bendrat mbah warti - News | Good News From Indonesia 2025

BENDRAT, Cerita Unik KKNT Inovasi IPB tentang Camilan Legendaris Gunungkidul sejak Tahun 1985

BENDRAT, Cerita Unik KKNT Inovasi IPB tentang Camilan Legendaris Gunungkidul sejak Tahun 1985
images info

Di sebuah sudut desa yang tenang dan dikelilingi perbukitan kapur, aroma harum dari salah satu camilan tradisional khas Gunungkidul mulai menyebar ke penjuru kampung. Aroma makanan ini berasal dari dapur sederhana milik Mbah Warti, tempat lahirnya bendrat, camilan legendaris yang tidak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga menjadi bagian dari kenangan keluarga.

Sejak pertama kali dikenalkan pada tahun 1985, bendrat terus bertahan dan dikonsumsi oleh lintas generasi selama 40 tahun berdiri.

Nama makanan ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, di balik nama unik itu tersimpan kisah inovasi dan ketekunan dari pemilik warung bendrat. Awalnya, Mbah Warti mengikuti sebuah pelatihan memasak rolade berbahan dasar tahu putih.

Namun, dari keterbatasan bahan dan sulitnya mendapatkan tahu di wilayahnya saat itu, mendorong keinginan beliau untuk mencari alternatif lokal. Oleh karena itu dipilihlah daun singkong karet, bahan yang melimpah di kawasan tempat tinggal Mbah Warti. Hasil kreasinya yang berwarna gelap kehitaman mirip kawat bendrat, menginspirasi pemberian nama yang kini dikenal yaitu "Bendrat".

Rahasia kelezatan bendrat terletak pada bumbu sederhana yang kaya rasa dan lahir dari tangan Mbah Warti, pencetus nama bendrat. Racikan berbagai jenis rempah memberikan rasa gurih yang menjadi ciri khasnya.

Hibur Anak-Anak, Mahasiswa KKN IPB Ajak Membangun Kreatifitas Lewat Aquascape Corner

Bumbu yang digunakan terdiri dari bahan-bahan sederhana seperti bawang putih, bawang merah, ketumbar, dan daun bawang. Daun singkong karet yang digunakan berasal dari ladang milik sendiri dan tersedia sepanjang musim.

Agar rasa daun singkong tidak pahit, daun singkong diolah dengan cara dicuci, direbus, dan direndam semalaman hingga rasa pahitnya hilang. Selain itu, terdapat pula olahan singkong lainnya yang diproduksi seperti tape sebagai menu tambahan.

Cita rasa bendrat dilengkapi dengan saus pelengkap yang dibuat sendiri oleh Mbah Warti dan mbah Dalang, pasangan yang telah mengabdikan hidup mereka pada warung ini. Dibantu oleh sang cucu yang kini mulai belajar dari kedua mbahnya, makanan tradisional ini dijalankan secara turun temurun.

Setiap langkahnya bukan hanya soal memasak, tetapi juga terkait dengan pelestarian pengetahuan keluarga.

Pandemi COVID-19 yang sempat mengguncang berbagai lini usaha tidak menyurutkan aktivitas mereka. Warung Bendrat Mbah Warti tetap buka setiap sore hari, menjadi tempat berkumpul warga setempat yang menginginkan makanan rumahan

Beberapa pengunjung dari luar kota seperti Yogyakarta hingga Jakarta juga datang untuk mencicipinya langsung, atau membawanya sebagai oleh-oleh khas Gunungkidul. Tiga potong Bendrat dijual seharga Rp1.000.

Tersedia pula paket nasi dan mie seharga Rp3.000. Untuk dibawa pulang, bendrat bisa dipesan setengah matang yang dapat dipanaskan sendiri di rumah agar tetap renyah saat disajikan.

Bendrat tidak hanya dikenal sebagai makanan, tetapi juga dipandang sebagai bagian dari praktik inovasi lokal, ketahanan dalam keterbatasan, serta pelestarian kuliner yang dilakukan secara mandiri.

Di balik kesederhanaannya, bendrat menjadi bagian dari keseharian warga dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menjadi bukti bahwa tradisi dapat terus hidup melalui makanan sederhana.

Apresiasi Literasi! KKN Tematik IPB Laksanakan Kegiatan Apresiasi Literasi Mengulas Buku di TPQ MNU Darurrahman

Jika sedang berada di Kelurahan Jerukwudel, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, Warung Bendrat Mbah Warti menjadi salah satu titik kuliner yang dapat Kawan GNFI temukan.

Camilan ini kini juga mulai dikenalkan melalui media sosial, salah satunya oleh mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University 2025. Upaya ini dilakukan untuk memperluas jangkauan informasi tentang makanan khas Gunungkidul agar bisa memperkenalkan warisan kuliner kepada masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KG
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.