angkat nasib suku duano siswi smpk 4 penabur jadi finalis writing contest pulitzer center - News | Good News From Indonesia 2024

Angkat Nasib Suku Duano, Siswi SMPK 4 Penabur Jadi Finalis Writing Contest Pulitzer Center

Angkat Nasib Suku Duano, Siswi SMPK 4 Penabur Jadi Finalis Writing Contest Pulitzer Center
images info

Valerie Antoniette Hardin, seorang siswi SMPK 4 BPK (Badan Pendidikan Kristen) Penabur Jakarta berhasil lolos sebagai finalis dalam kompetisi Kontes Menulis Pulitzer: “Local Letters for Global Change.” Valerie berhasil menjadi finalis setelah menulis mengenai Hak-Hak Masyarakat Adat dan Konservasi Hutan Mangrove, terkhusus bagi Suku Duano.

Pulitzer Center merupakan media berbasis di Amerika Serikat yang mendukung dan mensponsori para jurnalis dalam memproduksi pemberitaan independen mengenai isu-isu global.

Tidak hanya melibatkan para jurnalis, Pulitzer Center juga turut menggandeng para pendidikan dan siswa di seluruh dunia untuk turut terlibat dalam peliputan kesehatan global, hak asasi manusia, hingga kecerdasan buatan.

Cerita dari Jepara: Siswa Mengikuti Lomba Mengukir dan Rencana Seni Ukir Jadi Muatan Lokal

Keterlibatan para guru dan siswa tersebut digelar oleh Pulitzer Center for Education dalam sektor “Projects dan Partnerships.”

Proyek dan Kemitraan Pulitzer Center for Education merancang dan mendukung proyek yang melibatkan siswa dalam berita global sekaligus memperkuat keterampilan multimedia, pelaporan, menulis, dan berpikir kritis siswa.

Proyek-proyek tersebut mencakup hari keadilan sosial di seluruh sekolah, pameran fotografi siswa dan proyek pelaporan, serta kursus-kursus yang memfasilitasi refleksi terhadap isu-isu global melalui seni visual, penulisan, dan diskusi.

Siswa-Siswi SMP Indonesia Raih Juara Umum di Festival Tari Internasional.

Perhatian Valerie terhadap Suku Duano

Valerie, siswa SMPK 4 Penabur yang lolos lomba menulis Pulitzer Center for Education © BPK Penabur
info gambar

Dalam writing contest ini, Valerie Antoniette Hardin mengangkat tulisan dengan tajuk "Surat tentang Hak-Hak Masyarakat Adat dan Konservasi Hutan Mangrove". Tulisan tersebut berhasil membawanya bersanding dengan finalis lain dari Amerika Serikat, Spanyol, Filipina, dan India.

Valerie menyoroti tantangan yang dihadapi suku Duano akibat dampak besar perubahan iklim yang menyebabkan erosi pantai dan degradasi hutan bakau.

Perubahan iklin tersebut secara langsung berpengaruh terhadap cara hidup Suku Duano, suku yang tinggal di pesisir timur Sumatera, di sepanjang garis pantai antara Pulau Bengkalis dan muara Sungai Kampar di barat, serta delta Sungai Batang Hari. Apalagi, suku Duano memang hidup di pesisir perairan dan bergantung pada sumber daya alam sehingga dijuluki sebagai Orang Laut.

Melalui tulisan tersebut, Valerie menyoroti kekhawatirannya mengenai dampak perubahan iklim dan kerusakan ekosistem terhadap masyarakat pesisir yang hidup harmonis dengan ekosistem tersebut.

Hal ini juga didukung oleh citra satelit yang menunjukkan perubahan garis pantai akibat tingginya gelombang dan erosi hutan bakau. Kondisi ini turut mengancam mata pencaharian, rumah dan komunitas Suku Duano.

Pendaki Muda 17 Tahun, Khansa Syahlaa akan Taklukkan Seven Summit Gunung Aconcagua

Solusi yang Ditawarkan Valerie

Selain menguraikan permasalahan kondisi di pesisir, dalam tulisan tersebut Valerie juga turut menjelaskan solusi konkret yang bisa diterapkan dan ditujukan kepada pemerintah pusat dan daerah.

Ia menawarkan sejumlah gagasan untuk mengatasi perubahan kondisi di pesisir, seperti

  1. Advokasi undang-undang yang melindungi dan memulihkan ekosistem mangrove dan mendorong praktik pengelolaan pesisir berkelanjutan.
  2. Dukungan terhadap perikanan berkelanjutan, termasuk penegakan kuota penangkapan ikan dan perlindungan tempat berkembang biak.
  3. Investasi dalam proyek-proyek yang meningkatkan ketahanan iklim bagi masyarakat pesisir, termasuk upaya pertahanan dan adaptasi pesisir.
  4. Kampanye kesadaran masyarakat dan inisiatif pendidikan diperlukan untuk memberikan informasi kepada warga tentang tantangan yang dihadapi suku Duano dan komunitas pesisir lainnya dan untuk mendorong praktik berkelanjutan.
Semakin Mendunia, Siswa Indonesia Perkenalkan Mesin Pengolah Tempe di Austria

Referensi:

Kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.