benarkah musik metal membuat bahagia sains menjawab ya - News | Good News From Indonesia 2025

Benarkah Musik Metal Membuat Bahagia? Sains Menjawab: Ya!

Benarkah Musik Metal Membuat Bahagia? Sains Menjawab: Ya!
images info

Masyarakat luas selama ini sering kali memiliki pandangan negatif terhadap musik metal. Dengan irama yang keras, vokal menggelegar, serta lirik yang kadang bertema kemarahan atau kekerasan, genre ini kerap kali dicap sebagai identik dengan agresi ataupun kekerasan.

Tidak sedikit pula yang menilai para penggemarnya sebagai pribadi garang atau bahkan destruktif. Akan tetapi, sains justru mengungkapkan sesuatu yang sangat berbeda.

Sebuah rangkaian penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik metal, termasuk death metal dan subgenre lainnya, justru mampu membawa efek kebahagiaan, ketenangan, bahkan meningkatkan kesejahteraan secara psikologis.

Putar Musik di Tempat Umum Harus Bayar Royalti? Ini Aturannya

Musik Ekstrem dan Pengaruhnya pada Emosi Positif

Sebuah penelitian menarik dari University of Queensland, Australia, mengguncang stereotip lama tentang musik ekstrem.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Human Neuroscience ini mengungkapkan bahwa mendengarkan musik ekstrem, seperti metal, emo, punk, hardcore, dan screamo dapat membantu pendengarnya mengelola kemarahan dan menumbuhkan emosi positif.

Dikutip dari National Geographic Indonesia, studi ini melibatkan 39 partisipan berusia 18 hingga 34 tahun yang merupakan pendengar aktif musik ekstrem. Mereka diminta untuk mengalami “induksi kemarahan” di laboratorium.

Lebih dari Sekadar Musik, Inilah Manfaat Marching Band bagi Pendidikan Karakter

Seluruh partisipan berbicara selama 16 menit tentang topik-topik pribadi yang membuat mereka kesal, pembahasannya dimulai dari hubungan yang rumit, masalah keuangan, hingga tekanan kerja. Setelah itu, mereka diberi dua macam perlakuan, yaitu mendengarkan musik pilihan dari genre ekstrem selama 10 menit dan 10 menit duduk dalam keheningan.

Hasilnya mengejutkan, mendengarkan musik ekstrem sama efektifnya dengan berdiam diri dalam keheningan. Keduanya sama-sama menciptakan rasa tenang. Bahkan, beberapa partisipan melaporkan bahwa mereka merasa lebih baik setelah mendengarkan musik daripada saat mereka duduk dalam keheningan. Musik ekstrem di sini bertindak sebagai bentuk katarsis, semacam pelepasan emosi negatif yang membawa pada kedamaian batin.

Perjalanan Band Peterpan: Lika-liku Sang Legenda Musik Indonesia yang Kini Akan Comeback

 “Ketika sedang marah, penggemar musik ekstrem cenderung memilih lagu yang mencerminkan kemarahan mereka, bukan untuk memperburuknya, tetapi justru untuk menyalurkannya,” ungkap Leah Sharman peneliti utama dalam studi tersebut.

Lagu-lagu yang dipilih ternyata tidak selalu mengandung tema agresi, tapi juga mencakup isolasi dan kesedihan. Ini menunjukkan bahwa para penggemar secara naluriah mencari validasi emosional melalui musik dan dari sanalah kebahagiaan itu dapat muncul.

Waktu Indonesia Bernadya, Fenomena yang Melanda Belantika Musik Indonesia

Death Metal: dari Brutal Menjadi Damai

Lebih lanjut, mengutip Loudersound.com, studi lain juga dilakukan oleh peneliti dari Universitas MacQuarie menunjukkan hasil yang kurang lebih senada. Berfokus pada death metal, salah satu subgenre musik ekstrem yang sering kali dianggap paling brutal, para peneliti menemukan fakta yang sangat berbeda dari persepsi umum.

Dengan menggunakan lagu Eaten dari band death metal Swedia, Bloodbath, sebanyak 80 peserta diuji reaksi emosionalnya. Separuh dari mereka adalah penggemar death metal, sementara sisanya bukan.

Para pendengar yang bukan penggemar death metal merespons lagu tersebut dengan ketegangan, kemarahan, dan ketakutan. Sebaliknya, para penggemar justru merasakan kedamaian, kekuatan, sukacita, bahkan keajaiban.

Mengenal Band Sukatani yang Viral karena Lagu "Bayar Bayar Bayar"

Profesor Bill Thompson, yang memimpin studi ini, menyatakan bahwa penggemar death metal adalah orang-orang yang secara psikologis sehat dan penuh empati. Mereka tidak menikmati musik tersebut karena vibes kekerasannya, melainkan karena efek emosional mendalam yang mereka rasakan setelah mendengarkannya.

“Penggemar musik death metal fanatik mendapatkan kekuatan, kegembiraan dan kedamaian saat mendengarkan musik ini,” ujar Thompson.

Ia juga menekankan bahwa, seperti orang yang suka musik sedih, penggemar metal pun menikmati kontras emosional dalam musik mereka bukan untuk menimbulkan kekacauan, tetapi untuk meresapi dan memahami diri sendiri.

Lagu Padang Bulan Karya Sunan Giri dan Nasihat Kehidupan, Tidak Sekadar Lagu Dolanan Saja

Penelitian ini juga membantah persepsi bahwa lirik kekerasan dalam musik metal dapat menginspirasi kekerasan dalam dunia nyata.

“Yang tidak menggemari death metal bisa dimengerti jika merasa terganggu oleh lirik bertema kekerasan, tapi bagi penggemarnya, musik ini adalah pelampiasan dan representasi batin,” tambah Thompson dalam kolomnya di The Conversation.

Mengenal Orkes Keroncong Cafrinho Tugu, Kelompok Musik Keroncong yang Masih Bertahan Sejak Tahun 1925

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.