Udara di berbagai kota di Indonesia pagi ini terasa berbeda. Matahari baru saja naik, tapi semangat para anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) sudah membara. Di puluhan titik dari Aceh hingga Papua, ratusan ribu peserta berkumpul di lapangan, halaman masjid, dan area publik yang telah ditentukan panitia. Dari anak-anak hingga lansia, semuanya tampak antusias mengenakan pakaian olahraga, topi, dan membawa botol minum masing-masing.
Sabtu ini (20/9), para anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) turun ke jalan untuk berolahraga bersama. Kegiatan ini bukan sekadar olahraga biasa, melainkan sebuah momentum untuk menyatukan langkah menyambut satu abad keberadaan muslim Ahmadiyah di Indonesia.
Jemat Ahmadiyah pertama kali hadir di Nusantara pada tahun 1925, ditandai dengan kedatangan muballigh pertama, Mln. Rahmat Ali H.A.O.T., yang kemudian menerima baiat pertama di Tapaktuan, Aceh.
Dari kota kecil di ujung Sumatra itulah, perjalanan panjang dakwah dan tabligh dimulai, menjangkau berbagai pelosok negeri. Kini, setelah seratus tahun, Ahmadiyah telah tersebar di seluruh penjuru negeri, dan momen bersejarah itu kembali dikenang melalui langkah kaki para anggotanya.
Kegiatan olahraga ini juga menjadi wujud sinergi da kolaborasi kegiatan dengan Humanity First Indonesia, lembaga kemanusiaan yang merupakan sayap organisasi Jemaat Ahmadiyah. Para peserta dipersiakan memilih aktivitas olahraga favorit mereka yaitu berjalan kaki, berlari, atau bersepeda.
Namun khusus untuk hari ini, fokus kegiatan adalah jalan kaki sejauh minimal 5 kilometer. Uniknya, rute-rute yang dipilih diupayakan menjadi "napak tilas" perjalanan tabligh, melewati titik-titik penting, seperti masjid-masjid bersejarah, lokasi awal tabligh, dan pusat-pusat kegiatan jemaat di berbagai kota.
Di beberapa daerah, peserta juga membawa poster berisi pesan perdamaian. Secara eksplisit poster ini memperkenalkan kepada khalayak bahwa Islam adalah agama yang menyebarkan perdamaian, selain mengajak masyarakat luas untuk hidup sehat dan bersatu.
Anak-anak tampak berlarian di barisan depan, sementara para lansia berjalan santai ditemani keluarga mereka. Semua generasi ikut ambil bagian, menjadikan momen ini tidak hanya sebagai olahraga, tetapi juga ajang mempererat silaturahmi lintas usia.
Di kota Bandung, saya berkesempatan berbincang dengan Bapak Entang Rasyid, salah satu peserta jalan santai. Beliau menekankan bahwa kebersamaan yang terjalin hari ini adalah sesuatu yang harus terus dipupuk dan dipelihara. Entang juga menekankan pentingnya kesabaran dalam menghadapi tantangan.
“Kadang terasa sulit, tetapi harus dimulai dengan menahan sabar. Allah telah berjanji bahwa Dia bersama orang-orang yang sabar,” tuturnya sambil tersenyum.
Kepada generasi muda, beliau juga berpesan untuk terus mendekatkan diri kepada Allah melalui pengkhidmatan di dalam Jemaat. “Janji Allah pasti benar. Jemaat ini akan memenangkan kembali Islam. Pertanyaannya, apakah kita akan tetap berada di dalam Bahtera Masih Mau’ud atau tidak?” kata beliau, mengingatkan bahwa momentum 100 tahun ini adalah saat yang tepat untuk memperbarui komitmen dan keyakinan.
Sebelumnya, Amir Nasional JAI, Bapak Zaki Firdaus Syahid, secara resmi mencanangkan rangkaian kegiatan ini. Selain jalan santai, sejumlah program pendukung juga digelar serentak di seluruh Indonesia. Masjid-masjid dihias dengan banner dan lampu untuk menciptakan kesadaran visual.
Jalan santai dimulai sekitar pukul 6 pagi dan rata-rata berlangsung sekitar 2 sampai 3 jam. Peserta lalu kembali ke masjid di kota masing-masing karena kegiatan dilanjutkan dengan wikari amal, yaitu kegiatan membersihkan lingkungan masjid. Semua ini menjadi simbol bahwa perayaan seabad juga harus bedampak bagi masyarakat sekitar.
Bukan hanya di hari Sabtu, rangkaian kegiatan berlanjut di hari Minggu. Sejak dini hari, anggota jemaat akan melaksanakan salat tahajud berjemaah sebagai bentuk syukur dan doa bersama. Setelah itu, akan diadakan tarbiyat serentak dengan tema khusus yang menyoroti semangat tasyakur 100 tahun Muslim Ahmadiyah di Indonesia.
“Ini bukan hanya perayaan atau seremonial, tetapi juga momen untuk merefleksikan kontribusi kita selama satu abad dan memperkuat komitmen untuk seratus tahun berikutnya,” ungkap salah seorang peserta kegiatan yang saya temui di sela persiapan acara.
Dengan menyamakan gerak dan langkah serentak di seluruh Indonesia, kegiatan ini diharapkan tidak hanya menjadi olahraga yang menyehatkan, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan semangat untuk terus berkhidmat di dalam Jemaat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News