Meteor raksasa yang jatuh di langit Cirebon dan Kuningan, Jawa Barat pada Minggu (5/10) menimbulkan kehebohan di masyarakat. Fenomena alam ini memicu kepanikan, banyak warga mengira telah terjadi gempa bumi.
Ternyata jatuhnya meteor ini juga pernah terjadi di kawasan Prambanan sekitar tahun 1700. Benda langit yang jatuh di kawasan Prambanan itu adalah iron meteorit. Iron meteorit yang jatuh di kawasan Prambanan tersebut pecah menjadi beberapa bagian.
Pecahan dari meteor yang diambil dengan dinamit ini lalu dibawa ke Keraton Surakarta pada masa Paku Buwono (PB) III. Kemudian pecahan yang lebih besar menyusul pada masa Pakubuwono (PB) IV.
“Konon sudah ada batas negara antara Yogyakarta dengan Surakarta. Jatuhnya di timur sungai, artinya masuk Surakarta. Makannya dibawa ke Surakarta,” kata kerabat Keraton Kasunan Surakarta, KGPH Puger yang dimuat Detik, Selasa (7/10).
Puger mengungkapkan tidak mudah untuk membawa batu meteor yang dinamakan Kanjeng Kyai Pamor ini. Hal ini karena, batu berukuran sekitar 1 meter kubik itu menghujam ke dalam tanah setelah jatuh dari luar angkasa.
“Ceritanya itu mengambilnya pakai dinamit. Karena itu kan ambles, tidak bisa diambil langsung,” ujarnya.
Digunakan sebagai bahan baku keris
Benda langit itu lalu ditempatkan di tempat khusus di bagian utama Keraton Kasunanan Surakarta. Sementara itu, pecahan kecil yang masih ada di Prambanan digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku keris.
“Di situ kan banyak pecahan kecil-kecil, serpihan yang di Prambanan tempat jatuhnya. Itu dicari masyarakat terus dipakai buat bahan baku keris. Sedangkan yang besar namanya Kiai Pamor dipakai buat persediaan bahan pamor keris untuk Keraton Solo,” kata Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KRA Dany Narsugama yang dinukil dari Kompas.
Dany menjelaskan selain digunakan sebagai bahan pembuatan keris, masyarakat juga mencari serpihan batu iron meteorit itu untuk diperdagangkan. Ternyata pada zaman itu, satu gram iron meteorit bisa dihargai senilai dua gram emas.
“Dahulu tahun 1935 harga di pasaran masyarakat itu adalah satu gram iron meteorit sama dengan harga dua gram emas,” terangnya.
Batu meteorit yang disakralkan
Dia menjelaskan oleh Keraton Solo, iron meteorit Kiai Pamor ini disakralkan sebagai komoditas bahan baku pembuatan pusaka keraton. Sehingga dibangunkan cungkup pada masa pemerintahan Raja Keraton Solo Pakubuwono (PB) IX.
“Iron meteorit ini ada kandungan kapur, besi, titanium, dan niobium. Jadi warna pamor keris lebih cemerlang,” ungkapnya.
Bahkan meteor ini tidak dipamerkan di museum Keraton Solo. KGPH Puger menjelaskan sebenarnya meteor dengan nama Kanjeng Kyai Pamor itu sempat mau dipamerkan di museum, tetapi upaya tersebut tidak berhasil.
“Pernah diangkat ke museum, tapi tidak berhasil,” kata Puger.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News