dari sumba timur ke australia dramatis dan kelamnya film yohanna bakal mewarnai adelaide film festival 2025 - News | Good News From Indonesia 2025

Dari Sumba Timur ke Australia: Dramatis & Kelamnya Film Yohanna Bakal Mewarnai Adelaide Film Festival 2025

Dari Sumba Timur ke Australia: Dramatis & Kelamnya Film Yohanna Bakal Mewarnai Adelaide Film Festival 2025
images info

Sebuah prestasi gemilang kembali diukir oleh sinema Indonesia. Film Yohanna berhasil terpilih sebagai Official Selection di Adelaide Film Festival 2025. Prestasi membanggakan ini sekaligus melanjutkan sukses film ini sejak pertama kali dirilis pada tahun 2024 di International Film Festival Rotterdam.

Kabar gembira tersebut disampaikan langsung oleh sang sutradara, Razka Robby Ertanto, melalui unggahan di akun Instagram pribadinya. 

 “Kabar gembira dari Australia: YOHANNA, karya kami bersama @laurabas, kini terpilih sebagai Official Selection Adelaide Film Festival, yang akan berlangsung pada 15–26 Oktober 2025,” tulis Razka Robby Ertanto. “Sebuah perjalanan narasi dan sinema yang menyeberangi batas lokal, menuju panggung dunia.” tulisnya.

Sejak pertama kali diluncurkan, Yohanna sudah banyak dinanti-nantikan oleh para penggemar di Tanah Air. Hanya saja, film yang dibintangi oleh Laura Basuki dan Kirana Putri ini hanya tayang terbatas di beberapa festival, seperti JAFF dan Jakarta Film Week. Menanggapi antusiasme publik, Raza Robby Ertanto mengatakan ada kemungkinan Yohanna akan segera dirilis di bioskop Indonesia.

Mengintip Kesibukan SBY di Masa Pensiun: Melukis, Bikin Komunitas Seni, hingga Gelar Pameran

Makna Penting Film Yohanna

Yohanna merupakan film hasil kolaborasi dari tiga negara, yakni Indonesia, Inggris, dan Italia. Film ini bercerita tentang kehidupan seorang biarawati bernama Yohanna di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hidupnya kemudian berubah saat ia masuk ke dunia pekerja anak. 

Karakter Yohanna diperankan oleh aktris kenamaan Tanah Air, Laura Basuki. Selain itu, ada pula sederet nama bintang lain yang turut meramaikan film ini, mulai dari Kirana Putri Grasela, Videlis Siprianus Diki, hingga Iqua Tahlequa.

Film Yohanna amat kental dengan gambaran akan dunia hitam sekaligus kritik sosial terhadap sebuah realitas yang kadang tidak terlihat oleh masyarakat, namun nyata adanya: Praktik eksploitasi anak.

"Pekerja anak di Indonesia adalah topik yang sangat penting untuk kita angkat kesadarannya, baik di dalam maupun luar negeri. Banyak orang berjuang untuk tujuan baik, entah itu untuk negara atau komunitas, tetapi masalah pekerja anak dan penderitaan anak-anak di daerah termiskin di Indonesia sering kali diabaikan," kata Razka Robby Ertanto dalam wawancaranya dengan Variety.

Selain menyoroti isu pekerja anak yang begitu eksploitatif, ada lagi hal lain yang ingin disampaikan lewat film Yohanna, yakni bahwa keimanan sudah seharusnya tidak hanya terbatas pada interaksi dengan Tuhan, tetapi juga mencakup keyakinan terhadap sesama manusia dan membantu mereka yang harus berjuang dalam hidupnya. Maka dari itu, perlu diingat bahwa semua makhluk setara di mata Tuhan.

Rakza Robby Ertanto menyerukan agar pekerja anak dihentikan kendati itu sudah jadi bagian dari budaya di beberapa daerah. Menurutnya, pekerja anak tak ubahnya sebuah perbudakan.

"Kita harus berjuang agar anak-anak bisa tumbuh di dunia mereka sendiri, mendidik orang tua dan lingkungan sosial bahwa setiap anak harus tumbuh dan berkembang secara alami tanpa trauma," pungkasnya.

Ada 6 Film Indonesia di Busan International Film Festival 2025, Salah Satunya Badarawuhi

Sederet Prestasi Film Yohanna

Yohanna adalah film yang sarat prestasi. Sebelum terpilih sebagai Official Selection di Adelaide Film Festival 2025, film ini sudah lebih dulu punya sederet pencapaian bergengsi di dalam negeri.

Ajang Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) ke-19 tahun lalu menjadi panggung bagi film Yohanna. Film ini berhasil memborong lima penghargaan sekaligus di kategori Indonesian Screen Awards, mencuri perhatian banyak pihak. Penghargaan itu meliputi: Film Terbaik, Sutradara Terbaik (untuk Raza Robby Ertanto), Cerita Terbaik, Penampilan Terbaik (untuk Laura Basuki, Kirana Putri Grasela, dan Iqua Tahlequa), serta Sinematografi Terbaik yang digarap oleh Odyssey Flore.

Keberhasilan film ini bukan tanpa alasan. Tim juri mengaku terkesan dengan kejujuran Yohanna dalam menggambarkan kehidupan komunitas marginal di pedesaan Indonesia. Raza Robby Ertanto sebagai sutradara dinilai sangat piawai dalam mengarahkan cerita kemanusiaan yang sensitif, dengan eksekusi yang meyakinkan. Para pemain juga tampil secara alami dan otentik sehingga membuat cerita terasa hidup dan menyentuh.

Tak berhenti di JAFF, film Yohanna juga mengukir prestasi lain. Film ini masuk dalam Asian Movie Pulse Top 10 Best ASEAN Films 2024. Selain itu, Yohanna meraih Direction Award di Jakarta Film Week 2024 dan dua penghargaan dari Film Pilihan Tempo 2024: Film Pilihan Tempo dan Best Actress. Hingga tahun 2025, prestasi terus berlanjut dengan penghargaan Best Actress di Asian Film Festival. 

5 Rekomendasi Film Dokumenter, dari Kisah Inspiratif hingga Misteri Kriminal

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aulli Atmam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aulli Atmam.

AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.