Masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia kerap menghadapi ketimpangan pembangunan dibanding daerah lain. Lewat Ekspedisi Patriot, Universitas Indonesia bersama Kementerian Transmigrasi berupaya merumuskan solusi nyata di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Wilayah perbatasan Indonesia masih menghadapi keterbatasan pembangunan. Minimnya infrastruktur, akses kesehatan, dan pendidikan membuat masyarakat perbatasan sering merasa terpinggirkan.
Kehadiran Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (UI) bersama Kementerian Transmigrasi RI diharapkan menjadi langkah nyata untuk membawa perubahan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Wilayah perbatasan Indonesia sering kali luput dari perhatian. Meski menjadi garda terdepan kedaulatan negara, masyarakat perbatasan hidup dengan keterbatasan infrastruktur, akses kesehatan, dan pendidikan yang tidak merata.
Kisah Lahirnya Gerakan SEJUMI oleh Suprianto Haseng: Membawa Harapan dari Perbatasan
Kondisi ini membuat pembangunan di perbatasan tertinggal. Kehadiran Ekspedisi Patriot diharapkan mampu menjadi jawaban, membawa semangat baru, dan menghadirkan harapan bagi masyarakat yang selama ini merasa terpinggirkan.
Tim Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (UI) bersama dengan Kementerian Transmigrasi Republik Indonesia (Kementrans RI) dorong penyusunan rekomendasi evaluasi Kawasan Transmigrasi Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat.
Ketua tim Ekspedisi Patriot untuk Ketungau Hulu, dari Direktorat Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Sosial UI (DPIS UI), Apt. Tri Wahyuni M, Biomed, Ph.D, memimpin program ini dengan fokus utama pada pengumpulan data untuk rekomendasi dan evaluasi Kawasan Transmigrasi pada Provinsi Kalimantan Barat, Sintang, Ketungau Hulu.
Menurut Tri Wahyuni, kegiatan ini merupakan bagian dari Program Nasional Ekspedisi Patriot oleh Kementerian Transmigrasi RI yang bekerjasama dengan perguruan tinggi seluruh Indonesia, termasuk Universitas Indonesia. Tim ini terdiri dari Maharani Arfila, S.Hum, Zakiya Rozqi Auliya, S.Si, Bayu Aji, dan Murni Kartika Pakhsi Jaladara yang merupakan mahasiswa UI dan Untan.
Wilayah perbatasan di Kabupaten Sintang menyimpan banyak potensi, mulai dari kekayaan alam hingga budaya lokalnya. Namun, keterbatasan pembangunan membuat masyarakat sering merasa lebih dekat dengan negara tetangga, Malaysia, dibanding dengan pusat pemerintahan. Kondisi ini menimbulkan kegelisahan tersendiri di kalangan pemimpin lokal.
"Bagaimana caranya kita menarik orang luar ke Kabupaten Sintang karena ini wilayah perbatasan. Tapi sayangnya, malah kita yang lebih sering ketarik ke Malaysia." ujar Pak Sanudin, Sekretaris Kecamatan Ketungau Hulu.
“Perhatian pusat sangat amat kurang, padahal jalanan di daerah Sintang ini termasuk kawasan strategis dan tidak pernah sepi dilewati kendaraan, baik pribadi maupun perusahaan.” tegas Pak Sanudin.
Salah Satu hal yang menjadi keluhan masyarakat adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap kebutuhan paling mendasar, yaitu akses jalan terutama jalan-jalan yang menghubungkan antardesa.
Etnomedisin Masyarakat Dayak Golik, Sebuah Penemuan dari Perbatasan Indonesia-Malaysia
Akses jalan yang terbatas membuat masyarakat kesulitan melakukan mobilisasi dan kegiatan ekonomi. Akibatnya membuat harga kebutuhan pokok mahal. Belum lagi masih ada kegiatan pungli yang merugikan pedagang dan pembeli yang harus menanggung kenaikan harga.
"Sebenarnya masyarakat tidak mau dipimpin negara tetangga. Kami sangat mencintai Indonesia. Tapi kadang hal-hal yang tidak kami dapatkan seperti di daerah-daerah lain itu cukup membuat iri.” lanjut Pak Sanudin.
Kegiatan Ekspedisi Patriot yang sedang berjalan mulai dari bulan Agustus sampai Desember 2025 ini menjadi langkah awal perubahan.
Mahasiswa dan alumni bekerjasama sebagai peneliti. Terjun langsung ke masyarakat, menjadi bagian dari masyarakat sampai ke perbatasan negeri.
Dengan hadirnya Ekspedisi Patriot di Kabupaten Sintang, masyarakat perbatasan berharap suara mereka bisa lebih terdengar hingga ke pusat pemerintahan. Program ini merupakan bentuk nyata kepedulian untuk membangun kedaulatan dari garis terdepan negeri. Harapannya, perbatasan Indonesia tidak lagi dipandang sebagai wilayah terpinggirkan, melainkan sebagai wajah depan bangsa yang layak mendapatkan perhatian penuh.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News