Nama Irmandy Wicaksono memang belum akrab bagi masyarakat Indonesia. Sama halnya mahasiswa lain, dulunya ia hanya seseorang yang tertarik pada sains dan teknologi. Akan tetapi, dari ketertarikan itu lah yang justru membawanya menjajaki banyak pengalaman akademis, mulai dari belajar S1 di Universitas Southampton Inggris, melanjutkan studi di ETH Zurich, hingga meraih doktoral di MIT Cambridge Amerika.
Walaupun ketertarikannya pada sains sangat besar, minatnya tidak hanya pada akademik dan penelitian. Ia juga mendalami seni dan desain. Fokus pengembangannya ada pada kain dan benang. Irmandy mampu merancang pakaian dengan motif yang filosofis dan dilengkapi teknologi canggih.
Kini, Irmandy Wicaksono menjadi asisten profesor di National University of Singapore (NUS). Prestasi Irmandy Wicaksono kian lengkap ketika pada tahun 2025 ia terpilih sebagai salah satu dari 35 Innovators Under 35 Global versi MIT Technology Review. Irmandy berhasil memberikan inovasi terbaru di bidang tekstil yang dilengkapi teknologi tingkat tinggi.
Menarik, bukan? Berikut enam sisi menarik dari perjalanan dan karya Irmandy yang jarang diketahui publik:
1. Instalasi Seni di Burning Man, Amerika Serikat
Tahun 2023, Irmandy tampil di festival seni ikonik Burning Man. Burning Man adalah sebuah festival seni dan budaya berskala internasional yang digelar setiap tahun di gurun Black Rock, Nevada, Amerika Serikat. Festival ini berfokus pada komunitas, seni, ekspresi diri, dan kemandirian, sehingga dikenal sebagai ajang lahirnya karya-karya eksperimental dan penuh kebebasan artistik.
Di ajang ini, Irmandy memamerkan karya berjudul “Living Knitwork Pavilion”, sebuah paviliun raksasa yang terbuat dari tekstil rajutan dan kayu. Struktur instalasi berbentuk piramida dodekagonal, yakni piramida dengan dasar berjumlah 12 sisi. Ukurannya besar dengan tinggi 18 kaki (sekitar 5,5 m) dan lebar 26 kaki (sekitar 7,9 m).
Dalam instalasi itu, Irmandy menggabungkan hasil risetnya berupa smart textile dengan seni motif rajutan. Penggabungan dua material itu dinilai potensial menarik perhatian jika dikenalkan dalam sebuah pameran.
"Menurut saya terdapat peluang menarik untuk memperkenalkan material yaitu benang fungsional dan teknologi baru 3D-knitting ke dalam bidang tekstil dan arsitektur," kata Irmandy.
Ia pun tak sendirian menggarap instalasi seni itu. Ia berkolaborasi bersama para peneliti dari MIT Media Lab dan MIT School of Architecture and Planning, dan Irmandy memimpin tim tersebut.
2. Masuk Forbes 30 Under 30 Kategori Sains dan Kesehatan
Pencapaiannya bukan hanya di dunia seni. Tahun 2022 menjadi salah satu momen bersejarah dalam perjalanan karier Irmandy Wicaksono. Namanya tercatat dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia.
Penghargaan ini diberikan kepada anak muda berusia di bawah 30 tahun yang memiliki kontribusi besar di bidangnya. Pada saat penghargaan ini diberikan, Irmandy berusia sekitar 28 tahun. Irmandy masuk dalam kategori Healthcare & Science, bersanding dengan para inovator muda lain dari seluruh Asia.
Forbes menyoroti beberapa karya penting Irmandy yang lahir dari penelitiannya di MIT Media Lab, tempat ia menempuh studi doktoralnya di grup Responsive Environments.
Pertama, Wearable Electronic untuk biomedical application. Inovasi ini berupa pakaian pintar yang dirancang untuk memantau kondisi vital tubuh seperti detak jantung, temperatur, dan respirasi. Teknologi ini punya potensi besar di bidang kesehatan karena membuat pemantauan kondisi fisik pasien menjadi lebih praktis dan nyaman.
Kedua, Sensory spacesuit.Inovasi ini berupa rancangan sistem pakaian astronaut yang membantu menjaga kesehatan dan keselamatan dalam misi luar angkasa.
Ketiga, Tapis Magique (Magic Carpet), sebuah karpet rajutan yang peka terhadap tekanan. Artinya, setiap kali seseorang melangkah, menari, atau bergerak di atasnya, karpet bisa menangkap gerakan itu secara real time.
3. Jadi Asisten Profesor di NUS dan Punya Lab Sendiri
Perjalanan akademiknya membawanya ke Singapura. Saat ini, Irmandy menjabat sebagai Assistant Professor di National University of Singapore (NUS). Ia bahkan dipercaya membuka Soft Technologies Lab, laboratorium riset yang berfokus pada pengembangan tekstil pintar dan teknologi lunak.
Kepada detikEdu, Irmandy bercerita bahwa perjalanan ke titik ini penuh perjuangan. Dari kuliah di Inggris, melanjutkan ke ETH Zurich, hingga meraih doktoral di MIT Media Lab. Kini, ia punya kesempatan membangun riset sendiri dan membimbing generasi baru peneliti di Asia.
4. Penemuan Baju Astronot dengan Sensor Kesehatan
Salah satu riset paling futuristiknya adalah pengembangan baju astronot pintar. Baju ini dilengkapi sensor fleksibel yang ditanam langsung ke dalam kain.
Sensor tersebut dapat memantau tekanan darah, sirkulasi, hingga kondisi jantung astronot saat berada di luar angkasa. Mengapa penting? Dalam kondisi tanpa gravitasi, tubuh manusia mengalami penurunan fungsi otot dan sirkulasi darah. Teknologi tekstil ini bisa menjadi solusi pemantauan kesehatan secara real time.
Beda dengan peralatan medis konvensional, baju ini tetap nyaman dipakai karena berbasis kain, bukan perangkat keras yang kaku.
Karya Irmandy Lainnya
Selain karya di atas, Irmandy juga melahirkan karya lainnya. Beberapa karya lainnya adalah:
- Three-dimensional Digital Knitting of Intelligent Textile Sensor for Activity Recognition and Biomechanical Monitoring
- KnittedKeyboard II
- E-maki: XR-enabled Scroll for Interactive Museum Artifacts
- Doze: On-skin Scent Diffusion and Drug Delivery Patch
Penghargaan
Sejak 2008, Irmandy telah memborong banyak penghargaan. Beberapa prestasi yang ia raih di antaranya:
- MIT Technology Review Innovators Under 35 Global, Material Science, 2025.
- IEEE Pervasive Computing Best Paper Award, From Ubicomp to Universe, 2024.
- Architect’s Newspaper Best of Design Award, Living Knitwork Pavilion, Director’s Pick: Temporary Installation, 2024.
- Architizer A+ Award, Living Knitwork Pavilion, Special Mention: Architecture + Technology, 2024.
- SXSW Innovation Award, Living Knitwork Pavilion, Finalist: What the Future Category, 2024.
- Harold Horowitz (1951) Research Fund, 2023.
- Burning Man Arts, Black Rock City Honoraria: Living Knitwork Pavilion, 2023.
- Forbes 30 Under 30 Asia, Science and Healthcare, 2022.
- Harold and Arlene Schnitzer Prize in the Visual Arts, 2022.
- Innovation by Design Award, Peristaltic Suit, Honorable Mention: Students Category, Fast Company, 2023.
- Innovation by Design Award, 3DKnITS, Finalist: Students Category, Fast Company, 2022.
- Innovation by Design Award, 3DKnITS, Honorable Mention: Experimental Category, Fast Company, 2022.
- Dezeen Design Award, Tapis Magique, Longlist: Installation Category, 2022.
- Lumen Prize for Art and Technology, Tapis Magique, Shortlist: Global Majority Category, 2023.
- MIDI Innovation Award, Tapis Magique, Winner: Art Installation Category, 2022.
- MIDI Innovation Award, KnittedKeyboard, Finalist: Non-Commercial Product/Hardware Category, 2022.
- Music China User Choice Award, KnittedKeyboard, 2022.
- SXSW Innovation Award, Tapis Magique, Winner: Student Innovation Category, 2022.
- SXSW Innovation Award, Tapis Magique, Finalist: Music/Audio Innovation Category, 2022.
- SXSW Innovation Award, Shohay, Finalist: Wearable Category, 2022.
- Core77 Design Award, 3DKnITS, Student Runner-up: Interaction Category, 2022.
- Core77 Design Award, 3DKnITS, Student Runner-up: Sports/Recreation Category, 2022.
- Tech Briefs Design Contest: Create the Future, The Well-Dressed Spacecraft,Winner: Aerospace and Defense Category, 2022.
- World Changing Ideas Award, E-TeCS, Fast Company, 2021.
- Lexus Design Award, KnittedKeyboard, 2021.
- Innovation by Design Award, Magsense, Fast Company, 2020.
- Emerald Literati Award, Outstanding Paper, Towards Personalized Medicine 2019.
- Zeno Karl Schindler Foundation Grant, 2016.
- Zepler Scholarship in academic excellence by University of Southampton, 2013.
- Zepler Scholarship in academic excellence by University of Southampton, 2012.
- Zepler Scholarship in academic excellence by University of Southampton, 2011.
- Best Invention in Engineering: Low-cost and Reliable Salinity Detector. Indonesian National-Teen Science Camp, 2008.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News