Siswa SDN 16 Sepan Peturau di Desa Sebetung Paluk, Kecamatan Ketungau Hulu, Kalimantan Barat belajar dengan fasilitas terbatas. Tim Ekspedisi Patriot segera lakukan evaluasi mendalam, mulai dari fasilitas sampai sumber daya dan kesejahteraan guru.
Ekspedisi Patriot merupakan program di bawah Kementerian Transmigrasi yang mana salah satu agendanya melakukan rekomendasi untuk evaluasi kawasan transmigrasi. Salah satu hal yang menjadi bahan evaluasi tim Ekspedisi Patriot adalah fasilitas pendidikan di Desa Sebetung Paluk, Kecamatan Ketungau Hulu.
Ketua tim Ekspedisi Patriot untuk Ketungau Hulu, dari Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial UI (DPIS UI), Apt. Tri Wahyuni M, Biomed, Ph.D, memimpin program ini dengan fokus utama pada pengumpulan data untuk rekomendasi dan evaluasi Kawasan Transmigrasi pada Provinsi Kalimantan Barat, Sintang, Ketungau Hulu.
Kegiatan Ekspedisi Patriot pada wilayah Ketungau Hulu juga dilaksanakan atas kolaborasi Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak.

Keadaan atap salah satu ruang kelas SDN 16 Sepan Peturau yang sudah bolong dan bocor jika hujan | Dokumentasi Pribadi
Masih menurut Tri Wahyuni, kegiatan ini merupakan bagian dari Program Nasional Ekspedisi Patriot oleh Kementerian Transmigrasi RI yang bekerja sama dengan perguruan tinggi seluruh Indonesia, termasuk Universitas Indonesia.
Tim ini terdiri atas Maharani Arfila, S.Hum, Zakiya Rozqi Auliya’, S.Si, Bayu Aji, dan Murni Kartika Pakhsi Jaladara yang merupakan alumni dan mahasiswa UI dan Untan.
Pada hari Rabu (24/9) Tim Ekspedisi Patriot melakukan kunjungan ke SDN 16 Sepan Peturau di Desa Sebetung Paluk. Kegiatan ini merupakan bagian dari fokus Output 1: Rekomendasi untuk Evaluasi Kawasan Transmigrasi, yang bertujuan menilai kondisi infrastruktur dasar pendidikan di wilayah transmigrasi.
Dari kunjungan ini terungkap bahwa fasilitas sekolah masih jauh dari layak. Mulai dari ruang kelas dan atap yang bolong-bolong, jumlah tenaga pengajar yang kurang, tidak adanya perpustakaan, sanitasi yang kurang terawat, sampai fasilitas kelas yang dialihfungsikan sebagai tempat tinggal guru karena tidak adanya perhatian akan kesejahteraan guru.

Keadaan ruang agama di SDN 16 Sepan Peturau yang malamnya sering disinggahi orang tak dikenal | Dokumentasi Pribadi
"Semoga pemerintah lebih membuka mata dengan keadaan kami di sini. Janjinya dulu akan dibangun sekolah di kawasan transmigrasi, tapi sampai hari ini tidak ada. Daripada membangun yang baru, lebih baik perbaiki yang sudah ada saja." Ungkap salah seorang guru SDN 16 Sepan Peturau.
Meskipun penuh keterbatasan, semangat siswa dan guru tetap tinggi. "Listrik dan internet di sini juga belum memadai. Padahal siswa sangat antusias untuk belajar dan perlu sekali," lanjutnya.
“Guru-guru disini dengan senang dan semangat mengajar, walaupun dengan kondisi kelas yang atap dan dindingnya berlobang, ada beberapa kelas yang lantainya hancur berlobang dan terkendala listrik, dan jaringan. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan fasilitas di sekolah terutama yang jauh dari kota,” ucap Murni dalam kunjungannya.

Keadaan salah satu sisi dinding sekolah yang bolong dan rawan melukai siswa | Dokumentasi Pribadi
Kawasan transmigrasi yang berada di belakang sekolah SDN 16 Sepan Peturau juga jauh dari kata layak. Sebelumnya, pemerintah berjanji akan membangun sekolah di sana. Namun, nyatanya untuk tinggal saja tidak banyak yang betah.
Transmigran lokalnya banyak yang kembali ke rumah masing-masing karena sulitnya terhadap akses air dan tidak tersedianya fasilitas yang memadai. Selain itu, mereka juga merasa terasingi karena jauh dari pemukiman warga lokal.
Salah satu hal penting yang juga dikeluhkan guru SDN 16 Sepan Peturau adalah belum tersedianya rumah dinas untuk guru. Tidak semua guru di sekolah tersebut berasal dari Sebetung Paluk.
Sementara, jika bolak-balik dari sekolah ke rumah setiap harinya akan memakan waktu yang tidak sedikit. Fakta lain yang dihadapi adalah jalanan antardesa juga masih kurang memadai untuk dilewati kendaraan meskipun jalanan di depan sekolah sudah beraspal.
Temuan-temuan ini menjadi bahan evaluasi untuk pembangunan fasilitas pendidikan di kawasan transmigrasi. Penyediaan fasilitas sekolah bukan hanya ada. Namun, juga layak dan lengkap agar memberikan kesempatan yang sama dan adil bagi seluruh generasi muda untuk berkembang dan mengejar cita-cita.
Kunjungan tim Ekspedisi Patriot ke SDN 16 Sepan Peturau memberikan gambaran bahwa pembangunan di kawasan transmigrasi sudah seharusnya memperhatikan banyak aspek, terutama pendidikan sebagai prioritas utama.
Pendidikan yang inklusif dan berkeadilan bagi semuanya akan menjadi bekal utama pembangunan bangsa yang bersumber daya unggul dan berdaya saing. Sejatinya keterbatasan itu perlu dihapuskan dengan perubahan nyata karena tidak ada yang berhak merasakan ketidakadilan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News