Tahun 2011 lalu, Majalah CAMPUS Indonesia menobatkan Prof. Firmanzah sebagai dekan termuda Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Saat itu, Firmanzah baru berusia 35 tahun. Memang, saat itu tidak banyak akademisi yang mampu menembus batas usia dan jabatan secepat Firmanzah.
Menariknya lagi, karier Firmanzah tidak sebatas pada jabatan dekan. Ia juga pernah dipercaya menjadi stafsus Presiden SBY. Bahkan, ia pun sempat menjadi Rektor Universitas Paramadina.
Sebenarnya, siapakah sosok Firmanzah?
Latar Belakang Pendidikan
Untuk mengenal Prof. Firmanzah, Kawan bisa menarik dari latar belakang pendidikannya. Prof. Firmanzah lahir di Surabaya pada 1976. Sebelum menjadi dekan UI, Firmanzah merupakan lulusan sarjana sekaligus magister Manajemen Universitas Indonesia.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia, Firmanzah melanjutkan perjalanan intelektualnya ke Prancis. Di sana, ia menempuh pendidikan tinggi yang membentuk fondasi keilmuannya di bidang manajemen strategis dan ekonomi organisasi.
Ia memperoleh gelar M.Phil of Organisation and Management Strategic, University of Lille pada tahun 2005. Gelar Master of Philosophy (M.Phil) merupakan jenjang akademik yang berorientasi pada riset dan menjadi jembatan menuju program doktoral.
Di University of Lille, Firmanzah meneliti tentang manajemen organisasi dan strategi korporasi. Bidang ini membahas bagaimana perusahaan merancang kebijakan, mengambil keputusan bisnis, dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan ekonomi global.
Setelah menyelesaikan M.Phil, Firmanzah melanjutkan ke Program Doktoral Strategic and Management International di University of Pau et Pays de l’Adour (UPPA), Prancis.
Disertasinya menyoroti strategi bisnis lintas negara dan dinamika kompetisi internasional.
Saat kelulusan, ia meraih predikat “Très honorable avec les félicitations du jury”. Dalam sistem pendidikan tinggi Prancis, predikat itu merupakan penghargaan akademik tertinggi bagi kandidat doktor. Predikat ini diberikan kepada peneliti yang menunjukkan keunggulan luar biasa dalam orisinalitas riset, metodologi, dan kontribusi ilmiah.
Karier Firmanzah
Firmanzah terpilih menjadi Dekan FE UI pada 2009-2013. Saat itu, ia mengalahkan banyak seniornya, di antaranya, Profesor Sidharta Utama Ph.D. CFA dan Arindra A. Zainal, Ph.D, dan Dr. Ir. Nining Indrayono Soesilo M.
Nama Firmanzah semakin dikenal publik ketika ia dipilih menjadi Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2012. Ia menjadi jembatan antara dunia akademik dan kebijakan negara.
Dalam wawancaranya yang dikutip dari Kumparan, Firmanzah sering menekankan pentingnya kebijakan publik yang didasarkan pada data. Firmanzah memang kerap digambarkan sebagai akademisi yang membawa pendekatan ilmiah ke ranah kebijakan publik.
Ia membawa hasil riset untuk dijadikan bahan diskusi politik. Kecerdasannya membuat ia mampu menjelaskan angka dan konsep dalam cara yang mudah dipahami.
SBY pun mengenangnya sebagai sosok dengan idealisme tinggi. Hal ini diungkapkan SBY dalam pernyataannya yang dikutip Sindonews.
“Firmanzah adalah sosok muda yang memiliki idealisme tinggi, cerdas, santun, dan penuh semangat untuk berbuat bagi bangsa.” katanya.
Rektor Paramadina dan Warisan Pemikiran
Setelah dua masa pengabdiannya di pemerintahan, Firmanzah kembali ke dunia pendidikan. Ia langsung diangkat menjadi Rektor Universitas Paramadina pada 2014. Kampus ini dikenal dengan tradisi intelektualnya yang plural, moderat, dan terbuka terhadap dialog antar-disiplin ilmu.
Dalam perannya sebagai rektor, ia berupaya mengembalikan universitas sebagai ruang pembentukan karakter dan etika publik. Fokusnya adalah mendorong integrasi antara pendidikan, riset, dan pengabdian sosial.
Akhir untuk Mengenang Prof. Firmanzah
Pada 6 Februari 2021, kabar duka datang. Prof. Firmanzah wafat di usia 44 tahun. Dunia akademik dan kebijakan publik kehilangan sosok yang dikenal rendah hati dan penuh gagasan.
Gubernur DKI Jakarta saat itu, Anies Baswedan pun turut memberikan pernyataan.
“Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya, seorang intelektual muda yang cemerlang dan berintegritas,” tulisnya.
Meski telah tiada, gagasan Firmanzah tentang kepemimpinan, ekonomi politik, dan etika publik masih terus dikutip. Buku-bukunya seperti Marketing Politik dan Mengelola Partai Politik masih menjadi rujukan di berbagai kampus.
Dalam sejumlah tulisannya dan perannya sebagai akademisi serta birokrat, Firmanzah menyiratkan bahwa bidang ekonomi tidak bisa dilepaskan dari konteks politik dan nilai moral publik. Ia juga sering menyoroti bahwa kepercayaan (trust) merupakan komponen penting dalam membangun ekonomi yang berkelanjutan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News