mama sariat tole pelestari seni tenun ikat alor yang mendunia - News | Good News From Indonesia 2025

Mama Sariat Tole: Pelestari Seni Tenun Ikat Alor yang Mendunia

Mama Sariat Tole: Pelestari Seni Tenun Ikat Alor yang Mendunia
images info

Mama Sariat Tole, seorang wanita berbakat dari kampung kecil Hula di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk melestarikan dan memajukan seni tenun ikat khas daerahnya.

Dengan dedikasi dan ketekunan yang luar biasa, ia tidak hanya menjaga warisan budaya leluhur, tetapi juga membawa nama tenun ikat Alor ke kancah internasional. 

Sejak usia lima tahun, Mama Sariat belajar menenun dari ibunya, Mama Peni. Kini, ia telah menjadi sosok inspiratif yang terus berinovasi dalam seni tenun.

Cerita Widianti Widjaya Teruskan Batik Oey Soe Tjoen, dari Terpaksa hingga Penuh Cinta

Salah satu inovasinya adalah penggunaan benang kapas berkualitas tinggi yang ditanam dan dipintalnya sendiri. Benang ini dipadukan dengan pewarna alami yang diolah dari bahan-bahan alam seperti tinta cumi, rumput laut, getah jambu mete, daun kelor, kunyit, dan akar mengkudu.

Proses pewarnaan ini memakan waktu berminggu-minggu, tetapi hasilnya adalah kain tenun ikat yang tahan lama dan berkualitas tinggi. 

Mama Sariat memilih menggunakan pewarna alami karena ingin mengurangi biaya produksi.

“Saya menggunakan pewarna alami karena tidak perlu modal besar. Saya menemukan bahwa bahan-bahan pewarna alami banyak tersedia di kebun,” ujarnya dalam wawancara dengan Altermedia Indonesia.

Fatonah, Maestro dari Sukapura yang Belajar Batik Secara Diam-Diam

Rekor MURI Pembuat Warna Alami Kain Tenun Terbanyak

Pada tahun 2013, Mama Sariat tercatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pembuat warna alami terbanyak untuk kain tenun, dengan lebih dari 200 jenis pewarna alami yang diciptakannya.

“Benang kapas yang saya tanam sendiri menghasilkan benang pintalan yang kuat dan tebal, jauh lebih disukai oleh konsumen luar negeri, terutama di Jepang, yang mencari kain dengan warna alami dan daya tahan yang baik,” ujarnya, sebagaimana dilansir Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). 

Prestasi Mama Sariat tidak hanya diakui di Indonesia, tetapi juga mendunia. Ia telah diundang untuk memamerkan karyanya di 13 negara, termasuk Jepang dan Belanda.

Maestro Sulawesi Tengah, Ina Tobani yang Langgengkan Pakaian Adat dari Kulit Kayu Pohon Beringin

Mama Sariat juga sosok yang suka mencoba hal-hal baru dan senang menciptakan motif-motif yang belum pernah ada sebelumnya, seperti motif naga, ikan, dan teripang dalam tenun khas buatannya. 

Kecintaanya pada kain tenun membuatnya selalu bersemangat berbagi ilmu. Sebagai ketua Kelompok Tenun Gunung Mako, Mama Sariat aktif membagikan pengetahuannya kepada penenun lain, termasuk generasi muda. Ia bercita-cita meningkatkan kesadaran masyarakat Alor akan pentingnya melestarikan seni tenun. 

Mama Sariat juga banyak melatih dan mengajarkan teknik menenun serta mewarnai dengan pewarna alami kepada orang-orang sekitar, termasuk anak-anak sekolah. 

Kasrin Endro Prayono, Maestro Pemahat Batu dari Magelang

Mama Sariat Sebagai Mentor untuk Ratusan Penenun

LPEI, bersama stakeholder terkait, memberdayakan Mama Sariat sebagai mentor untuk mendampingi 495 penenun di 22 desa di NTT. Program ini bertujuan meningkatkan kualitas produk tenun dan memperluas akses pasar ekspor.

“Mama Sariat adalah contoh nyata dari seorang pelestari budaya yang berdedikasi, dan seorang seniman yang membawa kehidupan ke dalam karya seni tangan yang luar biasa,” kata Anggi Kurniawan, Eksekutif Divisi Jasa Konsultasi LPEI, sebagaimana dilansir LPEI. 

Kolaborasi antara LPEI, Kemenkeu, PT SMI, dan Pemda NTT ini menciptakan sinergi antara pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi daerah.

Mak Normah, Maestro Kepulauan Riau yang Gigih Mewariskan Kesenian Mak Yong

“Kolaborasi ini membantu para penenun NTT memperluas akses pasar ekspor produk tenun dan mempromosikan budaya Indonesia ke mancanegara,” tambah Anggi. 

Mama Sariat Tole adalah bukti nyata bahwa dedikasi dan cinta terhadap budaya dapat menghasilkan dampak yang luar biasa. Ia tidak hanya melestarikan seni tenun ikat Alor, tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar dan membawa nama Indonesia ke panggung dunia.

Mama Sariat adalah inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga dan mengembangkan warisan budaya bangsa.

Sawitri Khan, Ketika Dirundung karena Kulit Hitam Kini Justru Jadi Model Internasional

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.