Guru Besar Biologi IPB University Prof. Triadiati menegaskan kemenyan Indonesia memiliki potensi besar menjadi bahan baku parfum tropis premium yang bisa menembus pasar global.
"Pohon kemenyan penghasil getah bernilai ekonomis tinggi dengan jenis beragam, seperti Styrax benzoin dari Sumatera dan Boswellia sacra dari Timur Tengah," jelas Prof. Triadiati.
Ia menambahkan, kandungan senyawa aktif kemenyan Indonesia seperti asam benzoat 70% memberikan aroma khas yang ideal untuk parfum oriental.
Meski Indonesia menjadi eksportir utama benzoin gum dunia dengan nilai US$52 juta (2024), Prof. Triadiati menyayangkan 90% masih diekspor mentah.
“Hilirisasi di dalam negeri akan meningkatkan nilai tambah secara signifikan," tegasnya.
Tantangan utama menurutnya adalah konversi lahan kemenyan untuk industri pulp di Sumatera Utara sejak 1990-an, yang mengancam kelestarian dan mata pencaharian petani.
"Kami butuh perlindungan hukum untuk pohon kemenyan dan regenerasi petani," ujarnya.
Prof. Triadiati mengapresiasi inisiatif hilirisasi seperti pengembangan parfum kemenyan oleh BRIN, namun menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.
"Perlu kemitraan antara petani, UMKM, perguruan tinggi, dan pemerintah untuk pengembangan teknologi distilasi hingga pemasaran."
Dengan pengelolaan berkelanjutan, kemenyan Indonesia berpotensi menjadi ikon parfum alami tropis dunia sekaligus melestarikan kearifan lokal.
“Ini bukan sekadar bisnis, tapi juga pelestarian budaya dan lingkungan," pungkasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News