Hari Kesetaraan Upah atau Equal Pay Day diperingati tiap 18 September. Meski demikian, uniknya, tiap negara berhak menentukan tanggalnya sendiri kapan Equal Pay Day dirayakan.
Equal Pay Day adalah sebuah momentum internasional yang diperingati untuk menyoroti kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan di dunia kerja. Peringatan ini menandai timpangnya pendapatan antara laki-laki dan perempuan. Permasalahan tersebut, tidak hanya dialami oleh negara-negara berkembang, tetapi juga berlaku di negara maju.
Perempuan harus bekerja lebih lama dalam setahun untuk mendapatkan jumlah penghasilan yang sama dengan yang diperoleh laki-laki pada tahun sebelumnya.
Perempuan adalah Subjek Perlawanan: Menilik Beragam Tuntutan yang Dibawa ke Jalan
Gambarannya begini, jika seorang laki-laki sudah menyelesaikan pekerjaannya pada 31 Desember, maka seorang perempuan harus bekerja beberapa bulan lebih lama di tahun berikutnya hanya untuk menyamai jumlah penghasilan tersebut.
Semakin besar kesenjangan upah di suatu negara, semakin jauh pula tanggal Equal Pay Day diperingati. Sebab, tingkat kesenjangan upah itulah yang menjadi dasar suatu negara menentukan kapan Equal Pay Day diperingati.
Konsep Equal Pay Day pertama kali dipopulerkan di Amerika Serikat oleh National Committee on Pay Equity (NCPE) pada 1996. Tujuannya adalah mengedukasi publik tentang adanya gender pay gap. Sejak itu, tanggalnya selalu berubah-ubah setiap tahun, mengikuti data upah terbaru.
Misalnya, pada 2019, Equal Pay Day di AS jatuh pada 10 April (mengacu data gaji 2018). Pada 2020, peringatan dilakukan pada 31 Maret. Sementara itu, pada 2024, Equal Pay Day di Eropa jatuh pada 15 November.
Perbedaan tanggal ini mencerminkan variasi kesenjangan upah di setiap wilayah.
Saat Urusan Rumah Jadi Bahasa Universal Perlawanan Para Perempuan
Kesenjangan Upah Global
Di Uni Eropa, data Komisi Eropa (2022) menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan kotor per jam pekerja laki-laki 12,7% lebih tinggi dibanding perempuan. Selisih ini setara dengan sekitar satu setengah bulan gaji per tahun.
Jika seorang pekerja laki-laki di Uni Eropa menerima €100 per jam, pekerja perempuan yang melakukan pekerjaan sama hanya mendapat sekitar €87,3 per jam.
Dalam skala bulanan, jika gaji laki-laki mencapai €3.000, perempuan dengan posisi setara hanya membawa pulang sekitar €2.610. Selisih €390 per bulan ini, jika dikalikan selama setahun, berarti perempuan kehilangan sekitar €4.680.
Jumlah tersebut kira-kira sama dengan satu setengah bulan gaji penuh. Inilah mengapa laporan Komisi Eropa menyebut kesenjangan upah 12,7% sama dengan selisih satu setengah bulan gaji setiap tahunnya.
Pekerja yang Terkena PHK Bisa Dapat 60% Gaji Selama 6 Bulan, Ini Dasar Hukumnya
Sementara itu, di Amerika Serikat, data dari Business Insider memperlihatkan ketimpangan upah yang berbeda antar kelompok ras.
- Perempuan kulit putih non-Hispanik hanya mendapat 79% dari gaji laki-laki kulit putih non-Hispanik.
- Perempuan Asia relatif lebih tinggi, yaitu 90% dari gaji laki-laki kulit putih.
- Perempuan kulit hitam jauh lebih rendah, hanya 62% dari gaji laki-laki kulit putih.
Jika dirata-rata, perempuan yang bekerja penuh waktu sepanjang tahun di AS hanya meraih 82% dari pendapatan laki-laki.
Jepang Suka dengan Pekerja Asal Indonesia, Karakter Baiknya Jadi Alasan Utama
Lantas, Bagaimana dengan Kesenjangan Upah Indonesia?
Kesenjangan upah juga nyata di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa gender wage gap pada 2022 mencapai 22,09%, naik dari 20,39% di tahun sebelumnya.
Secara nominal, rata-rata upah buruh laki-laki sebesar Rp3,33 juta, sementara buruh perempuan hanya Rp2,59 juta. Artinya, upah laki-laki lebih tinggi sekitar seperlima dibanding perempuan.
Data dari GoodStats juga mempertegas kesenjangan ini. Rata-rata upah per jam pekerja perempuan di Indonesia 17% lebih rendah dibanding laki-laki.
Perbedaan ini bukan hanya soal pendidikan atau jenis pekerjaan. Faktor-faktor lain, seperti bias gender, stereotip peran, dan diskriminasi tidak langsung, turut menjadi penyebab.
Hari Anak Nasional, Bagaimana Kasus Kekerasan, Perkawinan, dan Pekerja Anak di Indonesia?
Peran EPIC dalam Kesetaraan Upah
Upaya global untuk menutup kesenjangan ini juga dijalankan oleh EPIC (Equal Pay International Coalition). Organisasi ini dipimpin oleh ILO, UN Women, dan OECD.
EPIC bergerak di tingkat global hingga nasional, membantu negara-negara dalam memperkuat regulasi, mengembangkan kapasitas, dan mendorong sektor swasta agar menerapkan prinsip “upah setara untuk pekerjaan yang bernilai sama”.
Misalnya, mendorong agar undang-undang ketenagakerjaan benar-benar melindungi hak pekerja perempuan, atau memastikan ada aturan transparansi gaji sehingga perusahaan wajib membuka data kesenjangan upah mereka.
Indonesia Tempati Posisi ke-7 sebagai Pengguna LinkedIn Terbanyak, Gambarkan Susahnya Cari Kerja?
Selain itu, EPIC juga berfokus pada pengembangan kapasitas. Artinya, mereka melatih lembaga negara, serikat pekerja, hingga perusahaan untuk memahami isu kesenjangan upah, cara mengukur perbedaannya, dan langkah apa saja yang bisa diambil untuk mempersempit jurang tersebut.
Target jangka panjang EPIC sejalan dengan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satu langkah nyatanya adalah mendorong lebih banyak negara untuk meratifikasi Konvensi ILO No. 100 tentang Remunerasi Setara yang sudah ada sejak 1951. Konvensi ini menegaskan bahwa diskriminasi upah berbasis gender tidak boleh ada.
Mengenal Apa Itu Virtual Assistant, Profesi yang Berkembang Pesat di Era Digital
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News