Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Sakila Kerti merupakan lembaga pendidikan nonformal yang digelar di dalam terminal Kota Tegal. Sekolah ini memang sengaja dibangun di dalam terminal. Targetnya jelas, para pedagang asongan, sopir, kernek, pengamen, pengemis, penumpang dan warga terminal lainnya.
Sekolah Sakila Kerti telah lebih dari sepuluh tahun mengajar para “penghuni” terminal. Sekolah ini telah meluluskan lebih dari puluhan orang dari kejar paket A, B, dan C. Sekolah Sakila Kerti ada bekat dua sosok hebat, Yusqon dan Wali Kota Tegal, Ikmal Jaya.
Mengintip Cara Menumbuhkan Jiwa Kompetisi yang Sehat pada Siswa di Sekolah Cikal
Awal Mula Sakila Kerti Dibangun
Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Sakila Kerti telah mengabdikan diri untuk masyarakat kelas bawah sejak 2011. Saat itu, Dr. Yusqon, M.Pd. selaku Pendiri dan Pengelola TBM Sakila Kerti mendapat kepercayaan dari Wali Kota Tegal, Ikmal Jaya untuk mengelola ruangan kecil berukuran 4 x 6 meter yang berada di dalam terminal Kota Tegal.
Yusqon kemudian berinisiatif untuk mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sakila Kerti. Hal ini sesuai dengan kondisi Yusqon yang saat itu memang tengah mempersiapkan ujian terbuka (life Skill) untuk program pendidikan doktor (S3) Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Rencana Yusqon itu mendapat dukungan penuh dari Pemkot Tegal. Alasannya, ide Yusqon selaras dengan program yang dicanangkan oleh Pemkot, yakni "Tegal Cerdas".
Tips Membuat Bahan Bacaan bagi Para Pengajar untuk Anak Usia Taman Kanak-kanak
Tantangan Saat Mendirikan dan Jenjang Pendidikan Sakila Kerti
Merintis dari nol memang bukan hal yang mudah bagi Yusqon. Apalagi, terminal saat itu masih dikonotasikan sebagai tempatnya para preman. Tak jarang, ia mendapatkan kekerasan verbal hingga dipalak oleh penghuni setempat.
"Stiker dan spanduk tentang TBM Sakila Kerti yang saya pasang di sudut-sudut terminal berkali-kali dirobek. Saya juga dimaki, dipalak dan bahkan ban motor saya sering dikempesin hingga pentilnya dibuang," ungkap Yusqon, dikutip dari Kompas.com.
Namun sekarang, berkat kegigihan dan kesabarannya, taman baca Sakila Kerti telah menjadi Pusat Kegiatan Belajar Mengajar dengan nomor SK Izin Operasional 421.8/091. Sekolah Sakila Kerti mulai berstatus sebagai PKBM sejak 20 September 2017.
Angkat Nasib Suku Duano, Siswi SMPK 4 Penabur Jadi Finalis Writing Contest Pulitzer Center
Masyarakat lebih mengenal Sakila Kerti sebagai "Sekolah Terminal". Kini, Sakila Kerti sebagai Sekolah Terminal Tegal telah bertransformasi dan mengajarkan pada banyak hal, di antaranya sebagai taman bacaan, kegiatan pemberdayaan, sekolah kejar paket A, B dan C, pusat pelatihan kewirausahaan, hingga menjadi pusat pendidikan Al Quran yang digelar tiap Jumat.
Bahkan, sejak Juli 2019, Sekolah Terminal Sakila Kerti telah resmi membuka sekolah tingkat PAUD.
Meski berstatus sebagai sekolah, kegiatan pembelajaran di Sakila Kerti digelar dengan tetap memperhatikan waktu para pedagang.
“Saya melihat para pengasong jangan diganggu pengasongnya itu loh. Saya ambil pas istirahat. Jadi pendekatan kemanusiaan dan tidak menzolimi. Pagi mengasong, kalo waktu mengaji ya mengaji, kalau jam istirahat ke taman baca buka-buka buku baca mandiri,” jelas Yusqon.
Benarkah Minat Baca Orang Indonesia Rendah? Ini Kata Agus Mulyadi
Fasilitas dan Jam Belajar Sekolah Kerti
Yusqon menamai berbagai programnya sebagai "Ladis Song Malam". Nama tersebut memiliki kepanjangan Layanan dengan Inovasi Simultan untuk Pengasong Masyarakat Lansia Terminal. Program tersebut tentunya menargetkan masyarakat miskin dan masyarakat yang termarjinalkan, utamannya di sekitar terminal Kota Tegal dan pesisir Pantai Alam Indah (PAI) Tegal.
“Tujuannya ada tiga, meningkatkan minat baca, memberdayakan warga sekitar, dan mengembangkan ilmu-ilmu yang kita dapat di luar,” tutur, Dr. Yusqon, M.Pd., sebagaimana dikutip dari wawancara langsung oleh GNFI.
Selain belajar membaca, para penghuni terminal juga belajar bersama mengenai pendidikan karakter dan nilai-nilai kebaikan.
Pentingnya Pemahaman Moderasi Beragama dalam Zaman Modern
"Sehingga seperti arti nama Sakila Kerti yakni kecerdasan hati, mereka diharapkan tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga bisa memiliki kecerdasan hati," ujar Yusqon.
Sejak berhasil menarik banyak orang, Sakila Kerti kini telah memiliki 6 ruang kelas dan 1 perpustakaan yang menjadi bangunan inti. Tercatat, ada lebih dari 20 ribu buku yang menjadi koleksi PKBM Sakila Kerti.
Sakila Kerti juga memberikan fasilitas tambahan dengan menyediakan berbagai buku bacaan di "Gerobak Literasi" yang dapat dinikmati oleh para pengunjung terminal dan para pembaca. Tidak hanya menyediakan buku, di Gerobak Literasi juga tersedia aneka makanan dan minuman. Langkah ini merupakan bagian dari pemberdayaan para pedagang di sekitar terminal.
Lewat Konten Edukatif dan Menghibur, Content Creator Bergerak Mencerdaskan Masyarakat
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News