kisah kalpataru dari lateri dominggus sinanu dan perjuangan menjaga mangrove teluk ambon - News | Good News From Indonesia 2025

Kisah Kalpataru dari Lateri: Dominggus Sinanu dan Perjuangan Menjaga Mangrove Teluk Ambon

Kisah Kalpataru dari Lateri: Dominggus Sinanu dan Perjuangan Menjaga Mangrove Teluk Ambon
images info

Kisah Kalpataru dari Lateri: Dominggus Sinanu dan Perjuangan Menjaga Mangrove Teluk Ambon


Di pesisir Teluk Ambon, pernah ada satu rumah berwarna hijau yang terpencil jauh dari pemukiman. Dari jalan raya, hanya ada satu jalan setapak untuk mencapai rumah tersebut. 

Di tempat itulah Dominggus Ledrick Sinanu membesarkan empat anaknya, setelah sang istri meninggal dunia. Rumah itu pula lah yang menjadi saksi lahirnya salah satu hutan mangrove di Teluk Ambon.

Menjadi aktivis atau pegiat lingkungan tidak harus berlatar belakang pendidikan di bidang lingkungan. Begitupun Pak Sinanu. Ia bukan tokoh yang lahir dari bangku akademik lingkungan. Ia hanyalah seorang nelayan yang belajar langsung dari laut.

baca juga

Sebagai seseorang yang bertahun-tahun hidup di laut, Pak Sinanu paham betul perubahan-perubahan kecil di tempat ia tinggal. Pada akhir 1970-an, ia mulai gelisah melihat perubahan di pesisir Lateri. Pantai tampak semakin gersang. Begitupun ikan yang ia peroleh tak sebanyak biasanya. Bahkan, tak jarang ia membawa jaring kosong saat air surut.

“Waktu itu tahun 1977. Beta buang jaring saat air pasang dapat ikan banyak, saat air surut dapat ikan sedikit. Jadi beta berpikir ikan butuh tempat basombar (berlindung), lalu beta mulai tanam,” kata Pak Sinanu.

baca juga

Menanam Mangrove demi Sombar Ikan

Bermula dari kegelisahan itu, Pak Sinanu mulai menanam bakau. Ia menanam secara rutin dan berkelanjutan dari tahun ke tahun. 

Bakau atau mangrove adalah tanaman yang tumbuh di wilayah pesisir. Akar bakau tumbuh rapat di dalam air. Fungsinya, sebagai tempat berlindung bagi ikan kecil, udang, dan biota laut lainnya. Bagi nelayan, area ini dikenal sebagai sombar, yaitu tempat ikan bersembunyi dan berkembang biak.

Seiring waktu, apa yang ditanam Pak Sinanu perlahan menunjukkan hasil. Kondisi pesisir Lateri mulai berubah. Pantai yang sebelumnya terbuka dan mudah terkikis gelombang, menjadi lebih terlindungi. Akar bakau menahan tanah dan lumpur, sehingga garis pantai lebih stabil. Selain itu, perairan di sekitarnya pun menjadi lebih tenang. Seiring waktu, ikan dan biota laut lainnya kembali muncul di kawasan tersebut.

baca juga

Masyarakat nelayan pun merasakan dampaknya secara langsung. Mangrove tidak hanya menahan abrasi, tetapi membangun ekosistem. Yang paling ketara, ikan, udang, siput, teripang, hingga rajungan kembali mudah ditemukan. 

Upaya Pak Sinanu akhirnya diakui negara. Pada 1981, Dominggus Ledrick Sinanu menerima penghargaan Kalpataru sebagai Perintis Lingkungan. Ia diterbangkan ke Jakarta dan menerima penghargaan langsung dari Presiden Soeharto. Ia juga penerima Satya Wirakarya Teladan di Maluku 1995.

“Beta tulis semua manfaat pohon bakau mulai dari akar hingga daunnya. Dari situ mungkin beta dinilai menang,” katanya.

baca juga

Pak Sinanu Tanam Ribuan Pohon

Pak Sinanu tidak pernah menghitung secara rinci berapa pohon yang ia tanam sepanjang hidupnya. Yang ia ingat, antara 1977 hingga 1985, jumlahnya mencapai 10.000 pohon.

“Beta seng hitung lai. Tapi mulai 1977 sampai 1985 jumlah yang beta tanam 10.000 pohon,” ujarnya.

Kini, hutan bakau itu luasnya diperkirakan lebih dari empat hektare. Ia tumbuh dari berbagai jenis. Pak Sinanu menyebutkan mange-mange, tongke, api-api, pisang tanduk laut, nipa, atong pantai, ketapang, kayu kuda, dan matahuri.

Setiap jenis punya fungsi ekologis berbeda. Ada yang kuat menahan abrasi. Ada yang menjadi sumber makanan biota laut. Keanekaragaman ini membuat ekosistem mangrove Lateri lebih tahan terhadap gangguan.

Selain menanam, Pak Sinanu juga membudidayakan bibit bakau. Bibit itu dijual kepada masyarakat, pelajar, mahasiswa, LSM, hingga pemerintah daerah. Banyak yang datang ke rumahnya untuk belajar, magang, atau menulis skripsi dan tesis.

baca juga

Manfaat Bakau, Tidak Hanya Penahan Abrasi

Bagi Pak Sinanu, bakau bukan hanya pohon penahan abrasi. Ia mengenal betul manfaatnya dari akar hingga daun.

Akar bakau, menurut pengalamannya, bisa dijadikan pelampung jaring ikan dan pentil lampu petromaks. Adapun bagian batangnya dulu dimanfaatkan sebagai bahan pewarna jaring.

“Tetapi setelah era wantex, batang bakau tidak digunakan lagi. Apalagi yang diambil itu kulitnya, dan batang bakau yang dikupas kulitnya akan mati kering,” katanya.

Buah bakau termasuk jenis umbian yang aman dikonsumsi. Bisa diolah menjadi makanan tambahan seperti getuk. Daunnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak kambing.

baca juga

“Daun yang gugur dan terendam dalam air akan membusuk dan menjadi mata rantai makanan ikan,” ujarnya.

Kisah Dominggus Ledrick Sinanu telah diabadikan dalam film dokumenter dan buku. Film “Pattimura Pelindung Pantai” produksi Indonesia Tangguh meraih Juara III dari 500 film lingkungan pada 2012. 

Dominggus Ledrick Sinanujuga menulis buku “Perempuan Bersulam Bumi” yang diterbitkan Kompas Gramedia.

“Buku itu tentang anak perempuan beta yang ikut merawat hutan bakau ini,” katanya.

baca juga

Perjuangan yang Diteruskan Keluarga

Setelah Pak Sinanu wafat, perjuangan menjaga mangrove diteruskan keluarganya. Salah satunya Diana. Diana bersama ayahnya menanam mangrove di sekitar Teluk Ambon sejak 1981.

Selain Diana, anak Pak Sinanu yang lain juga terlibat, misalnya Mince Selina Sinanu. Ia menjadi sosok yang paling lantang bersuara ketika mangrove di kawasan Halong, Teluk Ambon Baguala, ditebang dan ditimbun tanah.

Kasus ini mencuat pada awal Februari 2021, setelah foto-foto kondisi pesisir Halong beredar di media sosial. Mince mengetahui kabar itu saat berada di Malaysia. Ia menghubungi kakaknya, Dian Sinanu, untuk memastikan kondisi di lapangan.

Mince meluapkan kekecewaannya melalui Facebook pada 6 Februari 2021. Postingan itu dibagikan puluhan kali dan memicu dukungan warganet dengan tagar #tolakpengrusakanekosistem dan #savemangrove.

“Bukan hanya masyarakat di Halong saja, tapi di Latta, Lateri juga pasti kena imbasnya,” kata Mince.

“Kalau sudah bagitu, mereka mau mancari (melaut) di mana kalau air su merah. Ini bukan untuk saya pribadi, tapi kebaikan bersama masyarakat pesisir pantai,” imbuhnya.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.