradisional dengan ekonomi masyarakat.

Fatonah, Maestro dari Sukapura yang Belajar Batik Secara Diam-Diam

Saat itu, Pak Yuyun diangkat menjadi pegawai di bidang kebudayaan. Padahal – Pepen menambahkan – beliau bukan seorang seniman atau budayawan. Pak Yuyun adalah seorang ekonom.

Akan tetapi, latar belakangnya sebagai seorang ekonom ini justru memberikan pandangan yang menarik.

“Beliau berpikir, ‘Pen, gerakan ekonomi kita ini bisa melalui permainan.’ Kami mencoba menggali lagi potensi apa, ternyata ada egrang, belogo. Nah ternyata ini bisa menimbulkan pergerakan ekonomi,” imbuh Pepen.

Dari diskursus itu lah, Pepen bertekat untuk turut menjadi penggerak roda ekonomi, khususnya bagi UMKM Kukar lewat permainan tradisional.

Maestro Sulawesi Tengah, Ina Tobani yang Langgengkan Pakaian Adat dari Kulit Kayu Pohon Beringin

Permainan Tradisional Memiliki Beragam Fungsi

Menghadirkan permainan tradisional secara gratis, Pepen menyimpan banyak kenangan mengharukan. Ia menceritakan salah satu pengalamannya bertemu dengan anak yang mengesankan.

“Saya sempat di titik nol Kota Tenggarong. Ada anak yang awalnya nangis harus diapit terus dengan lengan bapaknya tiba-tiba setengah jam kemudian dia main sendiri.”

Tidak hanya Pepen yang terkesan dengan perubahan anak tersebut. Orang tua anak itu pun bahkan terharu melihat anaknya yang berani bermain sendiri. Setelah ditelusuri, rupanya, permainan tradisional juga mampu menjadi pengobatan alternatif.

Mak Normah, Maestro Kepulauan Riau yang Gigih Mewariskan Kesenian Mak Yong

“Orang tuanya kok menangis di kursi. Akhirnya saya datangi dan bertanya, katanya, ‘Saya ini sedih dan bangga. Selama ini anak saya itu disabilitas dan saya sudah bertahun-tahun mencari pengobatan dengan berbagai cara. Dan hari ini, dengan proses yang tidak sampai satu jam, perubahannya sangat signifikan.’ Itu lah yang menjadi kebanggaan saya dan motivasi saya,” jelas Pepen.

Langkah Pepen menghadirkan permainan tradisional tidak hanya di tahap pelestarian. Ia mengungkapkan bahwa dirinya bertekat untuk mengembangkan.

Ia juga melakukan pendekatan kepada anak-anak dengan menyampaikan pengetahuan mengenai permainan tradisional, terutama filosofinya. Tujuannya memang jelas, permainan yang ditawarkan berfungsi sebagai pintu masuk agar masyarakat bisa datang, bersosialisasi, diskusi, berkisah, sehingga mampu melihat wawasan dunia luar.

“Poin sasarannya bagaimana kita mengembangkan kebudayaan itu sendiri. Jadi bukan sekedar melestarikan,” tegasnya.

Di titik ini, Pepen paham betul bahwa kebudayaan, dalam hal ini permainan tradisional ambil banyak andil di kehidupan masyarakat: penggerak ekonomi, media bersosialisasi, hingga pengobatan alternatif.

Mengenal Kepang Jaranan Dor Khas Tengger dari Tiarso, Maestro Seni Asal Probolinggo

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.