"Why Bin It, If You Can Feed People in Need?" Kevin Gani, Ketua Yayasan Garda Pangan.
Kerap kita jumpai makanan sisa berceceran. Tak hanya di tempat sampah, tetapi di lantai, meja dan halaman rumah. Makanan sisa itu dikerubungi lalat dan semut. Sebagian di antaranya menimbulkan bau busuk yang mencemari udara dan berpotensi membiakkan bibit penyakit bagi manusia melalui saluran pernapasannya.

Ilustrasi sampah yang menumpuk di sudut ruangan | pexels.com
Bahkan tak sedikit, sampah makanan itu diangkut ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Kemudian tanpa pemilihan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Benar saja bahwa data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional menyatakan bahwa sampah makanan menjadi jenis sampah terbanyak dari lainnya.
Dari Sisa Makanan ke Aksi Nyata: Awal Mula Garda Pangan
Ketika menatap sisa makanan, pikiran Kevin Gani melayang ke orang-orang yang hari itu kelaparan karena keterbatasannya mendapatkan suplai pangan.
Ia juga melihat jauh ke belakang ketika melihat satu porsi nasi yang di buang. Menurutnya, seseorang tak hanya kehilangan uang seharga satu porsi nasi itu, tetapi juga sebenarnya ia telah kehilangan harga yang lebih mahal yaitu biaya bibit, pupuk, jerih payah dan keringat tenaga kerja, tukang masak hingga nasi itu layak makan.

Ilustrasi satu porsi nasi | pexels.com
Isu inilah yang membuat Kevin Gani bergerak. Melalui Yayasan Garda Pangan, Kevin Gani mengkampanyekan gerakan Garda Pangan dengan mendedikasikan diri sebagai food bank. Ia mulai berkontribusi nyata untuk menciptakan kelestarian lingkungan, kesejahteraan penduduk juga keseimbangan ekosistem yang berkelanjutan.
Dari Surabaya, gerakan non profit ini melalang buana. Menyelamatkan makanan dan kaum lemah.
Dua program utama Garda Pangan: Food Rescue dan Gleaning
Dalam perjalanannya mengurangi tumpukan dan ceceran sampah makanan, ia mengajak teman-teman seluruh Indonesia bergabung sebagai relawan untuk menyelamatkan makanan sisa. Melalui program FoodRescue mereka menyelamatkan makanan sisa mulai dari rumah, toko makanan, restoran, hotel, hingga acara-acara besar.

Potret aksi tim Garda Pangan bersama relawan menyelamatkan makanan sisa acara | Instagram Garda Pangan
Ketika makanan sisa itu masih layak makan, maka mereka akan melakukan sterilisasi untuk memastikan makanan benar-benar layak makan. Kemudian mereka bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan pangan. Namun, lain lagi apabila makanan sisa itu tidak layak makan. Makanan sisa tidak layak makan ini akan mereka uraikan dengan bantuan Maggot atau Black Soldier Fly (BSF). Di mana setelah sampah makanan ludes di makan Maggot akan didapat residu berupa pupuk.

Potret budidaya Maggot oleh Garda Pangan | Instagram Garda Pangan
Uniknya, selain menyelamatkan sampah makanan, gerakan ini juga menyelamatkan sisa buah dan sayur hasil pertanian. Gleaning ini dilakukan ketika petani sedang panen raya, tetapi harga pasar tidak sesuai harapan. Pada keadaan ini, petani akan membiarkan hasil panen mereka di ladang hingga membusuk sebelum petani memutuskan menanami lahan itu dengan bibit baru.

Potret aksi tim Garda Pangan bersama relawan menyelamatkan hasil panen raya pertanian| Instagram Garda Pangan
Hal ini dilakukan petani karena bagi mereka memanen hasil tanam yang harga pasarnya tidak sesuai harapan itu hanya membuang waktu, energi dan biaya. Mereka rugi sendiri. Sehingga tim Garda Pangan bersama relawan memungut hasil panen mereka untuk didistribusikan ke Surabaya. Di Surabaya hasil panen itu dibagikan ke orang yang membutuhkan. Selain itu, Garda Pangan juga memungut hasil panen yang cacat dan tidak lolos pasar.
Residu dari larva BSF berupa pupuk. Di mana pupuk ini akan dimanfaatkan untuk kebun komunal Garda Pangan. Kemudian hasil kebun komunal akan dibagikan ke orang-orang yang membutuhkan. Namun, tak semua pupuk dimanfaatkan sendiri, sebagian darinya dijual.
Inovasi Berkelanjutan Garda Pangan
Berjalan dari satu tempat ke tempat untuk menyelamatkan makanan, tanpa disadari peluh mereka menetes. Keikhlasan yang terpancar dari hati terlihat. Tahun demi tahun berjalan, yayasan Garda Pangan yang Kevin Gani dirikan memanglah tidak menghasilkan profit. Namun tetes keringan mereka mengatakan bahwa untuk terus melanjutkan yayasan ini harus ada dana yang masuk. Sehingga untuk mencukupi operasional Garda Pangan, Kevin Gani membentuk unit bisnis yang memberikan profit demi mencukupi biaya operasional Garda Pangan.

Potret tim dan relawan Garda Pangan melakukan food rescue | Instagram Garda Pangan
Unit bisnis itu masih seputar isu sampah makanan, di antaranya: 1) Layanan pengelolaan limbah makanan, 2) Edukasi dan lokakarya tentang limbah makanan, 3) Bisnis hasil pertanian tidak sempurna, 4) Pengolahan limbah organik dengan larva BSF.
Dari sejak didirikannya hingga kini, Garda Pangan berhasil menyelamatkan lingkungan dari potensi pencemaran dan manusia dari potensi terjangkit penyakit hingga melayangnya nyawa.
Tahun 2024, Kevin Gani mendapatkan apresiasi Satu Indonesia Award (SIA) dari PT Astra Internasional Tbk di bidang lingkungan. Sehingga melalui Kevin Gani, Garda Pangan semakin terkenal luas. Semakin banyak orang di luar sana yang ikut menjadi relawan Garda Pangan dan semakin banyak undangan kepada Garda Pangan sebagai edukator.

Potret aksi tim Garda Pangan bersama relawan sebagai edukator workshop di sekolah | Instagram Garda Pangan
Sampah makanan akan terus ada. Namun, tidak banyak orang yang sadar dampak negatif dari sampah makanan apabila dibuang sembarangan atau tidak dikelola dengan baik. Kini saat yang tepat untuk sadar diri dengan isu sampah makanan. Sebab, di balik satu piring nasi terdapat harga yang lebih dari harga sepiring nasi itu di antaranya harga bibit, pupuk, pengairan, tetes keringat petani hingga juru masak.
"Sudah saatnya kita sadar akan isu sampah makanan. Sampah adalah tanggung jawab kita. Kalau kita mau start untuk menyadari hal ini, coba kita lihat satu piring nasi di hadapan kalian. Untuk menjadi satu piring terhidang di depan kalian itu butuh perjuangan panjang. Nah, dari situ kita sudah bisa aware terhadap isu sampah makanan," ungkap Kevin Gani mengajak semua orang untuk sadar akan isu sampah makanan. Sebab sejauh ini belum ada regulasi yang berjalan dari pemerintah dalam mengatasi isu sampah makanan.
#KabarBaikSatuIndonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News