dari jakarta ke pyongyang melihat kedekatan diplomatik indonesia korea utara yang hangat - News | Good News From Indonesia 2025

Dari Jakarta ke Pyongyang: Melihat Kedekatan Diplomatik Indonesia-Korea Utara yang Hangat

Dari Jakarta ke Pyongyang: Melihat Kedekatan Diplomatik Indonesia-Korea Utara yang Hangat
images info

Tahukah Kawan GNFI jika Indonesia dan Korea Utara bersahabat baik? Meskipun Korea Utara merupakan salah satu negara yang mengisolasi diri dari dunia, ternyata Indonesia justru menjalin hubungan erat dengan tetangga Korea Selatan ini.

Adalah Soekarno, Presiden pertama RI yang merupakan teman akrab Kim Il-sung, Presiden Korea Utara yang pertama. Ia adalah sosok yang membuka jalinan persahabatan antara Indonesia dengan negara tersebut.

Sejarah Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea Utara

Soekarno dan Kim Il-sung yang membuka persahabatan antara Indonesia-Korea Utara

Tulisan Amanda Lathifah Laksmana Putri dalam jurnal FACTUM, kedekatan dua negara ditandai dengan konsolidasi kekuasaan Soekarno dan kebijakan luar negerinya yang aktif dan dinamis. Saat itu, Soekarno cenderung mendekat ke negara-negara sosialis, salah satunya Korea Utara.

Hubungan bilateral ini didasarkan pada prinsip anti-imperialisme dan solidaritas dunia ketiga. Bahkan, Indonesia merupakan salah satu negara pertama yang menjadi prioritas Korea Utara untuk berhubungan diplomatik.

Kedua negara resmi menjalin relasi pada 1964. Uniknya, hubungan bilateral Indonesia-Korea Utara terbentuk lebih awal dibandingkan Korea Selatan yang baru terjalin pada 1973.

Namun, hubungan Korea Utara dan Indonesia ternyata sudah lebih dulu terbentuk pada Mei 1957 lewat perjanjian dagang. Kemudian, pada Juni 1961, dua negara membuka hubungan bilateral dengan pembukaan kantor kekonsuleran, tetapi baru betul-betul terealisasi pada 30 Desember 1961.

Hubungan itu naik menjadi setingkat Konsulat Jenderal pada Februari 1964. Hubungan itu terus meningkat hingga dibukanya KBRI Indonesia di Pyongyang pada 16 April 1964.

Persahabatan Soekarno dan Kim Il-sung

Kim Il-sung saat menerima gelar H.C. dari Universitas Indonesia | Arsip UI

Konon, Kim Il-sung disebut menginspirasi Sang Proklamator untuk menciptakan prinsip Ekonomi Berdikari di Indonesia lewat ideologi Juche. Gagasan ini bermakna tentang kepercayaan dan kemandirian negara pada dirinya sendiri.

Tak hanya itu, Soekarno yang berapi-api juga mempopulerkan konsep New Emerging Forces (Nefos) dan Old Established Forces (Oldefos). Konsep ini bisa dilihat implementasinya pada helatan Games of the New Emerging Forces (GANEFO). Turnamen ini mempererat hubungan Soekarno dengan Kim Il-sung.

Kawan GNFI, keduanya makin mesra saat mereka saling bertukar kunjungan. Soekarno bertandang ke Korea Utara pada November 1964.

Tulisan Rachmawati Soekarnoputri dalam bukunya, President Sukarno & President Kim Il-sung yang dirangkum dalam jurnal FACTUM, Soekarno mendapat gelar doktor honoris causa (H.C.) di bidang politik dari Pyongyang University.

Uniknya, selama di Korea Utara, Soekarno merasa panggilan “Presiden Soekarno” terlalu formal. Ia akhirnya meminta untuk dipanggil “Bung Karno” saja. Kim Il-sung pun mengatakan jika ia boleh dipanggil “Bung Kim Il-sung” juga.

Belum selesai di sana, rakyat Korea Utara juga mempersembahkan lagu Song of Bung Karno. Hal ini membuktikan betapa dekatnya hubungan kedua negara di era tersebut.

Kawan, ada desas-desus jika Kim Il-sung adalah lulusan Universitas Indonesia (UI). Benarkah demikian?

Melansir dari Arsip UI, Kim Il-sung memang memiliki ‘hubungan’ dengan Universitas Indonesia. Namun, bukan berarti ia adalah mahasiswa atau alumni kampus top tanah air itu.

Saat bertandang ke Indonesia di tahun 1965, Kim Il-sung memang berniat datang ke UI. Tujuan founding father Korea Utara ke UI itu dalam rangka untuk menerima gelar doktor honoris causa (H.C.). Penganugerahan ini diberikan sebagai bentuk penghormatan pada Kim Il-Sung.

Bapak dari Kim Jong-un tersebut menerima gelar H.C. dalam bidang teknik. Uniknya, ia hampir diberikan gelar di bidang ilmu sosial oleh Rektor UI saat itu, Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro. Akan tetapi, Soekarno menolak.

Soekarno menganggap teknik lebih cocok pada Kim Il-sung, karena saat Korea Utara dipimpin olehnya, industri pembuatan mesin di sana berkembang sangat pesat.

Sayangnya, upacara yang awalnya direncanakan di UI tersebut gagal terlaksana. Beberapa jam sebelum dimulai, lokasi dipindahkan ke Istana Negara karena alasan keamanan. Meskipun demikian, Kim Il-sung tetap dianugerahi gelar H.C. sesuai dengan jadwal.

Kunjungan balasan Kim Il-sung di Indonesia ini dikatakan menjadi pertama kalinya dalam sejarah Korea Utara, karena ia melakukan perjalanan jauh ke negara yang bukan sepenuhnya berpaham komunis.

Kawan GNFI, Soekarno juga sempat memberikan hadiah pada Kim Il-sung berupa bunga anggrek. Anggrek itu bahkan diberi nama Kimilsungia. Sampai saat ini, Kimilsungia menjadi simbol persahabatan antara Korea Utara dan Indonesia.

KBRI Pyongyang yang Dibuka Kembali

Kawan GNFI, Indonesia memiliki kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pyongyang. Namun, kantor itu sempat ditutup di tahun 2021 saat pandemi COVID-19 melanda.

Setelah hampir empat tahun tidak beroperasi, KBRI Pyongyang sudah resmi dibuka kembali pada Juli 2025. Pembukaan kembali kantor kedutaan di ibu kota Korea Utara itu menandakan penguatan kerja sama antara kedua negara yang telah berlangsung sejak lama.

Meskipun dua Bapak Pendiri Bangsa itu sudah tiada, kedekatan Indonesia-Korea Utara masih terus berlanjut hingga saat ini. Indonesia juga menjadi satu dari segelintir negara yang masih mempertahankan hubungannya dengan negara komunis itu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firda Aulia Rachmasari lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firda Aulia Rachmasari.

FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.