Ungkapan mikul duwur mendem jero erat kaitannya dengan masyarakat Jawa. Pepatah itu seolah menjadi prinsip hidup dan menjadi bagian khazanah budaya bangsa.
Konsep tersebut berangkat dari agama dan budaya yang hubungannya tidak dapat dipisahkan dalam sejarah peradaban. Oleh karena itu, ungkapan tersebut turut dalam pembentukan identitas bangsa Indonesia.
Secara bahasa, mikul duwur berarti menjunjung tinggi, sedangkan mendem jero berarti mengubur dalam-dalam. Ungkapan ini mencerminkan etika Jawa dalam memperlakukan orang lain, terutama orang tua, guru, atau pemimpin.
Sederhananya, seseorang diajarkan untuk menghargai jasa orang lain dengan meninggikan kehormatan mereka (mikul duwur) sekaligus menutupi kekurangan atau aib mereka (mendem jero).
Konsep ini menjadi dasar moral sosial di Jawa bahwa hubungan antargenerasi dibangun di atas rasa hormat dan penghargaan.
Akan tetapi, sebenarnya prinsip tersebut tidak sesederhana itu. Prof. Dr. H. Sugeng Solehuddin, M.Ag., dosen Pendidikan Agama Islam mengungkapkan mikul duwur mendem jero dalam konsep pendidikan. Prof. Sudeng mengungkapkan pemikirannya dalam pidato pengangkatan guru besar yang berjudul “Konsep Edukasi Mikul Duwur Mendem Jero dalam Perspektif Ilmu Pendidikan Islam (Kajian Funamental Structure dalam Kearifan Lokal Masyarakat Jawa)” pada Sabtu 2 Maret 2024.
Pembelajaran Berasal dari Pemahaman Diri
Prof. Sugeng menekankan bahwa mikul duwur mendem jero dapat dijadikan landasan dalam ilmu pendidikan Islam. Filosofi ini memberi arah bagaimana proses belajar bukan hanya pencarian ilmu, tetapi juga pembentukan karakter.
Pembelajaran sejati dimulai dari pemahaman diri (mendem jero) dan mencapai puncaknya dengan mencari pengetahuan yang lebih tinggi (mikul duwur).
Mendem jero atau “mengubur dalam” mengandung arti bahwa sebelum seseorang berusaha memahami dunia luar, ia harus lebih dulu mengenali dirinya. Pemahaman diri berarti menyadari kelebihan dan kekurangan, mengendalikan hawa nafsu, serta menempatkan ego pada posisi yang tepat.
Dalam tradisi Jawa, mendem jero juga mengajarkan sikap rendah hati, tidak mudah menonjolkan diri, tidak mempermalukan orang lain, dan tidak membuka aib yang seharusnya disimpan.
Setelah tahap pemahaman diri, barulah seseorang menuju mikul duwur atau “menjunjung tinggi”. Tahap ini adalah puncak dari proses pembelajaran, yaitu ketika seseorang mencari pengetahuan yang lebih tinggi dan menggunakannya untuk memberi manfaat.
Mikul duwur juga berarti memuliakan nilai-nilai luhur, menghormati orang tua, guru, atau tokoh yang telah memberi ilmu dan bimbingan. Pengetahuan dijunjung untuk meninggikan martabat diri sekaligus orang lain.
Kecerdasan dalam Pendidikan bukan Hanya Intelektual, tapi Juga Moral
Mikul duwur mendem jero menyiratkan bahwa ilmu sejati bukan hanya tentang kepintaran intelektual, tetapi juga kesadaran spiritual dan etika sosial. Mikul duwur mendem jero menekankan pentingnya menjunjung tinggi kehormatan keluarga, menjaga harga diri, dan memperkuat jati diri seseorang.
Lebih jauh, filosofi ini juga menggambarkan bagaimana seseorang seharusnya menunjukkan rasa hormat dan kepatuhan kepada orang lain. Nilai-nilai itu hidup dalam keseharian, misalnya seorang anak yang menjaga nama baik orang tuanya, cucu yang menghormati kakek-neneknya, atau murid yang menaruh hormat kepada gurunya.
“Mikul Duwur Mendem Jero adalah cerminan dari etika sosial dalam budaya Jawa, yang berarti menjunjung tinggi kehormatan keluarga, hargadiri, dalam pengguatan jati diri seseorang serta menggambarkan rasa hormat atau patuh kepada orang lain,” dikutip dari laman resmi UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN Gus Dur).
Dalam implementasinya di dunia pendidikan, ungkapan tersebut akan menciptakan perilaku kesederhanaan dalam pembelajaran. Sedangkan, dalam dunia kerja adalah bagaimana agar dapat menjaga kekurangan atau aib (mendem jero) pimpinan serta bagaimana kita dapat menghormati pimpinan kita (mikul duwur).
Sementara itu, di tengah masyarakat mikul duwur dalam bermasyarakat, misalnya dengan berterimakasih atas kebaikan yang dilakukan orang lain kepada kita, karena rasa terima kasih kita kepada orang lain merupakan perwujudan rasa yukur kita kepada Allah.
Dengan kata lain, mikul duwur mendem jero adalah panduan moral yang menghubungkan pembentukan karakter pribadi dengan etika sosial. Ia mengajarkan bahwa martabat diri seseorang akan semakin kokoh bila dibangun di atas penghormatan kepada orang lain dan pengendalian atas diri sendiri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News