Mamuju, Sulawesi Barat, menjadi saksi lahirnya sebuah gerakan kecil yang berdampak besar. Seorang pemuda bernama Zul Fadli berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan memperoleh SATU Indonesia Awards 2024 bidang Pendidikan melalui kegiatan “Pendidikan Karakter dan Konseling Anak Didik Permasyarakatan di LPKA Kelas II Mamuju.”
Penghargaan ini bukan sekadar sebuah apresiasi, melainkan pengakuan atas kerja nyata yang menyentuh ruang paling dalam dari kehidupan anak-anak yang sedang berproses memperbaiki diri.
Menggenggam Asa di Balik Tembok LPKA
Bagi sebagian orang, Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) mungkin terdengar sebagai ruang yang suram. Namun bagi Zul Fadli, tempat itu adalah ruang kedua untuk menanamkan harapan.
Melalui program pendidikan karakter dan konseling yang ia jalankan, Zul berusaha memastikan bahwa anak-anak binaan tidak hanya dihukum, tetapi juga diberi kesempatan untuk bertumbuh sebagai pribadi yang lebih baik.
Program ini tidak berhenti pada transfer pengetahuan semata, melainkan menyentuh aspek mental, moral, dan kepercayaan diri para anak didik. Zul percaya, pendidikan sejati adalah ketika seseorang merasa dihargai, didengar, dan dipandu untuk menemukan kembali jalan hidupnya.
Seperti yang ia sampaikan dalam salah satu sesi konseling, “Kesalahan bukan akhir cerita. Justru dari titik inilah kita bisa belajar untuk melangkah lebih kuat.”
Aktivisme yang Konsisten di Dunia Sosial
Zul Fadli bukan sosok yang baru dalam kegiatan sosial. Ia dikenal aktif berorganisasi dan kerap terlibat dalam berbagai inisiatif yang berhubungan dengan anak serta pendidikan. Konsistensinya dalam bidang ini membentuk reputasi sebagai pemuda yang tidak hanya berempati, tetapi juga bergerak nyata.
Baru-baru ini, Zul terpilih menjadi salah seorang peserta Bootcamp Antikorupsi yang diselenggarakan oleh KPK. Keterlibatannya ini mencerminkan integritas yang ia junjung tinggi, sekaligus membuktikan bahwa komitmennya tidak hanya pada pendidikan anak, melainkan juga pada nilai-nilai kejujuran, transparansi, dan antikorupsi.
Hal tersebut semakin menegaskan bahwa penghargaan yang ia terima dari SATU Indonesia Awards bukanlah kebetulan, melainkan buah dari perjalanan panjang pengabdian.
Menginspirasi Generasi Muda
Kawan GNFI, kisah Zul Fadli menyampaikan pesan yang sederhana namun kuat: perubahan bisa dimulai dari siapa saja, di mana saja, dengan niat yang tulus. Ia tidak menunggu ruang megah atau jabatan tinggi untuk bergerak, melainkan memilih jalannya sendiri, masuk ke ruang-ruang sunyi yang sering dilupakan banyak orang.
Apa yang dilakukan Zul menunjukkan bahwa pendidikan karakter bukan hanya urusan di sekolah formal, melainkan juga tanggung jawab sosial untuk membentuk manusia seutuhnya. Anak-anak di LPKA bukanlah “masa depan yang hilang,” melainkan potensi yang masih bisa dipulihkan.
Sebagaimana Zul sering mengingatkan anak-anak binaannya:
“Kalian bukan apa yang orang katakan tentang kalian. Kalian adalah apa yang kalian pilih untuk lakukan hari ini dan esok.”
Layak Dikenang, Layak Diteruskan
SATU Indonesia Awards yang diterima Zul Fadli bukanlah garis akhir. Ia justru menjadikan penghargaan itu sebagai pemantik untuk melangkah lebih jauh. Zul percaya, setiap penghargaan sejatinya adalah tanggung jawab baru untuk berbuat lebih banyak.
Kawan, di tengah derasnya arus digitalisasi dan tantangan sosial hari ini, kita sering lupa bahwa ada kelompok-kelompok yang masih membutuhkan sentuhan sederhana: perhatian, bimbingan, dan harapan. Zul hadir untuk mengingatkan kita semua bahwa kebaikan tidak selalu butuh panggung besar, tetapi keberanian untuk hadir di tempat yang paling dibutuhkan.
Perjalanan Zul Fadli adalah cerita tentang keteguhan hati, keberanian untuk hadir di tempat yang sunyi, dan keyakinan bahwa setiap anak berhak memiliki kesempatan kedua.
Penghargaan yang ia raih dari SATU Indonesia Awards hanyalah satu dari sekian banyak tanda bahwa kebaikan selalu menemukan jalannya untuk terlihat.
Kawan GNFI, mari kita belajar dari Zul Fadli: bahwa kerja sosial bukan sekadar tentang menolong, tetapi tentang menyalakan lilin kecil di tengah gelapnya jalan. Karena, seperti yang ia yakini, “Integritas adalah ketika kita tetap memilih jalan benar, meski tidak ada yang melihat.”
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News