Kunjungan Tim Ekspedisi Patriot ke SMPN 4 Ketungau Hulu membuka fakta memprihatinkan tentang kondisi fasilitas pendidikan di kawasan transmigrasi, dimulai dari ruang kelas yang rusak hingga sanitasi terbatas. Ini menegaskan perlunya perhatian serius demi mendukung masa depan generasi muda di perbatasan Sintang, Kalimantan Barat.
Ekspedisi Patriot merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Kementerian Transmigrasi yang mana salah satu tujuannya adalah melakukan evaluasi kawasan dan menggali potensi yang ada. Salah satu hal yang menjadi perhatian Tim Ekspedisi Patriot adalah fasilitas pendidikan di Desa Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu.
Ketua tim Ekspedisi Patriot untuk Ketungau Hulu, dari Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial UI (DPIS UI), Apt. Tri Wahyuni M, Biomed, Ph.D, memimpin program ini dengan fokus utama pada pengumpulan data untuk rekomendasi dan evaluasi Kawasan Transmigrasi pada Provinsi Kalimantan Barat, Sintang, Ketungau Hulu.
Kegiatan Ekspedisi Patriot pada wilayah Ketungau Hulu juga dilaksanakan atas kolaborasi Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak. Masih menurut Tri Wahyuni, kegiatan ini merupakan bagian dari Program Nasional Ekspedisi Patriot oleh Kementerian Transmigrasi RI yang bekerja sama dengan perguruan tinggi seluruh Indonesia, termasuk Universitas Indonesia.

Keadaan atap kelas di SMPN 4 ketungau Hulu, Sintang, Kalimantan Barat | Dokumentasi Pribadi
Tim ini terdiri atas Maharani Arfila, S.Hum, Zakiya Rozqi Auliya’, S.Si, Bayu Aji, dan Murni Kartika Pakhsi Jaladara yang merupakan mahasiswa UI dan Untan.
Pada hari Selasa (16/9) Tim Ekspedisi Patriot melakukan kunjungan evaluasi ke SMPN 4 Ketungau Hulu di Desa Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang. Kegiatan ini merupakan bagian dari fokus Output 1: Rekomendasi untuk Evaluasi Kawasan Transmigrasi, yang bertujuan menilai kondisi infrastruktur dasar pendidikan di wilayah transmigrasi.
Dari kunjungan ini terungkap bahwa fasilitas sekolah masih jauh dari memadai. Sejumlah ruang kelas mengalami kerusakan pada atap, dinding, meja, dan kursi banyak yang tidak layak pakai. Sementara fasilitas sanitasi seperti WC juga terbatas dan kurang terawat.
Meski menghadapi keterbatasan, semangat belajar para siswa tetap tinggi. “Anak-anak sangat antusias, mereka punya mimpi besar. Hanya saja sarana yang ada belum mendukung secara optimal,” ungkap salah satu guru SMPN 4 Ketungau Hulu.
Salah satu mahasiswa peserta Ekspedisi Patriot juga menuturkan pengalamannya saat berada di sekolah tersebut. “Melihat kondisi langsung bikin kami sadar kalau fasilitas pendidikan di daerah transmigrasi masih perlu banyak dukungan. Tapi semangat anak-anak di sini luar biasa, itu jadi motivasi buat kami untuk menyusun rekomendasi yang tepat,” ujar Bayu Aji.

Keadaan WC yang rusak di SMPN 4 Ketungau Hulu, Sintang, Kalimantan Barat | Dokumentasi Pribadi
Temuan ini menjadi catatan penting dalam rekomendasi pembangunan kawasan transmigrasi, khususnya pada aspek pendidikan. Perbaikan fasilitas sekolah diharapkan tidak hanya memberi kenyamanan belajar, tetapi juga membuka peluang bagi generasi muda untuk berkembang lebih jauh.
Pembangunan transmigrasi sejatinya bukan hanya soal penyediaan lahan dan peningkatan ekonomi masyarakat, tetapi juga tentang menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Akses pendidikan yang layak adalah fondasi penting agar anak-anak di kawasan transmigrasi mampu tumbuh, berdaya saing, dan menjadi motor penggerak pembangunan di masa depan.

Keadaan salah satu atap kelas di SMPN 4 ketungau Hulu, Sintang, Kalimantan Barat | Dokumentasi Pribadi
Kunjungan Ekspedisi Patriot ke SMPN 4 Ketungau Hulu memberikan gambaran nyata bahwa pembangunan di kawasan transmigrasi tidak hanya berhenti pada penyediaan lahan dan peningkatan ekonomi, tetapi juga harus menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama.
Fasilitas sekolah yang memadai akan menjadi fondasi penting untuk mencetak generasi muda yang tangguh, cerdas, dan berdaya saing. Perhatian serius terhadap infrastruktur pendidikan di daerah perbatasan seperti Sintang diharapkan mampu membuka akses yang lebih adil, sehingga anak-anak di kawasan transmigrasi dapat tumbuh dan berkembang dengan peluang yang sama seperti di wilayah lain Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News